AAB - Dua 1/2

2K 286 74
                                    


Sebelum kalian nulis, sini aku wakilin.

akhirnya ya apdet juga. 

Done.

Btw mau nanya, kalian sudah baca berapa ceritaku di WP?


"Tumbennya kau bangun pagi, biasanya mamak harus gedor pintu kau." sapa mamanya saat Tatiana keluar dari kamar sudah berpakaian rapi.

Tatiana ingin memutar bola mata mendengar ucapan itu, tapi apa dayanya, putar bola mata maka lehernya yang akan diputar oleh mamanya dalam sekejap. 

Bercanda.

Bohong, tidak sepenuhnya bercanda. 

Mamanya itu memang sadis dalam urusan tata krama. Ia ingat bagaimana dulu abangnya pernah diikat di pohon mangga depan rumah lantaran mengucapkan kata 'anjing' lebih dari tiga kali. Jadi, kalian pikir Tatiana mau diikat di pohon sekarang ini? Tidak, terima kasih. 

Omong-omong, jangan bilang-bilang ke Kak Seto atau komnas perlindungan anak mengenai hal ini, oke? Mungkin kalian bisa laporkan mengenai bagaiman ia dan abangnya disuruh membersihkan rumah tanpa upah. Tunggu, itu bisa dilaporkan tidak, ya? Gue bisa punya banyak uang ni dari hasil buruh bertahun-tahun.

"Melamun laginya kau?" mamanya membawa dua piring nasi goreng yang mengepul sembari lewat sehingga pikiran Tatiana kembali fokus lantaran lapar dan tidak mau tidak mendapatkan jatah sarapan.

"Enggak, Mak. Ini lagi mikir apa yang harus aku bawa lagi." jawab Tatiana akhirnya.

"Itu lah kau. Suka sekali ketinggalan barang kecuali hape kau itu. Itu hape kalau bisa kau tempelkan di matamu pasti kau tempelkan."

Ini kedua kalinya Tatiana berusaha sekuat tenaga untuk tidak memutar bola mata.

"Bisa mikir juga lo? Punya otak?" dua tangan menggoyang kepalanya lalu mengetuk satu sisi dua kali. "Nope, masih kopong kayak dulu."

Tatiana menggigit tangan satu-satunya pria yang ada di rumah itu dengan sadis hingga ia menjerit kesakita.

"Tit! Tangan gue! Aaaaaa! Sakit, bre---"

"Berani kau lanjutkan, mamak lempar kau dengan ini!" mamanya mengacungkan penggorengan panas yang berada di atas kompor pada abangnya.

Puas, Tatiana melepaskan gigitannya dan berjalan ke kursi meja makan dengan senyuman lebar. 

"Awas lo ya di jalan nanti." bisik abangnya yang hanya dibalas dengan juluran lidah oleh Tatiana.

###

"Tati, tumben lo gak telat?" sapa seorang perempuan dengan rambut pendek sebahu. Garis samar di wajahnya tidak mampu menutupi kecantikan dengan riasan tipis itu.

Sudah berapa lama mereka kerja bersama? Lima tahun? Sepertinya lebih, dia tidak pernah memerhatikan bahwa peremouan yang dulu menjadi teman pertamanya saat menjadi sekretaris di sini sudah menua.

Menyadari ia hanya memerhatikan tanpa memberikan jawaban Tatiana berdeham saat melihat satu alis perempuan di sebelah mejanya terangkat. 

Ia berdeham.

"Mana mungkin sih gue melewatkan satu minggu terakhir gue sama lo, Ci." Tatiana menaik turunkan alisnya dengan jenaka yang mendapatkan dengusan dari Herlina. "Makan siang di mana nanti sama para sekretaris?"

"Gak tahu, gue terima jadi aja." Herlina lalu menyipitkan matanya, "Lagian, harusnya lo lebih tahu dari gue, kan gue yang mau dikasih kejutan."

Tatiana menepuk keningnya dengan pelan, "Astaga! Bener juga, ngapain gue tanya lo, ya?" ujarnya dengan kekehan yang membuat Herlina melemparnya dengan gulungan tisu bekas.

"Lo udah berapa lama ya sama pacar lo itu?" tanya Herlina tiba-tiba.

"Huh? Lima? Kayaknya segitu deh, gak lama dari Mbak Kikan keluar soalnya."

"Wow, lama. Gak ada kode-kode  bakalan dilamar gitu?"

"Ci, lo sekarang kayak ibu-ibu tua kurang gosip deh."

Herlina tertawa, "Gue kan emang ibu-ibu tua. Tahun ini umur gue lima puluh tahun kalau lo lupa."

"Ya ampun! Kok masih kelihatan kayak anak gadis ya?" Tatiana berujar sambil menutup mulutnya dengan satu tangan. 

"Bohong lo keterlaluan." desis Herlina. "Lima tahun itu kayak cicilan mobil, Tati. Gue gak bakalan bisa dengerin cerita lo lagi nan---"

"Kan masih ada teknologi yang namanya ponsel, Ci." potongnya, ia tidak suka ide ditinggalkan.

"Benar. Tapi tetap aja beda rasanya. Gue cuma mau kasih wejangan aja sebelum pergi."

"Ci...lo gak sakit parah kan?"

Herlina melemparnya lagi, kali ini dengan stepler yang mendarat tepat di pangkuan Tatiana.

"Drama! Jangan kebanyakan nonton sinetron sama telenovela India!"

"Ya, gimana, tontonan mamak kan dua itu. Soundtrack-nya aja masih terngiang-ngiang di otak gue."

Herlina mengembuskan napas dengan kesal. "Jangan kelamaan kalau kalian gak ada omongan soal masa depan. Ini bukan masalah rahim, meskipun lo sudah kepala tiga, tapi ini masalah waktu lo yang terbuang sia-sia."

jangan lupa pencet bintang and kasih komen ya, terima kasih! :D

21/10/20

Abrac Ada Bra! [FIN] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang