musim panas kala itu aku memilih untuk berdiam,
duduk dan bersantai di pundak mataku.
aku terkesima pada kata kataku sendiri,
benarkah aku bersantai pada pundak mataku
atau malah pundak mataku yang sedang duduk dan nyaman.
Adapun debu tanah tidak dapat mengganggu kenyamanannya,
setetes air tidak dapat membasahinya, walaupun bara
dapat menggertaknya namun itu terlalu naif, sedang masih ada
prajurit lain yang akan menahannya. itulah aku,
sesantai ini masih bisa membayangkan itu. andaikan saja,
bayangan ini dapat berubah menjadi alunan melodi
akan ku ajak kau menikmatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak abad biadab
Poetrymerupakan sajak sajak yang menari dan terlukis secara visual