Jam pulang saat ini dengan nyaringnya berbunyi. surga bagi anak sekolah untuk melepas penat setelah seharian bergelut dengan buku pelajaran.
“Nyak kedepannya bareng yuk, jangan ninggalin loh.” Ucap Fitri pada Anya, yang saat ini sedang memasukkan bukunya ke dalam tas.
"Loe pulang sama siapa nyak?” tanya Fitri lagi.
“Ojol kayaknya.”
“Oooooooo”
Saat Fitri dan Anya berada di depan sekolah. Tanpa sengaja, Anya melihat cowok yang saat ini tepat berada di depan Sekolah Anya dengan jaket kulit hitamnya.
Fitri yang melihat keberadaan Bagas langsung menyenggol lengan Anya “Ooooooo jadi ini si ojol.” Goda Fitri.
Anya yang mendapat godaan dari Fitri langsung menunduk malu. “Apaan sih fit.” Gumam Anya sambil mencubit lengan Fitri.
“Awwwww.... Sakit tau.” Jerit Fitri sambil mengelus lengannya.
Anya melihat Bagas yang saat ini tersenyum ke arahnya, dan dengan cepat Anya menunduk kembali.
“Bagas loe hati hati ya, loe bawa nyawa sahabat gue, awas aja kalo sampai loe telantarin di jalan.” Ancam fitri.
“Tanpa loe suruh pun gue bakal jagain Anya.” Ucap Bagas sambil tersenyum ke arah Anya.
“Gih loe sanaaaa nyak, jangan loe tolak lagi. Kasiann. Setidaknya HARGAI” suruh Fitri sambil mendorong tubuh Anya.
Dengan ragu Anya berjalan mendekati motor Bagas, Anya masih tidak percaya bahwa cowok di hadapannya ini tidak pernah main main dengan perkataannya.
“Loe tetep mau berdiri aja?” tanya Bagas saat melihat Anya masih berdiri di samping motornya.
“Hem, iya iya.” Jawab Fitri gugup dan langsung menaiki motor bagas.
“HATI HATI LOE NYAK.... “ucap Fitri sedikit berteriak saat motor Bagas telah meninggalkan area sekolah.
***
Di perjalanan rasa canggung menghampiri Bagas dan Anya. Saat ini Anya hanya bisa melihat samping kanan dan kiri tanpa berani mencuri pandang melalui kaca spion.
Bagas yang melihat Anya dari kaca spionnya dan melihat tangan Anya memegang ujung jaketnya membuat Bagas tersenyum.
“Pegangnya jangan disitu, langsung peluk aja.” Ucap Bagas sambil tersenyum sekilas menoleh kebelakang.
Anya yang tidak nyaman dengan keadaan seperti ini tidak tau harus berbuat apa, ingin memeluk namun canggung, tidak memeluk takut Bagas menancap gasnya dan kejadian menyilukan terjadi. Anya dengan ragu pelan pelan memeluk pinggang Bagas, Bagas yang merasakan sentuhan di pinggangnya tersenyum.
Akhirnya setelah beberapa menit dihabiskan di perjalanan Anya dan Bagas sampai di rumah Anya.
Anya dengan cepat langsung turun dari motor Bagas.”Makasih.” ucap Anya sambil melihat ke kanan dan ke kiri takut jika mamanya melihatnya.
Bagas tersenyum melihat tingkah Anya yang seperti seseorang yang tidak ingin ketahuan bahwa dia sedang di antar oleh seorang cowok.
“Btw loe kelas berapa?” tanya Bagas.
“Gue kelas sebelas, gue masuk duluan. Bye..” ucap Anya buru buru masuk saat melihat sang mama mengintip di jendela.
“Adik kelas gue berarti.” Ucap Bagas dan langsung melajukan motor nya meninggalkan rumah Anya.
“Kheeemmmm....” deheman mama Anya mengagetkan Anya yang saat ini akan menuju kamarnya.
“Yang tadi pagi bukan?” tanya mama anya langsung sambil melipat tangannya ke dada.
