8. Surat Cinta

19 5 5
                                    

"Nyak loe uda belajar matematika?"tanya Fitri yang saat ini di sibukkan dengan membolak balikan lembar demi lembar bukunya.
Anya teringat tentang pelajaran matematika yang berujung dia mematikan sambungan telepon dari Bagas.
"Nyak, woy diem bae kesemabet loe nyak, aduh jangan sampai pagi pagi."
"Ahh iya? Uddaaa udaa." Jawab anya sedikit bingung.
"Kenapa nyak loe lupa sama materi matematika yang buat ulangan? Duh jangan sampai nyak, bisa mampus gue." Panik Fitri.
"Ah enggak kok, gue uda belajar kok tenang aja."
"Berarti nyontek ya nyak."
"Gampang elah." Jawab Anya yang saat ini sibuk membuka kembali buku latihannya.
Saat guru mata pelajaran matematika sedang membagikan lembar soal, Fitri yang melihat raut wajah teman temannya langsung berubah menjadi pemikir keras atau bahkan tiba tiba menjadi diam dan menatap lurus ke depan seolah olah jawaban matematika itu akan datang dengan sendirinya.
Fitri yang melihat Anya dengan sangat telaten bergelut dengan kertas cakarannya yang bahkan sudah hampir full, sementara Fitri kertas cakarannya hanya di isi dengan coretan coretan tak bermanfaat. Insecure seketika menghampiri Fitri.
"Nyak nyak." Bisik Fitri sambil menyenggol lengan Fitri yang ada di sampingnya.
"Sabarrrr..." bisik Anya.
"Nomor berapa sih loe?" bisik Fitri lagi.
"Sabar nih gue nyalin dari kertas cakar, lu liat aja cakaran gue fit." Bisik Fitri menunjuk kertas cakarannya yang bahkan tidak bisa terbaca oleh Fitri.
"Nyak otak gue gak nyampe, yang uda rapi aja."
"Ya udah sabar, 5 menit."
Fitri yang melihat Anya menyalin hanya bisa diam melihat semua cakaran yang tidak di mengerti. Pertanyaannya kenapa Fitri gak mau liat jawaban dari Anya yang belum selesai, sementara Anya duduk disampingnya. Jadi menurut Fitri lebih baik meminta dan di berikan dari pada meminta namun tidak dengan izin si empunya jawaban. Itu kan namanya mencuri.
"Nih udah jangan sampai ketauan." Ucap Anya sambil memberikan lembar jawabannya.
"Gampang lah, aman gue main aman udah percaya loe." Ucap Fitri kalang kabut karena 10 menit lagi jam pelajaran akan selesai.
***
"NYYAKK LOE PARAH BANGET!!!" Teriak fitri, dan langsung mendapatkan tatapan horor dari teman kelasnya.
Anya menutup telinganya spontan, Anya menatap Fitri dengan tatapan horornya.
"Heheheh," tawa Fitri garing.
"Makasih kek loe."
"Makasih Anya, tapi loe kebangetan kasih jawabannya h-10 menit gila..."
"Susah tau, soalnya." Ucap Anya menghela nafasnya.
"Masa sih, bukannya loe selalu bisa?" tanya Fitri heran.
"Uffff...." Anya menghembuskan nafasnya pelan.
"Ya udah lah kantin yuk." Ajak Fitri sambil menarik tangan anya.
Saat di perjalanan menuju kantin, Anya dan Fitri bertemu dengan salah satu kakak kelasnya yang kemarin memberikan makanan.
"Eh anya.."
"Iya kak." Jawab Anya sopan.
"Nih." Ucapnya sambil menyodorkan sebuah surat dan coklat berpita pink.
"Loh kak, ini?" tanya Anya heran.
"Itu dari orang yang sama, gue disuruh sama dia." Terangnya.
"O-ohhh ya makasih kak." Ucap Anya sopan.
Fitri yang melihat ada kejanggalan langsung menarik Anya menuju kantin.
"Nyak gue penasaran banget deh sama si Bagas, kok dia bisa punya kaki tangan di sekolah kita?" tanya Fitri yang saat ini sedang meminum jus mangganya.
"Ya mungkin aja kak Bagas punya banyak teman disini." Ucap Anya.
"Whaaattt!!!!! Loe manggil apa tadi? Kakak?" tanya Fitri kaget.
"Emang kenapa?" tanya Anya cuek.
"Kok manggil nya kakak?" tanya Fitri lagi.
"Dia kakak kelas fit, anak kelas 3."ujar Anya.
"Oooooo tapi cie cie yang dapat surat dari calon pacar yuhuuu, jomblo mah diam aja." Rayu Fitri.
"Apaan sih, loe tuh jomblo!"
"Ehe loe juga kali hahahahahaha." Tawa Fitri, Anya yang saat ini masih berada di kantin.
***
"Loe hari ini balik sama siapa nyak?" tanya Fitri yang saat ini berjalan di samping Anya.
"Gue mau naik ojol aja fit, gue mau mampir dulu ke suatu tempat." ucap Anya sambil memainkan handphonenya.
"Ooooo ya udah gue duluan ya nyak." Ucap Fitri yang melihat abangnya yang saat ini sudah berada di depan sekolah.
Saat ojol yang dipesan anya sudah datang, Anya langsung menuju ke arah tujuannya, taman. Iya Taman, taman dimana saat itu Bagas meminta nomor wa nya.
"Makasih ya bang," ucap Anya sambil menyodorkan uang kepada Abang ojek.
"Sama sama neng " ucap Abang ojol ramah, dan meninggalkan Anya yang saat ini sudah berjalan menuju taman.
Anya duduk di salah satu bangku taman sambil memegang surat ber amplop pink dari Bagas, Anya melihat amplop dengan stiker love di bagian ujung tutup amplop, "Kok bisa kepikiran buat surat gini sih.?" Tanya Anya pada dirinya sendiri sambil tersenyum.
Anya membuka amplopnya dan satu kata dari Anya menilai tulisan bagas adalah Rapi.

