BIRU & BINTANG 7

52 24 8
                                    

Beberapa waktu Biru lalui, ia sudah merasa lebih tenang, setidaknya sekarang ia sudah mulai jauh dengan obat-obat itu.

Sudah hampir sebulan ini juga Nila selalu bersama Biru, seperti perangko menempel kemana saja pasti berdua, di sekolah, rumah, bahkan di tempat kerja Biru. Nila memang memanfaatkan waktunya bersama Biru.

Biru agak heran dengan gelagat Nila, tidak biasanya Nila selalu mengikutinya, tapi Biru tidak bertanya sama sekali, ia hanya menunggu Nila sendiri yang bercerita.

Dua gadis itu sedang berada di sebuah pusat perbelanjaan "Bi, abis ini nonton yuk!!" Ajak Nila yang sedang memilih pakaian.

"Baru aja kemaren." Biru semakin heran pada sahabatnya ini.

"Ya kan beda, Bi!"

"Lo kenapa sih, jangan bilang lo belok. Trus lo suka sama gue?" Mata Biru melotot, tanpa sadar ia mengeluarkan kata yang panjang.

"Idih, PD gila. Yakali gue suka sama lo, gue masih normal kali."

"Oh!"

"Ishhh!!" Nila benar-benar gemas dengan sahabatnya ini. "Yaudah, yok!" Ajak Nila masih dengan muka kesal.

Mereka duduk di Starbucks untuk menunggu pemutaran film yang akan mereka tonton.

"Bi, itu ada Bintang! sama cewek njir! siapa ya? Gue gak pernah denger kabar kalo Bintang punya pacar, muka ceweknya gak keliatan lagi! Penasaran gue. Romantis banget, Bintang nyubit pipi tu cewek!" Ucap Nila panjang lebar sambil celingak-celinguk mencari tahu siapa cewek bersama Bintang yang membelakangi mereka itu.

"Nyubit, romantis gitu?"

"Ya iyalah bego!. Lah kok ceweknya pergi?" Nila semakin penasaran.

Biru menoleh ke arah Bintang, pandangan mereka bertemu. Bintang melemparkan senyuman manis, Biru cuek tidak membalas sama sekali.

"Biru!!! Bintang jalan ke sini bnjir." Nila tampak kegirangan.

Biru melanjutkan menikmati minumannya.
"Hai Biru, hai Van!!" Sapa Bintang.

Nila masih terkagum-kagum melihat Bintang dengan tampilan beda. Memakai kaos hitam.

Biru hanya menoleh datar ke arah Bintang dan melanjutkan aktivitasnya.

Biru sudah tidak asing lagi dengan Bintang karena sejak kejadian di lapangan, Bintang selalu hadir bak jelangkung, tapi Biru selalu memberi jarak agar tidak menjadi umpatan satu sekolah. Bintang hanya sekedar menyapa, hal itu membuat Biru kesalahan, bagaimana tidak, dia memanggil Biru di keramaian dengan sebutan mbak Biru, sehingga berpasang-pasang mata menatap Biru. Dasar aneh.

"Kok lo pakai kaos hitam sih?" Tanya Nila.

"Kenapa?" Heran Bintang.

"Makin ganteng tau gak?" Jawab Nila "eh btw nama gue bukan Van van ya, ntar di kira gue vani yang gendut kelas X lagi." Tutur Nila dengan nada sewot. Nila sangat tidak suka jika di panggil Van.

"Udah mulai, yok!" Biru langsung menarik tangan Nila, tanpa berpamitan pada Bintang.

"Duluan ya tang!" Teriak Nila yang sudah di tarik.

Bintang yang melihat adegan itu hanya geleng-geleng, tepukan pundak memutuskan pandangan Bintang dari hilangnya dua makhluk tadi. "Kaget gue, lama amat lo kuntil!"

"Seenak jidat ae lo, lo pikir buang air semudah napas?" Rani yang berdiri di depannya sangat menyebalkan.

"Kali aja."

"Bodo, jadi nonton gak nih?"

"Gak, gue mau pulang." Bintang melenggang pergi.

...

Seminggu lagi waktunya bersama Biru, gadis ini tampak gelisah bagaimana cara menyampaikan perihal kepindahannya ke Biru.

Seorang yang di pikirannya sedang berjalan ke arah ia duduk, dengan muka tanpa ekspresi. Pandangan mata jernih Nila tidak lepas dari gadis cuek itu "apa?" Walaupun Biru cuek tapi ia masih bisa menangkap Nila yang menatapnya sejak ia datang.

Nila menggeleng dengan senyum yang menurut Biru aneh.

Istirahat, dua gadis itu berjalan menuju kantin yang dipenuhi seribu umat. "Hmm, Bi! Lo duluan ya, gue ada urusan sama buk Anggi. Ntar gue nyusul." Biru mengangguk dan melanjutkan jalannya.

Semangkok bakso dan segelas es teh manis, Biru mulai menikmati pesanannya. Seorang mendaratkan tubuhnya ke kursi di hadapan Biru, ia tidak terusik, pikirnya itu adalah Nila.

"Tumben lo sendiri?" Bukan suara Nila, tapi... Aihhh sial pakai duduk di meja nya pula. Biru menggeram dalam hati tapi masih dengan aktivitasnya, berusaha untuk tidak peduli, kadang matanya melirik cowok itu yang duduk santai tanpa peduli kondisi sekitar yang terang-terangan membicarakan mereka.

"Lo nambah masalah!" Biru berucap dengan nada dingin, tanpa beralih dari makanannya.

Senyum merekah di wajah tampan Bintang. "Gue? Jadi duta shampo lain, hahahah!" Tawa Bintang menggelegar "yakali!" Sambungnya dengan muka tengil dan kembali tertawa sambil memegangi perut saat melihat wajah Biru berubah menjadi kesal.

Biru tak habis pikir dengan kelakuan makhluk aneh ini.

"Pergi!" Desis Biru tajam.

"Oou sans dong mbak Biru, jangan ngegas terus, butuh rem juga dong!" Bintang berucap dengan sok gaul.

Nila yang melihat pemandangan itu tersenyum, ternyata tak selamanya ia berada di samping Biru, pada akhirnya ia melepaskan salah satu yang berada di genggamannya.

"Woi, asik banget nih keliatannya!" Sambar Nila dengan wajah songong.

"Nyambung aja lo kayak rucika." Perotes Bintang.

"Heheh, sa ae lo pentol korek!" Balas Nila sambil tertawa garing.

"Dasar ponakan dajjal, ganteng kayak gini dibilang pentol korek." Bintang menatap Nila dengan sudut matanya, seperti melemparkan sebuah kemarahan.

"Peace!" Nila mengajukan jari berbentuk V.

Candaan Nila dan bintang berhenti ketika melihat Biru memandang mereka dengan tatapan begitu tajam seolah ingin menelan mereka hidup-hidup. Bintang dan Nila juga membalas menatap Biru "apa lo?" Tanya Biru dingin.

Terjadi keheningan beberapa saat, hingga suara Desta menyeruak pendengaran mereka. "Hahh, aa' tangtang seling-" ucapan Desta terpotong saat melihat Nila ditambah dengan ekspresi terkejut, dan kedua telapak tangan di bawah dagu

"AAAAAA, ada neng Nila yang cantikkk! jantung...jantung gue jatuh ke perut tur!" Adu nya ke Arthur sambil memegangi daerah dada. Lebay subhanallah.

....

Jangan lupa Follow  and comment

Follow juga ig:@reza.mutia
@story_biru.bintang

Tinggalin bintangnya di sudut kiri bawah😊



BIRU & BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang