Cerita di balik 2020

639 43 12
                                    

| Tahun Baru

Tahun demi tahun telah berlalu tetapi kenangan masih saja menggangu, liburan kali ini aku berencana ke bukit tetapi masa lalu selalu saja terungkit. Tak pernah terbayang jika ditinggalkanmu sesakit ini, aku masih saja meanggap jika kehilanganmu hanyalah sebuah mimpi.

Aksara, lelaki yang berhasil menghantui pikiranku dan mengisi hatiku. Semuanya telah selesai, namun perasaanku tak kunjung usai, layaknya melihat orang bertempur sungguh hati ini hancur. Menulis—; cerita, sajak, puisi bukanlah menjadi kegemaranku lagi, untuk apa aku menulis sajak? jika Tuanku sedang berlabuh dengan hati yang lain. Takkan bermakna setiap tinta yang kuukir jika itu bukan tentang kamu.

Aku gagal, gagal dalam memilikimu selamanya. Jika menulis selalu membuatku teringat tentangmu, maka aku akan berhenti menulis tetapi ini sulit, tak semudah kamu meninggalkanku. Waktu kita bertemu terlalu cepat sehingga kau tak selamanya menetap.

Aksara, aku iri. Iri dengan setumpuk kertas yang selalu kamu tatap, iri dengan pena yang selalu kamu genggam di tangan, iri dengan laptop yang selalu kamu sentuh dan aku iri dengan wanita itu yang berhasil memilikimu seutuhnya. Dulu kamu bilang aku takkan terganti nyatanya kamu pergi, tidak ada lagi yang ingin ku capai jika memilikimu tidak akan pernah tergapai.

Aku berdiam diri, menarik diri dalam kesendirian dan mengurung diri dalam keramaian. Kamu berhasil merobohkan rasa kepercayaanku terhadap siapapun.

"Sania, this is the last day in 2019," celetuk El, saudaraku. Ia datang dengan tiba tiba tanpa mengetuk pintu kamarku terlebih dahulu.

El mendekat ke arahku merasa aku tak menyahut ucapannya, aku tahu ini malam tahun baru. Tetapi, aku enggan merayakannya layak orang di luar sana. Semua nya—; menulis dan tahun baru mengingatkanku kepada Aksara. El menyentuh punggungku seraya mengusapnya.

"Sania, ini udah hampir 2 tahun. Pergi dan have fun," ucap El.

"Jangan ngurungin diri kamu kaya gini, kamu berhak bahagia," lanjut El.

Ya, apa yang dikatakan El memang benar. Aku harus pergi bersenang senang lalu menghilangkan bebanku walau sejenak, aku juga berhak bahagia walau alasan bahagiaku bukan lagi tentangnya. Aku tahu, dengan aku seperti ini takkan mengubah keadaan. Takkan membuat Aksara kembali lagi kepadaku, semuanya sia-sia.

Malam ini, malam terkahir di hari 2019. Tinggal menunggu hitungan jam 2019 pergi menjemput 2020, hari hari yang ku lalui sama saja seperti tahun tahun dahulu tak ada yang istimewa seperti hari yang ku lewati bersama Aksara.

"Sayang, coba liat bulan itu," ucap Aksara di sampingku.

Aku menatap ke arah langit dan pandanganku tertuju pada bulan.

"Bulan itu sedih tetapi ia paksakan tersenyum dengan memancarkan cahayanya dengan terang, ia tahu bahwa ini adalah hari terakhirnya bersama tahun ini," celetuk Aksara seraya menatap dalam mataku dan mengambil jemariku untuk dikaitkan dengan jemarinya, ia menggegam tanganku erat.

Tetapi siapa sangka? tepat pada hari itu Aksara juga meninggalkanku dan memilih pergi bersama wanita lain yang tak lain adalah sahabatku sendiri, aku baru sadar jika bulan yang di maksud Aksara itu adalah dirinya dan tahun yang dimaksud Aksara adalah aku. Malam tahun baru itu adalah hari terakhir aku bersama Aksara, cerita kami telah selesai.

Kenangan-kenangan itu selalu saja mengusik pikiranku tanpa ingin berhenti.

Aku bertemu Aksara pada malam tahun baru dan berpisah dengannya pada malam tahun baru juga. Karena itu lah aku benci dengan setiap pergantian tahun yang selalu saja teringat pada sosoknya yang menyatakan cinta padaku dan meninggalkanku begitu saja. Tahun sebentar lagi akan berganti tetapi perasaanku tak bisa terganti.

from : S a n i a, seseorang yang pernah kamu cintai.

“Saya rindu rasa tenang satu tahun lalu, kini saya harus membuka lembaran baru. Harus berani melangkah maju.”

This is 2020!
— badgrik

2020 || Telah TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang