Bab 12

91 4 0
                                    

Aylane pov : on

Waktu berputar begitu cepat, aku sudah kembali di negara tercinta dimana ada Gevan didalamnya. Hubunganku dengan Gevan berjalan sangat baik, hampir semua orang yang peduli akan kami mengetahui bahwa aku dan Gevan akan segera menikah.

Untuk diriku pribadi, masa laluku dengan Gevan yang berjalan tidak baik sudah aku maafkan. Toh jika aku bilang belum, sama saja menyiksa diriku karena aku yang masih begitu mencintai Gevan.

Aku keluar dari ruang pemotretran ke-tiga hari ini, cukup lelah tapi yasudah. Ririn berjalan dibelakangku.

"Bisa bicara sebentar?" ujar seseorang sambil menarik pergelangan tanganku, aku terkejut.

"Mbak!" panggil Ririn yang sama terkejutnya.

Aku menetralkan detak jantung dan melirik siapa wanita yang menarikku tiba-tiba, oh Diandra.

"Kenapa?" tanyaku to the point.

"Lepasin Gevan" ujar Diandra mengangkat dagunya.

Oh shit, lagi dan lagi? Hell no.

Kenapasih aku harus berhadapan dan selalu menghadapi Diandra? Apa Gevan pake pelet sampe nih perempuan satu nempel banget?

"Maksud lo apa?" tanyaku ogah lemah lembut didepan perempuan seperti biasa.

"Lo mau gue bikin celaka lagi?" tanya Diandra masih angkuh.

"Lo pikir gue takut?" tanyaku, dasar bocah aneh.

"Eh bocah mending lo pergi deh, ganggu orang lagi nyari duit tau nggak" ucap Ririn menatap sinis Diandra.

"Kasian masih nyari uang, apa jangan-jangan hoax ya kalo lo mau nikah sama mas Gevan?" tanya Diandra.

"Udah deh terserah lo, pusing gue ngadepin orang stress kaya lo" ujarku sambil menggandeng tangan Ririn agar segera pergi meninggalkan cewek sinting itu.

Baru selangkah, tiba-tiba rambutku ditarik kebelakang. Emang Diandra sinting!

Ririn terpekik, sedangkan aku langsung mencengkram tangan Diandra yang ada di rambutku sangat erat sampai perempuan itu meringis.

"Lo gausah macem-macem sama gue, sinting!" ujar ku emosi.

Ku pelintir tangan Diandra, dan mendorong perempuan itu hingga jatuh duduk, mampus.

"Liat lo! Gue gabisa diem aja liat lo bahagia!" ujar Diandra masih tak mau kalah.

Aku mendekat kearahnya dan mencakar wajah Diandra hingga perempuan itu hampir menangis.

"Ayla!" teriak seseorang yang sangat familiar, Gevan menatapku dengan ekspresi panik.

Ia memelukku, dan melirik kearah Diandra yang masih shock.

"Oh God! Ayla kamu apain anak orang!" panik Gevan, aku hanya tertawa sinis.

Gevan menarik tanganku agar segera pergi dari sana, sedangkan Ririn dibawa Noah yang datang bersamaan dengan Gevan.

Gevan membawaku masuk kedalam mobilnya.

"Kamu, apa maksudnya nyakar muka Diandra kaya gitu?" tanya Gevan wajahnya memerah.

"Lah kok marah?" tanyaku

"Pacarku, Calon istriku kok brutal gitu. Memangnya kamu diapain sama dia?" tanya Gevan.

Aku langsung mengambil asal rambut bekas dijambak oleh Diandra barusan.

"Tapi kamu nggak usah nyakar dia kan bisa sayang" ujar Gevan.

Lost Start Not Lost Love (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang