Tetap ku disini
Langit itu tetap biru kadang juga jingga kadang lembayung kadang juga aku tak memerhatikannya
Bintang itu selalu bercahaya kadang juga hilang kadang hanya muncul sebentar dan kadang tertutup temaram bulan
Deburan ombak selalu menertawakan ku mengusik angin yang menghiburku, tapi tak sanggup
Perlahan kurakit sebuah lelucon di otakku tapi tak menggelitik. Masih di tempat yang sama ribuan pasir putih selalu saja memangku kita
Bukan
Saat ini hanya aku saja yang ada di pangkuannya. Kita yang dulu pernah bersama menikmati tajamnya karang tepat di saat musim panas menyelimuti, berpendar memencar bubar kacau atau apalah namanya
Apa yang sepatutnya kusalahkan? Atau malah siapa? Nuraniku seakan dilumuri dendam tapi kepada siapa?
"Kau tau aku sungguh mencintaimu bukan? Kau juga begitu. Dulu kita hanya dipisahkan oleh sejengkal masalah kenapa kini berubah. Aku mencintaimu sungguh"
Hatiku hancur. bukan, sekarang membiru. Sudahlah. Kini aku takkan lagi mampu membuat segaris senyum dibibirmu tapi mungkin bisa melihatnya dari jauh dan berharap.
Terimakasih sudah rela menjadi seseorang yang pernah terukir di benakku walau kau akan melupakanku, aku akan selalu menjaga cinta ini.
Tetap aku disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak abad biadab
Poetrymerupakan sajak sajak yang menari dan terlukis secara visual