"Ke kampus sekarang?" suara serak Jungkook terdengar begitu dalam di telinga Jimin, sehingga membuat pemuda manis di sana agaknya terkejut. "Iya, Jungkook." Jungkook menganggukkan kepala nya dan menenggelamkan tubuh ke dalam selimut.
"Aku antar, Kak?"
Kancing kemeja terakhir sudah ia pasang dan rambut depan ia sibak ke belakang hanya untuk memastikan tidak ada kata 'jelek' di wajah nya. "Kau juga sekolah, Kook. Cepat mandi. Sarapan sudah ada di meja makan, handuk jangan ditaruh di kasur, dan pulang nanti letakkan sepatumu di rak, Jungkook. Kalau kau tidak ingin melihatku marah."
Setelah memakai lipbalm, Jimin berkacak pinggang di depan Jungkook dan memberinya sedikit wejangan yang membuat pemuda berusia tujuh belas tahun di atas kasur itu menahan tawa. Sungguh lucu sekali Jimin nya ini.
"Iya, Sayang."
Mata Jimin menyipit saat melihat Jungkook beringsut mendekat ke arah Jimin. Jari telunjuk bertato milik si pemuda ia letakkan di pipi kanan, Jimin tertawa kecil. Mendekatkan bibir tebal ke telunjuk tadi dan mengecup di pipi Jungkook. Tentunya dengan sayang.
"Muaah~!"
"Sudah ya? Aku berangkat dulu."
Sejujurnya Jungkook sangat malas, bahkan untuk menggerakkan tubuhnya sekalipun. Tapi demi Jimin, ia rela bertanya untuk kesekian kalinya lagi saat teman sekamarnya itu mulai memasang anting perak berbentuk salib,
"Aku antar ya, Kak?"
Selesai memasang kedua anting dengan bentuk sama itu ke telinga kanan dan kiri Jimin berkacak pinggang menghadap Jungkook, "tidak perlu sayang.. aku bisa berangkat sendiri." Ransel hitam ia gendong dan sekali lagi satu kecupan mendarat di pipi yang paling muda.
Ah~ enaknya menjadi Jungkook.
"Hati-hati kak!"
Berjalan melewati gang-gang sempit, Jimin akhirnya sampai ke kampus. Melihat sekarang masih jam tujuh dan kelas pagi nya mulai pukul delapan, Jimin pikir lebih baik ia ke perpustakaan terlebih dahulu untuk meminjam buku sosiologi.
Hei, jangan salah sangka. Jimin meminjam buku itu karena ia tertarik dengan kehidupan sosial masyarakat. Mengagumi hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan di luar sana. Memang bukan jurusan nya memang, tapi entah kenapa.. warna-warni setiap orang membuatnya ingin mendalami suatu hal.
Entah tentang apa, tapi sekarang ia sudah sampai di depan pintu perpustakaan. Sedikit banyak Jimin heran, kenapa setiap pintu di kampus ini mayoritas berkayu mahoni dan menjulang sangat tinggi. Ia kan jadi susah sendiri saat akan mendorongnya.
"Selamat pagi, Princess. Ada yang bisa saya bantu? Membukakan pintu itu untukmu, misalnya?"
Jimin benci mengumpat, tapi mulutnya sangat ingin mengatakan ini,
"Fuck Taehyung! Menjauh dariku dan jangan memegang pantat orang sembarangan! Terkutuklah kau! "
Telapak tangan yang sedari tadi memegang pantat Jimin akhirnya dapat ia lepaskan. Karena sungguh! Si Taehyung bangsat ini tidak hanya memegang, tapi juga meremas! Moodnya untuk bersantai di perpustakaan ludes sudah.
"Kenapa berbalik arah, Jimin? Kau tidak jadi masuk ke gudang buku itu?"
Menyebalkan. "Tidak minat lagi. Dan berhenti mengekori ku bajingan!"
Terlunjuk milik Taehyung bergoyang ke kanan kiri, membuat gerakan seolah menolak dengan mulutnya yang bersuara seperti cicak. "Princess dilarang bicara kotor.. lebih baik bibir tebal itu untuk penis ku. Setidaknya lebih bermanfaat."
Kaki panjang nya ia gunakan untuk melangkah menjauh dari Taehyung segera dan bibirnya tidak berhenti mengucap sumpah serapah, seperti, "bajingan selamanya akan tetap menjadi bajingan. Dasar kepala penis! Lebih baik seks dengan Jungkook daripada penjahat kelamin kasar sepertinya!" dan masih banyak lagi yang Jimin akan ucapkan ke depannya.