BIRU & BINTANG 3

75 35 18
                                    

"Bintang!!, masih tidak mau menemui orang tua mu?" Wanita yang berumur setengah abad itu duduk di samping cucunya.

"Nggak Oma, Bintang tau akhirnya bakalan gimana." Bintang menjawab dengan muka malas.

"Hmm, ya sudah! Jika itu keputusan mu, jangan terlalu jauh lari dari masalahmu." ucapnya mengelus rambut Bintang. Dan berlalu pergi, meninggalkan Bintang di gelap malam.

Bintang kembali dalam lamunannya, ia duduk di gelap malam dikelilingi sedikit bintang kecil yang cahayanya tidak bahagia seperti hati Bintang saat ini.

***

Biru merebahkan tubuh di kasurnya, memandang langit langit kamar dan hanyut dalam pikiran sendiri. Sedangkan Nila lengah di depan kaca sambil mengoceh.

"Bi, gue cantik banget ya!!" membuat Biru jijik dengan nada suara Nila yang sok imut.

"Ya." Biru tidak bohong tentang kecantikan Nila.

Bagaimana tidak, ia adalah cewek blasteran Indonesia-inggris membuatnya memiliki kulit putih, tapi juga memiliki perawakan indonesia menurun sang Ayah.

Kalau ditanya orang yang naksir dengannya pasti sangat banyak, cowok di Pelita banyak yang mengantri untuk jadi pacar Nila, sudah cantik, pintar pula.

Jika Nila tidak berteman dengan si tertutup Biru, mungkin ia jadi cewek yang populer di Pelita, tapi Nila berbeda ia lebih menghindari kepopuleran itu, ia hanya ingin hidup tentram seperti hidup Biru.

Biru hanya gadis biasa, tidak cantik, hanya sedikit manis. Mata tajam, bulu mata lentik dan alis tebal menghiasi wajahnya, membuat sang empu menjadi manis alami.

"Oh, iya Bi. Lo utang cerita!"

"Apa?"

"Bintang, yang di sekolah tadi."

"Bintang?" Ujar Biru heran.

"Cowok bad boy yang di parkiran tadi, pikunnn!!"

"Oh!"

"Cuman oh, gue mau ceritanya bego!!"

"Kayak lo liat"

"Et dah buset njim, males gue mah"

***

Cowok yang bergaya berandalan itu turun dari kamarnya menuju Oma yang berada di dapur "Oma, Abin mau keluar nanti pulangnya agak malem ya ma."

"Hati-hati ya, jangan larut. Oke!!"

Cowok yang menyebut namanya Abin itu adalah Bintang. Ia menyalami Oma, dan berlalu pergi.

Hari Minggu ini akan ia habiskan di luar, jika di rumah Bintang hanya akan bertemakan sepi. Motor yang dikendarainya membelah  jalan kota Jakarta yang sudah mulai padat.

Di depan komplek perumahan mewah, Bintang memberhentikan motornya. Tepatnya di taman yang selalu penuh pengunjung, Bintang berjalan menyusuri taman menjauh dari keramaian. Bangku yang tersedia di duduki sambil menatap lurus ke depan.

Mengingat kembali kenangan yang hampir terkubur, mengingat betapa ia bahagianya ia dulu di taman ini, bersama seseorang yang kini telah tiada.

"Dasar lemah!!" Gumamnya di iringi kekehan kecil.

Sudah cukup lama Bintang duduk di sini, ia segera beranjak dari tempat ini. Motor yang ia kendarai singgah di toko bunga, sebuket bunga ia bawa dan kembali berkendara hingga berhenti di tempat pemakaman umum.

Berdiri di samping salah satu makam, Bintang tersenyum sinis. "Udah bahagia lo di sana?" Bintang berbicara dengan nada tidak suka.

"Pengecut! lo ninggalin gue yang nggak berhenti menderita sampai sekarang." Bintang berjongkok, dengan senyuman yang berubah jadi miris.

Jujur, Bintang sangat membenci orang yang berada di dalam gundukan tanah ini. Tapi ia juga munafik jika tak menyayanginya. Sagara reganno Dewantara Bin Dewantara Aldino, Tulisan yang tertulis di nisan itu.

Saudara, yaitu kakak kandung Bintang, orang yang menghambat kebahagian Bintang. Kasih sayang yang seharusnya di dapatkan Bintang, seluruhnya harus terlimpah untuk Saga, ia membenci Saga saat sang mama berkata saga sangat butuh mama. Mamanya tidak pernah berpikir bahwa Bintang juga butuh sosok mama.

