“Anya..” lirih bagas di samping ranjang anya.
Malam Minggu yang di harapkan Bagas sebagai malam kencan pertama rusak karena insiden Anya yang pingsan, dengan perlahan Bagas mencoba menyentuh punggung tangan Anya yang saat ini sudah terkena infus. Saat Bagas sudah akan menyentuh tangan Anya, tiba tiba terdengar suara pintu terbuka, mereka orang tua anya.
“Anya, kenapa bisa?” tanya mama Anya yang saat ini sudah mengambil alih tangan Anya.
“Kamu apain anak saya?!” tegas ayah Anya yang saat ini baru saja mendarat dan dengan cepat menuju ke rumah sakit.
“Tenang pa, kasian Anya,” mama Anya menengahi.
“Tante, sebenarnya Anya sakit apa?” lirih bagas saat tau bahwa Anya selama ini mengidap penyakit langka.
“Anya gak pernah tau tentang penyakitnya, jadi Tante harap kamu bisa jaga ini dari Anya.”
Bagas melihat keseriusan yang terpancar dari wajah mama Anya, berharap bahwa anaknya tidak akan pernah tau tentang penyakitnya dan hidup normal seperti orang lain. Bagas mengangguk lalu berpamitan untuk pulang.
***
Disinilah Bagas sekarang, basecamp SMK 10, Bagas masih memikirkan Anya. Berharap untuk tidak memikirkan gadis itu satu detik saja rasanya tidak bisa, Bagas mencemaskan keadaan Anya.
“Ahhhhkkk shit!” umpat Bagas sambil mengacak rambutnya kasar.
“Kenapa bwang?” tanya Roni teman satu kelas Bagas yang saat ini bersamanya di basecamp.
“Gue khawatir.”
Roni yang tidak paham dengan ucapan Bagas menaikkan satu alisnya.
“Ck, gue khawatir calon masa depan gue lagi sakit di rumah sakit.” Ucap Bagas prustasi.
“Lah terus kenapa loe disini?”
“Gue baru balik dari Rumah sakit, disana dia Ama bonyoknya.” Jujur Bagas.
“Ya jenguk lagi lah, loe di rumah sakit jagain dia toh juga ntar bonyoknya ninggalin sendiri. Bingung.” Ucap Roni sambil memainkan game yang ada di handphonenya.
Bagas memikirkan ucapan Roni, “Gak ada salahnya juga gue ada di rumah sakit jagain Anya.”
“Cabut gue.” Ucap bagas mengambil jaketnya dan berlalu meninggalkan Roni yang saat ini sedang asik dengan game onlinenya.
Dua puluh menit berlalu, Bagas saat ini telah berada di kamar rawat anya.
“Anya belum sadar juga Tante?” tanya Bagas sopan pada mama Anya yang saat ini sedang mengelus puncak kepala anaknya.
Mama Anya hanya menggeleng sebagai respon. Bagas yang melihat wajah Anya sedikit pucat dan wajah mama Anya yang sudah nampak lelah Bagas berinisiatif untuk membelikan makan malam.
“Tante uda makan?”
Mama Anya kembali menggeleng sebagai respon.
“Kalau begitu Bagas beliin ya Tante.” Tawar Bagas sopan.
“Gak usah nak, Tante sebentar lagi pulang, kamu tolong jagain Anya ya Tante ke sini besok pagi. Tante harus pulang buat ketemu papa Anya. Besok pagi pagi sekali Tante kesini. Oh ya ini nomor hp Tante ada di hp Anya, kalo ada apa apa telpon pakai hp Anya aja.” Ucap mama Anya.
“Iya Tan, Bagas bakal jagain anya.” Ucap Bagas mantap.
Mama Anya kembali memperhatikan wajah Anya, dan langsung mencium kening Anya sebelum pergi meninggalkannya.
Sepeninggalan mama Anya, ruangan yang saat ini hanya ada Bagas dan Anya hanya terdengar suara detak jarum jam. Bagas memperhatikan wajah pucat Anya.
“Loe cewek kuat Anya, gue yakin loe bisa bangun. Loe gak capek tidur mulu?” ucap Bagas mengajak Anya bicara.