Untuk Anya Dewi.

Kata Abraham Lincoln Anda tidak bisa pergi dari tanggung jawab esok hari, dengan menghindarinya hari ini. Kata itu cukup menampar ya nya?
Tapi hari ini gue kayak menghindari elo, elo ngerasa gak? Kalo gue ngerasa, loe juga harus ngerasain yang sama.:)
Makasih uda mau Nerima surat dari gue, besok Minggu loe mau gak jalan sama gue, kita nonton atau apa mungkin, kalo loe bisa langsung telpon gue nanti malam jam 7, gue tunggu keputusannya. Mungkin loe menerka nerka, kenapa surat ini warna pink? Dan mungkin juga loe anggap ini surat cinta? Tapi gue rasa gue terlalu egois kalo ngungkapinnya sekarang. Gue bukanya gak punya ke beranian buat ajak loe jalan secara langsung, cuman gue malu aja. Siapa gue? Cowok yang ketemu sama loe di halte. Ini gue nulis surat karena saran dari Abang ipar gue, jadi loe jangan ketawain ide gila ini ya heheh.
Tapi gue ada puisi buat loe. Ada kertas putih di coklat itu yang gue gulung, hehehe gue gak pintar nulis puisi ini, sekali lagi saran Abang ipar gue.

Anya yang telah membaca surat dari Bagas tersenyum lebar, melihat betapa polos nya Bagas saat menulis surat ini.
"Manis juga." Ucap Anya sambil tersenyum menikmati angin sore di taman.
***
Malam ini tepat pukul 7 Anya duduk di meja belajarnya, sambil membaca puisi yang dikirim oleh Bagas.

Kamulah Jawaban ku

Ada 3 hal yang aku percaya dari takdir,
Yaitu doa, usaha, dan kamu.
Teruntuk doa, doa untukmu kepada Tuhan dalam sepertiga malam.
Usaha, usaha ku yang tak pernah lelah untuk mendapatkan mu.
Dan kamu, adalah jawaban dari doa dan usaha dalam takdirku.

Saat Anya membaca baris baris puisi Bagas, yang membuat dadanya berdesir, Dangan cepat Anya mengambil handphonenya dan menelpon. Bagas.
"Halo assalamualaikum." Ucap Bagas dari seberang telepon.
"wa'alaikumussalam Kak Bagas." Ucap Anya yakin.
Bagas tersenyum mendengar Anya memanggilnya kakak.
"Kak puisinya bagus." Sambung Anya sambil melihat jarum jam yang menunjukkan jam 7 lewat 15 menit.
"Oh ya?" tanya Bagas.
"Kak ta-waranya masih berlaku?" tanya anyak gugup.
"Loe uda dapat jawabannya." Ucap Bagas lesu.
Anya yang mendengar nada suara Bagas berubah, langsung merasa bersalah karena dia telat menelpon.
"Maaf kak, tapi gue beneran telat banget ya?" tanya Anya merasa bersalah.
"Uhhhmmmm" terdengar helaan nafas dari Bagas.
"Ma maaf kak, tapi bener bener uda gak bisa ya kak?"
"Jadi loe mau?" tanya Bagas merubah nada suaranya menahan senyum.
"I..iya kak." Ucap Anya dan langsung mematikan sambungannya.
Bagas hanya yang mendengar Jawaban Anya langsung berteriak girang di dalam kamarnya.
"Bang si Anya mau bang jalan sama gue." Ucap Bagas senang pada Abang iparnya yang saat ini berada di kamarnya.
"Nah cara gue emang ampuh hahahaha." Ucap Dito membanggakan diri.
"Makasih bang makasih." Seru Bagas sambil memeluk Dito.
"Pengap woy lepas lepas."

JADI PART INI GIMANA?
KURANG? KURANG PANJANG? KURANG BAPER? HEHE SEMOGA SUKA. #TIMHALU MASIH MELEK? VOTE BIAR AUTHOR BAHAGIA😂, NEXT? DITUNGGU AJA

Kita BerbedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang