BIRU & BINTANG 4

59 29 5
                                    


Sudah setengah hari, dua gadis itu masih setia menonton drama korea di depan layar laptop.

"Bi, lo nggak kerja hari ini?" Tanya Nila yang masih fokus ke layar.

"Iya jam 2."

Mereka berdua kembali fokus pada drama yang sedang diputar.

2 jam kemudian.

"Uhhh udah abis aja film nya. Terhura gue!" Ujar Nila yang menghapus air matanya.

"Terharu!!" Bantah Biru

"Iya iya, mulut gue typo, eh udah jam satu nih. Lo mau kerja kan!"

"Iya, lo mau makan?" Tawar Biru.

"Nggak deh, gue mau langsung pulang. Bonyok gue ngabarin kalau udah mau nyampe rumah ni, sekalian anterin ya, Bi"

"Hmm" sahut Biru dan berlalu bersiap siap untuk bekerja.

Biru bekerja sebagai fotografer juga mengurus cafe kecil peninggalan sang ibu. Hanya pekerjaan itu yang mencukupi kebutuhannya.

Biru menggeluti dunia fotografi sejak Smp, awalnya ia mengikuti ekstrakurikuler, karna kegigihan dan juga kerja keras akhirnya Biru bekerja di salah satu studio foto terkenal.

"Yuk!" Biru sudah siap dengan pakaian sederhana.

Perjalanan ke rumah Nila memang tidak jauh, akhirnya mereka tiba. Di rumah mewah milik Nila, terlihat kedua orang tua dan kakak laki-laki Nila, Nila langsung berlari ke keluarganya dan memeluk mereka. Saras, mama Nila yang melihat Biru dan memanggilnya.

"Eh nak Biru, ini oleh-oleh buat kamu, ayo mampir dulu!!" Ucapnya lembut dan memberikan paper bag merah, ini juga yang membuat Biru nyaman berteman dengan Nila, keluarga Nila sangat baik dan ramah pada Biru.

"Makasih tan, enggak dulu tan maaf, Biru mau ke tempat kerja!" ujar Biru sopan.

"Iya gapapa, Biru hati-hati ya!"

"Makasih tan, Nil, om, kak." Biru tersenyum tipis, tidak bisa dipungkiri bahwa Biru iri dengan kehidupan Nila, keluarganya. Ya keluarga yang dimiliki Nila adalah keluarga yang didambakan Biru.

***

"Nila, bulan depan kita semua pindah ke London!" Tutur sang Papa.

Saat ini Nila sekeluarga sedang bersantai di ruang tengah rumah ini.

"Kita?" Beo Nila, ia yang sedang melihat-lihat oleh-oleh pun langsung terhenti.

"Iya nak, kita berempat! Oma sakit, kita harus merawatnya di sana." Ucap Mamanya.

"Nggak ma, Nila sekolah di sini. Kenapa Nila harus ikut? Kenapa nggak mama sama papa aja? Nila bisakan tinggal sama bang Tian?" Kilahnya.

"Oma merindukanmu, kamu sekolah di sana dan Tian tetap melanjutkan kuliahnya di sana!" Balas sang papa.

Nila hanya menggeleng dengan air mata yang sudah berlinang.

"Vanila, papa mohon kasihan Oma mu di sana yang sedang sakit, bukan?!"

Nila hanya berlalu pergi ke kamarnya, sang mama hendak beranjak untuk mengejar Nila "biar Tian aja yang ngomong ke adek ma"

Tian memasuki kamar Nila, terlihat Nila yang sedang duduk di tepi kasur
"Kenapa? Biru?" Tanya Tian yang sudah tau alasan Nila.

Nila mengangguk samar.

"Kalo Biru yango jadiin alasan lo, pasti dia nggak suka. lo khawatir sama keadaan Biru di sini kalo lo pergi kan? Lo tenang aja, kita bisa nyewa orang buat mantau Biru, buat mastiin Biru baik-baik aja, kalo oma udah membaik nanti kita juga bisa kan ke sini!"