“Gue khawatir nya sama keadaan loe. Bangun ya” ucap Bagas lembut sambil mengusap puncak kepala Anya.
“Gue janji, gue yang bakal jagain loe, gue yang bakal selalu ada buat loe, dan gue bakal rela ngasih badan gue paling depan buat loe nya.”
“Mulai hari ini loe dalam pengawasan gue nya.” Ucap Bagas lagi sambil memegang tangan Anya erat, berharap Anya dapat merasakan pegangan tangannya.
***
Pagi pagi sekali mama anya sudah berada di rumah sakit, melihat pemandangan khas anak muda di depannya, Bagas yang saat ini tertidur di samping ranjang Anya dengan posisi duduk dan Anya yang saat ini masih terbaring lemah.
Mama Anya mendekati tirai jendela dan mebukanya sontak cahaya matahari langsung mengenai wajah Bagas.
“Tante,” ucap Bagas khas dengan suara bangun tidur.
“Makasih ya uda jagain Anya semalaman,” ucap mama Anya yang saat ini sudah berada di samping ranjang Anya.
“Iya Tante.” Senyum Bagas. Saat melihat jam dinding Bagas langsung bergegas untuk pamit ke sekolah.
“Bagas sekolah dulu Tante, nanti pulang Bagas kesini lagi.” Ucap Bagas lalu meninggalkan ruang inap anya.Lain dengan Fitri yang saat ini mencoba menghubungi Anya, “Ck bocah satu ini tumben telpon gue gak diangkat.” Ucap Fitri dan mencoba menelpon Anya kembali namun hasilnya tetap sama.
Jam pelajaran sudah di mulai namun Anya sama sekali tidak terlihat. Pulang sekolah Fitri memutuskan untuk mendatai rumah Anya.
***
“Anya...” panggil Fitri yang saat ini sudah berada di depan rumah Anya.
“Spada...” cukup lama Fitri menunggu namun tidak ada tanda tanda bahwa Anya akan keluar.
Fitri langsung menelpon mama Anya dengan khawatir.
“Halo tante. Fitri dirumah kok Anya gak masuk ya?” tanya Fitri sopan.
“Aduh maaf ya Tante sama Anya pagi pagi buru, hari ini Tante sama anya kebandung ada acara. Hp anyatadi mode hening”
“Oh ya udah Tan, tadi kirain Anya kenapa kenapa, maaf ganggu ya Tan. Salam ke Anya.”
“Nak Bagas, tolong rahasiakan keadaan Anya saat ini, Tante juga minta tolong kamu ke sekolah Anya untuk minta izin kalau Anya tidak masuk beberapa hari karena urusan keluarga.” Ucap mama Anya khawatir.
“Baik Tante gak usah khawatir, Bagas akan urus surat Anya.” Ucap Bagas lalu keluar dari ruang inap anya untuk menelpon seseorang.MAAF KALO FEEL NYA GAK DAPAT, MAAFKAN AUTHOR YANG SEDANG BERUSAHA MENULIS DI SELA SELA KEGABUTAN DAN TUGAS NEGARA YANG MENUMPUK NGEHEHEHE
SEMOGA SUKA KISAH BAGAS DAN ANYA YANG NANTINYA AKAN BERBEDA KEYAKINAN UHHH ADA YANG BISA NEBAK SETELAH INI APA YANG TERJADI, BUT INI BELUM MASUK KONFLIK GAESS, AUTHOR MASIH HARUS MIKIR EXTRA UNTUK KONFLIK YANG BISA DIBILANG BERAT DAN AUTHOR SENDIRI BELUM PERNAH MERASAKANNYA NGEHEHHEHE SO SEMOGA SUKA DEH, JANGAN MINTA UP CEPAT CEPAT KARENA AKU BERENCANA HIATUS.TAPI BOONG😂
KLIK BINTANGNYA YA.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Berbeda
Teen FictionHidup memang harus ada perbedaan, tapi dalam perbedaan itu kita merasakan sebuah kenyamanan dan rasa cinta. Seperti dua insan yang hanya ingin bersatu dengan perbedaan yang telah merekat erat dalam hati mereka. "Gue tau gue egois, gue pengen loe! Ja...