“Iya mah.”
“Pacar kamu?”
“Apaan sih mah, bukan lah.” Sanggah Anya cepat.
“Tapi akan.” Goda mama Anya dan dengan cepat berjalan meninggalkan Anya.
Anya yang melihat tingkah sang mama, langsung menaikkan bahunya dan berjalan menuju kamar.
***
Malam ini Anya sedang berbaring melihat langit- langit kamarnya dan mengingat apa yang terjadi pulang sekolah.
“Manis.” Ucap Anya tanpa sadar dalam lamunannya.
“Eh eh apaan sih gak gak, belajar belajar....!” ucap Anya menyemangati dirinya sendiri.
Saat Anya tengah bergelut dengan soal matematika, handphone Anya berdering menandakan sebuah panggilan masuk.Bagas
Nama yang tertera di layar handphonenya. Dengan ragu Anya mengangkat telepon dari Bagas.
“Ha.. halo.” Ucap Anya, Bagas yang mendengar suara Anya sedikit gugup, seperti mendengar dan melihat tingkah lakunya Anya tadi siang.
“Loe kenapa jadi ngomongnya gugup? Gue salah ya telpon loe?” tanya Bagas merasa bersalah.
“Ah engga enggak, kenapa?” jawab Anya tanpa terbata bata.
“Loe lagi ngapain?”
“Gue lagi belajar matematika.” Jawab Anya sambil menjepit handphonenya diantara pipi dan juga bahu.
“Loe tau gak, kenapa matematika harus menjadi pelajaran hitungan?”
“Karena pelajaran lainnya tidak se pasti matematika” jawab Anya polos.
“Salah.”
“Terus apa yang bener?” tanya Anya penasaran.
“Yang bener itu kenapa matematika menjadi ilmu hitungan, karena semua sesuatu harus diperhitungkan, termasuk loe.” Jawab bagas mantap.
Anya yang mendengar penuturan Bagas seketika membuat bisu sesaat, namun dengan cepat Anya bertanya kembali dengan gugup.
“Ke..kenapa gue loe perhitungkan?”
“Karena loe adalah sebuah jawaban dari soal gue.”
Anya yang mendengar perkataan Bagas tidak tahan untuk menahan senyumnya, dan seketika suara tertawa Anya pecah.
“ Hahahah Loe ceritanya mau gombalin gue?” tanya Anya yang masih tidak berhenti tertawa.
“Hahahahahahhaha, gaka papa kan? Adek kelas gue” ucap Bagas menekan pada kata adek kelas.
“Wait jadi loe anak kelas 3?” tanya Anya penasaran.
“Iya, dan selamat loe di deketin sama cowok kelas 3 saat ini.” Ucap Bagas dan berhasil membuat Anya terdiam dan langsung mematikan sambungannya sepihak.
“Tadi dia bilang apa? Di deketin? Astaga.” Jawab Anya salting sambil membuka dan menutup buku di depannya.I'M COME BACK NOW!!!! BIASA JADI KALONG, PADAHAL AKU GAK JANJI YA BUAT UP HEHEHE MALAH BELUM KEPENGEN UP.
TAPI GIMANA MENURUT KALIAN PART INI? KURANG GOMBAL? KURANG MANIS? ATAU KURANG BANYAK? HAHAHAHAHA SABAR AJA GUYS AKU SEDANG MEMPERSIAPKAN IDE BIAR BISA LEBIH PANJANG, JADI GAK USAH KHAWATIR. #TIMHALU TAU KAN TUGAS NYA APA? YUP VOTE BIAR AUTHOR BAHAGIA 😂
![](https://img.wattpad.com/cover/235999162-288-k773117.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Berbeda
Teen FictionHidup memang harus ada perbedaan, tapi dalam perbedaan itu kita merasakan sebuah kenyamanan dan rasa cinta. Seperti dua insan yang hanya ingin bersatu dengan perbedaan yang telah merekat erat dalam hati mereka. "Gue tau gue egois, gue pengen loe! Ja...