Bahkan sudah dua tahun setelah Saga meninggal Bintang tak pernah mau balik ke rumah orang tuanya karena ia selalu dicap sebagai akibat meninggalnya Sagara, tepatnya sudah sepuluh tahun Bintang tinggal bersama Oma.

Bintang mencabut rumput liar yang tumbuh di gundukan tanah makam Saga, biasanya Bintang akan datang ke sini dua minggu sekali. Menyampaikan keluh kesahnya pada Saga, Bintang meletakkan buket bunga yang ia beli dan mulai berdoa.

"Lo mungkin seneng banget di sana Sampai lupa gue masih menderita. Gue pikir gue bakal dapat kasih sayang banyok kalo lo pergi, tapi sekarang nggak sesuai harapan!! Apa lo kembali aja biar hidup gue tentram sama Oma..?" Bintang memejamkan matanya, helaan nafas berat terdengar darinya, tidak ada jawaban yang ia inginkan, di sini sunyi.

"Gue pulang dulu, nanti kalo ada ke ajaiban lebih baik Lo balik, Kayaknya kalo gitu bakalan lebih baik." Langkah kakinya terasa berat meninggalkan tempat peristirahatan Saga.

Saat ini Bintang akan menghabiskan waktunya dengan nongkrong di basecamp. Desta, Artur, dan Satya tiga orang yang menjadi sahabat dekat Bintang di Pelita. masih ada Raja, Gala, Rofil, Stom, Hidra, Leon, Bobby, Kenan, Genta, Khail dan Alen(Alien) dari sekolah yang berbeda-beda, mereka biasanya sering berkumpul di basecamp, yang adalah rumah Satya yang sudah tidak terpakai di dekat SMA pelita, dan dijadikan tempat untuk berkumpul alumni geng Alaskar dulu di smp.

Terkecuali Satya, ia mengenal Bintang dari sekolah dasar.

"Eh dari mana aja nih Aa' tatang ayang?" Desta bertanya dengan nada andalannya. ingat, di tempat tongkrongan ini memang berisi makhluk yang aneh, ada yang waras, setengah waras dan tidak waras sama sekali

Satya Gaminegara hanya dirinya yang benar-benar waras, sosok pria yang pintar, dingin dan yang paling bisa berpikir dewasa.

Arthur Hellky sosok yang begitu aneh ia sulit di tebak, playboy cap kapak, sangat pandai memanfaatkan wajah tampannya yang blasteran untuk memikat semua wanita, dan mencapai rekor dengan mantan terbanyak di SMA PELITA.

Sadesta Adryan Gumelta, dia yang paling tidak waras. Sikap petakilan hal apapun jadi bahan candaannya kecuali yang sangat serius, ia bisa saja berubah drastis.

Bintang Gemilang D, bahkan semua temannya dari Smp tidak ada yang tahu apa itu D, di antara mereka semua memang hanya Satya yang tahu tentang D dan seluruh penderitaan hidup tentang Bintang. 

Bintang cowok yang berkuasa di SMA PELITA, di takuti seluruh murid di sana. Dia adalah sosok yang jahil, buas saat berbaku hantam dan periang tapi tertutup ia sangat pandai menutup apa saja yang ingin ia sembunyikan, sudah bertahun-tahun ia sembunyikan bahwa ia anak dari seorang Dewantara Aldino, pengusaha terkenal dan kaya raya.

"Najis!!lo pikir gue kutang?" Bintang bergidik ngeri mendengar Desta.

"Bwhahah, lo maklumlah bos, ni anak makin hari makin kagak waras, kemaren aja kucing tetangga gue diajak pacaran!" Artur tertawa terbahak-bahak ulah kelakuan sahabatnya yang gila luar biasa.

"Peliharaan lo tur?, Sana bungkus!! Bawa pulang sekalian, jijik gue!!" Ujar Bintang sarkas sambil menunjuk Desta.

"Kalo punya peliharaan, gue pilih-pilih juga kali tang, ya kali yang kek gini. Amit-amit!!" Balas Arthur sembari menunjuk Desta.

"Kalian ngga boleh kayak gitu sama dedek emesh! Nanti dedek laporin sama bebeb alien" Semakin diledekin maka semakin menggila Sadesta Adryan Gumelta ini. ah iya, Alen Abraham juga tak kalah gila dari Desta, apalagi kalau mereka berdua sedang bersama drama alay bin lebay akan di mulai.

***

Jangan lupa Follow vote and comment 😽

Suport terus ya guys😁

Follow juga ig  : @reza.mutia

Next? Komen ya;)

BIRU & BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang