Bab 9

132 7 0
                                    

Aku berada dikamarku, memandang langit. Perasaan itu menghangat kembali, aku meraba bibirku kejadian di Bandara tadi adalah moment yang akan selalu ada di memori hidupku.

Natasha memburuku dengan berbagai macam pertanyaan, jadilah aku mau tidak mau untuk menjelaskannya.

Gevan? Pria itu pamit saat kami berada di parkiran, katanya ia pamit dan akan menemui kami nanti.

Natasha bilang lelaki itu punya apartement mewah dipusat kota, dan aku sudah tidak terkejut ketika mendengarnya.

Aku melirik cincin yang terpasang sangat cantik di jari manis ku.

"Kayaknya kamu perlu ganti password apartement kamu deh" ujar seseorang membuat ku menoleh dan ternyata ada gevan dengan kopernya!.

Aku terkejut bukan main ketika melihatnya dengan mudah masuk ke apartementku.

"Kok kaget? Kamu itu orangnya gampang banget di tebak Ay kalo masalah password" ujar Gevan.

"Siapa yang nyuruh kamu masuk? Harusnya tekan tombol bell dulu! Atau telpon aku!" sahutku kesal.

"Telpon? Telepon saya aja nggak pernah kamu angkat" sahut Gevan membuatku menggaruk belakang kepalaku yang tak gatal.

"Cuma satu yang nggak saya tau dari kamu Ayla" ujar Gevan membuatku menatapnya.

"Duduk dulu mas" ajakku kasian kan jika ia terus-terusan berdiri.

"Saya masih nggak tau apa kamu bisa nerima saya lagi dihidup kamu, setelah semua kejadian ini" ujar Gevan menghembuskan nafasnya lelaki ini terlihat begitu frustasi.

"Mengetahui kamu pergi sendirian ke Bandung. Pulang-pulang udah pacaran sama teman saya sendiri, Melihat kamu terluka gara-gara Diandra. Saya minta maaf kalo saya nggak pernah becus buat hidup kamu Ayla" ujar Gevan membuatku tersenyum.

"Kamu udah sehat?" tanyaku

"Udah, saya sayang sama kamu Ayla" jawabnya membuatku memutar bola mata malas.

"Bales perasaan saya!" perintahnya membuatku jengkel.

"Kok maksa sih!?" bentakku marah.

Aku langsung masuk ke kamar, tak menghiraukan panggilan Gevan.

"Ay, saya kan cuma bercanda. Kok kamu marah ngambek beneran" ucapnya dibalik pintu kamarku.

"Ayla, tapi kalo ucapan saya yang bilang kalo saya sayang sama kamu itu beneran." lanjutnya.

"Ayla gimana cincinnya masih muat nggak? Saya takut malah lebih longgar, saya takut kalo gara-gara saya kamu makin kurus"

"Ayla saya minta maaf banget sama kamu, bisa nggak kita bicara sebentar?" tanya Gevan.

Saat itu juga aku membuka pintu kamarku, Gevan tersenyum manis dan aku membalasnya.

"Maafin saya ya mas kalo masih kekanak-kanakan" ucapku.

"Kamu kan emang masih anak-anak" ujar Gevan, aku berjalan lebih dulu daripadanya.

"Eh bercanda Ay" ucapnya sambil menyusul langkahku.

Gevan terus mengikutiku bahkan ketika aku ingin menyiapkan minum untuknya. Lelaki itu dengan setia berada dibelakangku.

"Mas bisa duduk aja nggak di sofa? Saya mau bikin  minum dulu ini ya Ampun" ujarku.

Gevan terlihat menggaruk tengkuk belakangnya,
"Saya takut kamu pergi" jawabnya.

Aku memutar bola mataku malas,
"Pergi kemana? Ini kan apartement gue!" jawabku dan berhasil membuat Gevan menurut lelaki itu duduk di sofa.

Lost Start Not Lost Love (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang