"Sajak sajak pun mulai beterbangan kadang ketimur kadang kebarat sesekali jatuh ke selatan
Barangkali terpecah akupun tak mau menyangka, di kaki langit tetap ku berdiam
Seringkali nestapa yang membangunkan ku menyadarkan bukan ini yang ku mau. Berserah pada takdir ataupun mengenang
Jejak demi jejak hilang diterpa rintik air mata. Sayap sayap mengelupas dan tak bersisa
Langit memeluk bumi berharap tidak ada yang berubah aku pun demikian. Namun aku tak setegar bumi dan tak perkasa seperti cakrawala
Gelisah seakan menggelitik ku sampai terbahak dan hilang. Kutitipkan sebuah pesan pada angin, hujan meluluhkannya.
Kutuliskan rinduku di sebaris awan angin pun menderanya sisa temaram bulan dan itupun meredup
Dimana negeri yang dulu aku impikan sekarang hanya bangunan kosong tanpa tuan, sayap sayap peri patah dan jatuh bagai "Manna".
Tetap ku berharap di pojok ruko kota roma
KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak abad biadab
Poetrymerupakan sajak sajak yang menari dan terlukis secara visual