Nila mengangguk tegas dan berhambur ke pelukan Tian "makasih bang, gue sayang lo."

"Sebulan, waktu lo sama Biru jangan sia-siain, oke!!" Ucap Tian sambil mengecup kening Nila.

Akhirnya ia lega mendengar penuturan sang kakak dan langsung bercakap dengan Biru lewat WhatsApp

BiBiBeku😤

Bibi, lo masih kerja
Besok hangout yuk
Bibi cintahhhhh lo dimana?

Najss!! Knp lo? ad mauny?

G tuh
Gue pengen ngabisin waktu sama sahabat tercintahhh

Jari tngah!!

***

"Biru!! Ini penghasilan lo hari ini, nanti kalo ada job lagi gue hubungi ya!!" Ucap gadis yang menjadi atasan Biru.

"Thanks ya kak, gue balik dulu."

Jalanan yang ramai, menghiasi perjalanan Biru malam ini, di depan jalan sana terlihat kerumunan yang begitu ramai, entah apa yang terjadi hingga membuat Biru penasaran, dan sepertinya jalan ini tidak bisa dilalui saking ramainya.

Biru memutuskan turun dari motornya dan bertanya ke pengendara lain.
"Pak, ini ada apa ya?"

"Di depan ada kecelakaan mobil neng, ibu dan anak. Ibunya meninggal anaknya masih bisa di selamatkan." Ungkapan bapak itu sontak membuat Biru benar-benar shock, ingatannya kembali berputar mengingat kejadian sepuluh tahun lalu yang persis dengan sekarang.

Sekarang posisinya berbeda, bukan Biru, tapi Biru sangat tahu bagaimana rasanya, bahkan Biru sampai depresi sampai hampir di bawa ke rumah sakit jiwa.

Lalu bagaimana anak itu? Apa dia juga akan sendiri seperti Biru? Apakah anak itu masih punya ayah atau sama seperti Biru?
Air mata biru tak bisa di bendung lagi, kejadian itu membekas sampai sat ini. Nafasnya sesak, tubuhnya dibanjiri keringat.

"Neng, neng kenapa nangis? Neng baik baik aja kan?" Tanya bapak-bapak yang membuyarkan lamunan Biru.

"Ah, gapapa pak. Kalo gitu saya permisi ya!".
Biru melanjutkan perjalanannya memutar balik arah motor melewati jalan lain, pikiran Biru melayang, pandangannya kosong, air matanya sudah kering membekas di wajah datar itu.

Banyak umpatan dan klakson dari  pengendara lain ulah Biru yang tidak fokus, akhirnya motor Biru memasuki pekarangan rumah.

Biru berjalan gontai ke kamarnya, pertahannya roboh Biru tertawa hambar dan akhirnya menangis kencang, nafasnya tercekat Biru memukuli dadanya, Seperti orang gila, Biru bahkan menjambak rambutnya.

Ini terjadi jika Biru kembali berpikir tentang masa lalu itu, rasa frustasi atas kehilangan ibunya sering membuat Biru tidak terkendali, bahkan ia dulu ia sering berbolak-balik ke psikiater untuk berobat.

Sudah beberapa waktu ini hal itu sudah jarang terjadi, sekarang terjadi lagi, Biru meraih obat-obatan yang sudah lama tidak dikonsumsinya, laci narkas ia rogoh dengan tangan bergetar, Biru segera meminumnya sebelum kesadarannya hilang, gelas yang ia pegang pun sudah berhamburan di lantai bahkan pecahan kaca mengenai tangannya.

"I-bu!!"

***

Jangan lupa Follow vote and comment 😽
Ig: @reza.mutia

Cek ig:@imut.rezz_
Disitu ada info-info cerita ini ya😉

Next? Komen dulu ya;)

Salam, Imut🤗

BIRU & BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang