12. My Memory

4 7 2
                                    

Aku merasakan hawa yang berbeda dengan bumi. Ini di mana? Seingatku, ah aku sedang dikejar oleh dua makhluk aneh. Mereka ke mana? Kenapa tidak ada di sini? Ya, walau mereka sudah tidak ada di sini aku amat merasa lega, namun itu menyisakan rasa penasaranku.

Aku, ya aku.

"Aku menapak kan?" tanyaku sambil melihat ke arah kakiku.

"Iya menapak."

Aku heran dengan tempat ini. Aku menghentakkan kakiku bergantian, tapi tidak menyisakan noda dari sepatuku di tempat ini. Padahal, seingatku tadi aku berada di tempat sebuah kota yang gelap dan sepi di mana aku berlari dan menginjak jalan yang basah.

Lalu, peluhku yang tadi mengucur tiba-tiba sudah tidak mengalir di sela-sela wajahku. Tempat apa sebenarnya ini? Hanya putih dan putih. Bajuku juga berubah menjadi warna putih, celanaku, sepatuku dan ....

"Hah, ke mana hilangnya jam tanganku?" tanyaku pada diri sendiri. Aku memegangi lengan kananku di mana di situlah aku memakaikan jam. Tapi ke mana perginya jam yang kupakai? Sangat tidak mungkin kan kalau ia kabur? Jam kan tak punya kaki. Hm, atau jatuh ya?

Aku menatap ke sekelilingku. Tak ada apapun, jam tanganku pun tak terlihat. Ke mana perginya jam tanganku?!

Aku tak ingin hanya memikirkan ke mana perginya jam tangan dan makhluk aneh yang mengejarku. Sekarang, aku tak tau mau ke mana. Aku tak tau aku ada di mana. Aku ingin keluar dari tempat ini.

"Apa aku coba berjalan ya? Siapa tau di depan sana ada petunjuk, ya minimal tidak hanya ruangan putih seperti ini," ucapku sambil melihat kanan kiriku.

Kaki kiriku mulai melangkah dengan sendirinya. Diikuti dengan kaki kananku. A–apa kenapa kakiku gerak sendiri? Tidak, sumpah aku tidak mengikutinya. Aku berusaha untuk menghentikan pergerakan dari kakiku juga tidak bisa. "Stop, please."

"Ini mau ke mana sih? Aku mau dibawa ke mana?" tanyaku sambil berusaha memegangi kakiku untuk menahannya agar berhenti berjalan.

Tapi kaki ini tak mau berhenti. Ia terus saja berjalan dan aku tidak dapat merasakannya. Ke mana aku akan dibawa? Sejauh apa kakiku akan melangkah?

Hingga sudah sejauh sepuluh meter aku merasa sudah meninggal titik awalku berdiri. Tapi rasanya tak ada perubahan karena semua tempat ini berwarna putih. Hm, seketika aku jadi membenci warna putih. Menjengkelkan!

A–apa itu?

Aku melambai-lambaikan tanganku menunjuk sebuah gelembung besar yang terdapat gambar abstrak. Aku berkata, "Apa itu? Kenapa bentuk gambarnya seperti potongan cerita?"

"Ha? Apa? Potongan cerita?"

Kini kakiku sudah tak terasa berjalan sendiri. Aku terdiam di tempat. Melihat dari kejauhan sebuah gelembung tersebut. "Gelembung apa itu, ya?"

Aku mencoba melangkahkan kakiku tanpa kusadari kalau kakiku sudah tak berjalan sendiri. "Hah kakiku? Kakiku sudah berjalan sesuai kemauanku? Tadi itu kakiku kenapa ya?" tanyaku sambil melihat kakiku yang melangkah sesuai kemauanku.

Rasa penasaranku memenangkan kemauan pada diriku. Ia menang, rasa penasaranku menguasai pikiranku. Apa yang ada di gelembung tersebut, ya?

Degh! Detak jantungku serasa berhenti berdetak. Kini aku telah berada di depan gelembung tersebut. Aku menatapnya dengan terkejut, gambar apa itu? Manusia yang meringkuk? Manusia yang sedang bersedih? Apa seorang gadis kecil? Dilengkapi dengan bayangan-bayangan hitam di sekelilingnya. Bayangan apa itu?

Popo Doll [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang