“Aduh pakai baju apa ya, hemmmm” bingung Anya saat melihat baju yang dikeluarkannya.
“Tapi kan ini bukan kencan, cuman jalan jalan biasa.” Ucap Anya lagi sambil duduk diatas kasurnya.
“Ya udah lah apa aja bagus.” Final Anya sambil mengambil baju yang dianggapnya cocok untuk dipakai malam Minggu, tidak berlebihan dan yang penting sesuai.
Anya selesai memakai bajunya, saat ini Anya sedang melihat penampilannya, sangat sederhana. Kaos abu lengan panjang yang di balut dengan jaket levis. Celana Levis hitam, sepatu sneakers putih, dan jilbab hitam, sangat sederhana.
Anya merias wajahnya dengan tipis, hanya memakai liptint dan bedak baby, sangat tipis namun sangat cukup untuk kulit Anya yang sudah tergolong putih bersih. Anya melihat jam yang melekat ditangannya 18:50.“Ok, tinggal izin mama.” Ucap Anya lalu bergegas untuk menemui sang mama.
“Ma.. Anya luar main ya?” izin Anya.
“Tunben malam Minggu, mau main sama fitri?” tanya mama Anya.
“Emmmm bukan mah, mau main sama temen Anya yang lain.”
“Ahhhhhh pasti cowok kan?” tanya mama Anya semangat.
“Kok tau mah?”
“Yang kemarin?” tanya mama Anya lagi.
Anya mengangguk sambil tersenyum malu, “Cieeeeee anak mama.” Goda sang mama.
“Apaan sih mah, ini kan cuman jalan biasa, bukan kencan.” Jawab Anya salting.
Mama Anya tersenyum menggoda.
“Uda ah mah, Anya pergi dulu. Assalamualaikum.” Ucap Anya sambil mencium tangan si mama.
Jam 7 tepat bagas sudah berada di depan rumah Anya,Anya yang melihat kedatangan Bagas, di buat tercengang dengan penampilan Bagas malam ini. Cowok itu mengenakan kaos putih yang di balut kemeja, celana panjang jeans hitam dan sepatu sneakers putih. Hampir sama dengan apa yang ia kenakan.
“Hai, uda lama nunggu?” tanya Bagas sambil melihat penampilan Anya.
“Kebetulan banget ya.” Senyum Bagas.
Anya yang mendengar itu langsung menunduk malu.
“Gue ganti deh kak, tunggu bentar.” Ucap Anya, namun saat Anya akan berbalik tangannya di tahan oleh bagas.
“Gak papa, begini aja uda jauh lebih cantik.” Ucap Bagas sambil membenarkan gulungan tangan jaket Anya. Anya yang melihat kelakuan Bagas langsung di buat terdiam, Anya berusaha mencerna apa yang terjadi saat ini.
“Makasih” ucap Anya saat Bagas telah selesai menggulung lengan jaketnya.
“Oh iya aku mau izin sama mama mu boleh?” tanya Bagas.
“Boleh, bentar ya.” Ucap Anya memasuki rumahnya kembali.
“Mah, Bagas mau pamit sama mama.” Ucap Anya yang saat ini sudah berada di samping mamanya yang sedang menonton tv.
“Oh ayo ayo kedepan” ucap mama Anya, dan Anya mengikuti mama nya dari belakang.
“Malam Tante.” Sapa Bagas sopan sambil mencium punggung tangan mama Anya.
“Malam.” Balas mama Anya.
“Bagas mau minta izin, mau main sama Anya ya Tante.” Izin Bagas sopan.
“Boleh, jangan pulang kemalaman ya.”
“Baik tante.”Senyum Bagas.
“Ya udah mah, Anya sama Bagas pergi dulu ya ma Assalamualaikum.” Pamit Anya sambil mencium punggung tangan sang mama, disusul oleh Bagas yang melakukan hal serupa.
“Waalikumsalam, hati hati.”
***
Di perjalanan hanya hening, Bagas yang fokus dengan jalannya ingin membuka suara, namun tercekat Karena rasa canggung.
“Kita mau kemana kak?” tanya Anya.
“Oh-oh maunya kemana?” tanya Bagas balik.
“Aku gak tau kak, gak pernah keluar kalau malam.”
“Nonton mau?” tawar Bagas.
“Boleh.”Saat ini Anya dan Bagas telah berada di sebuah mall di Jakarta, untuk menonton sebuah film.
“Loe mau nonton apa?” tanya Bagas pada Anya yang saat ini sedang melihat beberapa poster.
“Kalau horor boleh gak kak?” tanya Anya ragu.
“Boleh kok, bentar ya.” Ucap Bagas lalu meninggalkan Anya.
“Eh kak bentar,” tahan Anya sambil merogoh tasnya.
“Ini kak.” Ucap Anya sambil menyodorkan kartu debit miliknya.
Bagas tersenyum melihat tingkah Anya. “Kan gue yang ajak, jadi gue yang bayar.”
“Tapi kak, gak enak.” Lirih Anya.
“Gak enak sama siapa? Santai aja. Uda tunggu sini aja, kamu mau sama cemilan juga?”
“Boleh, biar gue aja kak yang bayar.” Ucap Anya lalu meninggalkan Bagas dan membeli cemilan.
Bagas yang melihat tingkah Anya langsung menyusul nya dari belakang, saat Anya hendak membayar cemilan Bagas dengan cepat memberikan kartunya.
“Mas, kartu dia terblokir barusan.” Ucap Bagas enteng. “Nih pakai ini aja.” Sambung Bagas, dengan cepat mengambil cemilan yang ada di depan Anya.
“Ambilin kartu gue.” Bisik Bagas di telinga Anya saat berbalik mengambil Snack.
***
“Kak.” Panggil Anya pada Bagas yang saat ini sedang serius menonton film.
“Kak..”panggil Anya lagi lebih keras.
“Iya kenapa? Takut?” tanya Bagas sambil memperhatikan wajah cantik Anya yang saat ini sudah berkeringat. Bagas yang melihat wajah Anya yang saat ini berubah merah, dan sedikit berkeringat.
“Loe kenapa nya? Muka loe kok merah?” tanya Bagas sambil memperhatikan wajah Anya, tangannya terulur untuk memegang dahi Anya.
“Anya loe gak papa? Kok dahi loe dingin sih?” Panik bagas
“Anya loe sakit? Ke rumah sakit yuk.” Ucap Bagas memegang tangan Anya.
“Nya tangan loe dingin. Loe gak papa kan nya?” tanya Bagas namun Anya diam tak menjawab.
“Anya, loe kerasukan?” panik bagas.
“Bawa gue keluar dari sini kak.” Lirih Anya yang saat ini sudah sangat lemas.
Bagas dengan sigap langsung membopong Anya keluar dari bioskop.
Saat telah keluar dari bioskop Anya langsung melihat langit langit mall, yang terang dan dengan sekejap semua berubah menjadi hitam.
“ASTAGA...ANYA..!!!!!!!”DIKIT? YA MAYAN MENGURAS OTAK YA WKWK, AKU MENEPATI JANJI UNTUK TIDAK UP SETIAP HARI, WKWKW BTW SI ANYA KENAPA TUH. KERASUKAN?
VOTE BIAR AUTHOR BAHAGIA 😂 NEXT??
PAN KAPAN AJA YA GUYS😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Berbeda
Ficção AdolescenteHidup memang harus ada perbedaan, tapi dalam perbedaan itu kita merasakan sebuah kenyamanan dan rasa cinta. Seperti dua insan yang hanya ingin bersatu dengan perbedaan yang telah merekat erat dalam hati mereka. "Gue tau gue egois, gue pengen loe! Ja...