𝐎2. 𝐖𝐡𝐨 𝐚𝐦 𝐢 (?)

343 75 5
                                    

Eugh— dimana?

Mata Dahyun memandangi ruangan hampa nan kosong ini dengan takut. Tidak ada cahaya sama sekali, bahkan melihat dirinya sendiripun tidak bisa.

Apa aku sudah mati? Batinnya.

Dirinya mulai merangkak sambil meraba benda yang tidak diketahuinya, sampai akhirnya ia memegang sebuah benda yang terasa seperti lemari (?).

Dahyun kemudian berusaha untuk berdiri dan meraba dinding pikirnya,

KLEK—

Terang, Dahyun memencet stop kontak, ia sangat bersyukur karena itu. Ketika Dahyun menatap sekeliling, ia terperanjat.

Disitu, ia melihat dirinya sendiri tergeletak dengan keadaan tertimpa lemari. Dahyun membekap mulutnya lalu menangis dengan keras, antara tidak percaya dan sedih.

Do re mi—

Dahyun menatap kedepan ketika mendengar suara piano itu tertekan sesuai urutan nada.

Ia lebih kaget melihat pria dengan baret merah, rambut berwarna coklat, baju putih yang kuno dan celana coklat panjang, jangan lupakan sebuah kaus kaki yang dipadukan dengan sepatu hitam yang mengkilap.

Tangan pria itu sangat lihai menekan jarinya pada balok-balok piano dengan cepat, terlihat seperti tangannya sedang menari-nari diatas tuts piano.

Tubuh sang pria pun bergerak seirama dengan nada yang ia keluarkan, nada suram dan kesedihan. Mengapa harus nada ini yang keluar?

JRENGGGGG

Serentak pria itu menekan semua balok piano dengan kencang, bahunya terlihat naik turun seperti sedang menahan amarah yang bermunculan.

Dahyun tersentak ketika si pria mulai menegapkan badannya dikursi hitam itu lalu tangannya disimpan diatas tuts piano. Hanya menyimpan, tanpa ada niatan menekan atau memainkannya.

"Bagaimana... " tanyanya

Dahyun bingung, heuh? Apa maksudnya?

KRIEETTTT—

Kursi itu terdorong kebelakang secara perlahan karena sang pria mulai berdiri, ia menoleh kebelakang lalu menatap tepat pada mata Dahyun.

Raut wajahnya dingin dan kaku, garis matanya tajam dan hidungnya mancung, bahkan kulitnya sendiri terbilang sangat putih.

Tap tap tap

Pria itu mulai berjalan mendekati Dahyun, sedangkan Dahyun mengambil langkah mundur. Dan sialnya ia sudah tersudut pada dinding ruangan itu.

Pria itu menyeringai pelan

"Bagaimana... Rasanya kematian, Kim? "

Dahyun terperanjat, matanya membulat, kakinya melemas dan tangannya mengepal.

Apa maksud si sialan ini?!

"A-apa maksudmu sialan! " umpat Dahyun

Sang pria terbahak kencang lalu menepuk tangannya sendiri dengan kasar.

"Sudah jelas bukan? Kau sedang memperhatikan mayatmu yang tertiban lemari, artinya kau sudah mati, eumm atau kata halusnya adalah kau sudah tidak bernyawa lagi" jawabnya sambil tersenyum

Senyuman itu memuakkan bagi Dahyun, ia hanya ingin segera bangun dari mimpinya saat ini.

"Masih menganggap ini mimpi eh? " seakan tahu, pria itu bertanya kepada Dahyun dengan nada mengejek.

"Siapa kau" desis Dahyun sinis

"Siapa aku? Ah iya! Siapa aku?—" Jaehyun memperagakan pose sedang berpikir lalu menjeda ucapannya.

Kemudian ia mengetuk-ngetuk kepala Dahyun dengan jarinya lalu tersenyum sinis "—kau punya otak bukan? Cari tahu lah sendiri" sambungnya lalu menghilang.

Dahyun masih terdiam ditempat, ia tidak tahu lagi harus bagaimana. Tubuhnya ambruk kebawah lalu air matanya mulai berlomba untuk turun.

Ada yang bilang, jika air mata keluar lebih dulu dari kiri artinya kau sedang sedih, tetapi jika keluar dari kanan artinya kau bahagia.

Lalu... Kenapa air mata Dahyun diawali dari mata kanan?

TBC.

Halo hyung, karena aku baik, aku double update:>
Suka kan kalian
Iyakan
Ngaku aja
Gak usah sok sok an gak suka
Tak gibeng nih

[ O2. ] PianoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang