이 (dua,)

10 2 0
                                    


.
.
.
.
.
.
.
.
.

Minhee sedang berjalan ditortoar sekolah Estaem ent.









"Minhee.."

Panggil seseorang dari belakang.

"Kenapa, jen?"

Tanya minhee.

"Lo temenya seobin kan?"

Tanya jeno setelah sampai dihadapan minhee.

"Iya, emang kenapa?, lo kok bisa tau?"

"Itu, nggak penting, yang penting lo suruh temenlo jangan deketin irenee kalo dia nggak mau celaka"

Kata jeno dengan muka datar nya.

"Lah emang kenapa?"

"Pokoknya sampein kedia"

"Lo kan sekelasnya, lo aja yang bilang kan bisa"

"Nggak bisa, dia nggak bakal dengerin gwe"

"Ya oke lah"

Kata minhee akhirnya, lalu pergi begitu saja meninggalkan jeno.












































"Ini yang nggk masuk, hanya sanha kan?"

Kata junho.

"Sanha?"

Tanya seobin, heran.

"Iya dia nggak berangkat"

"Emang kenapa dia kemaren baik-baik aja..."

Katanya terputus saat ingat sesuatu.

"Eh tapi kemaren katanya dia mau ke kantin, tapi kok nggak balik-balik ya?"

Tanya seobin, penasaran.

Junho membuang nafas berat, dan akhirnya menjawab pertanyaan seobin.


"Dia kemaren ditemukan di kamar mandi pria, dengan keadaan babak belur di bagian wajah dan perutnya"

Jelasnya.

"Kok bisa?"

Tanya Haechan histeris.

"Ya ampun dia kan temen gwa satu-satunya yang ngertiin gwe kalo lagi nggak punya uang"

Kata Haechan, dengan lagak sok nangis.

"Ya elah lu emang mata duitan"

Kata han, lalu noyor kepala Haechan.

"Ya emang kenapa?, lo aja temen bokek, kalo di jajanin es serut, paling pertama ngiwutnya"

MISTERITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang