Chapter 4

211 26 3
                                    

Park Jimin menggeliatkan tubuh ketika mendengar suara alarm dari ponselnya. Ia mengerjapkan matanya seraya duduk dan bersandar. Setelah beberapa menit Jimin bangkit untuk mandi terlebih dahulu dan nanti dilanjut sarapan.

Ia sudah rapi dengan kaos hitam polos dipadukan dengan celana kain dengan warna senada. Karena hari ini weekend jadi ia akan keluar untuk mengajak Seulgi jalan. Sebelum berangkat Jimin sarapan yang sudah disiapkan oleh dirinya sendiri. Maklum, karena ia sudah tak tinggal bersama kedua orangtuanya semenjak bekerja.

Jimin tinggal di apartemen yang terbilang cukup mewah dan tentunya mahal. Terkadang ia akan pulang ke rumah jika ibunya meminta. Seugi-pun tak jarang ia akan berkunjung kesini jika mereka menginginkan waktu berdua dan malas untuk keluar.

Park Jimin sudah duduk dengan tenang di sofa kediaman keluarga Kang ditemani Seokjin yang kebetulan memang sudah cuti dari pekerjaannya perihal pernikahannya yang sudah tinggal beberapa hari lagi.

"Nanti kau datang kan ke pernikahanku?" Tanya Seokjin seraya menyesap tehnya.

"Tentu saja. Aku juga ingin melihat calonmu itu." Jawabnya yang diangguki Seokjin. Memang Jimin belum pernah bertemu dengan calon istri Seokjin karena saat bertunangan dia tidak datang dikarenakan belum menjalin hubungan dengan Seulgi empat tahun lalu. Itu sudah cukup lama, mungkin karena mereka yang merupakan dokter tak ingin terburu-buru dan menentukan waktu yang pas seperti saat ini.

"Ah iya. Kau kan belum tahu calonku." Kekeh Seokjin.

Seulgi turun dari kamarnya dengan memakai crop tee dipadukan celana jeans hitam, tak lupa ia menyampirkan sling bagnya. Ia menghampiri dua pria itu dan duduk disamping Jimin seraya tangannya yang bergelayut manja.

"Lah? Mau jalan?" Tanya Seokjin yang heran karena Seulgi membawa tas.

"Iya. Sudah lama kita tidak menikmati waktu berdua." Balas Seulgi.

"Bukannya mau fitting baju? Kamu udah janji lho sama Irene." Ucap Seokjin mengingatkan yang mendapat kerucutan sebal dari Seulgi.

"Gak jadi hehe." Jawabnya santai membuat Seokjin melongo sedangkan Jimin hanya menyimak saja.

"Terus nanti Irene sama siapa?" Tanyanya lagi dengan sedikit kesal.

"Katanya ditemani temannya." Jawab Seulgi.

Setelah cukup berdebat. Jimin berpamitan untuk membawa Seulgi dan sekarang mereka sudah berada di salah satu mall ternama.

"Mau beli apa sih? Daritadi perasaan keliling mulu." Tanya Jimin yang sudah kesal dengan Seulgi. Pasalnya daritadi Seulgi hanya mengajaknya berkeliling dan baru mendapatkan satu item saja yaitu flat shoes yang sudah diincar Seulgi dari lama.

"Tadinya mau beli tas, tapi keknya gak ada yang bagus. Menurut kamu mending beli apa?" Ucap Seulgi dengan masih bergelayut di lengan Jimin.

"Blouse? Tadi aku lihat ada yang bagus buat kamu." Seulgi menggeleng karena sudah membeli pakaian dengan Wendy saat itu.

"Ya udah, makan aja gimana?" Tawar Jimin diangguki Seulgi.

Mereka mencari restoran yang tidak terlalu ramai pengunjung. Dan memilih tempat dipojokan.

"Mau pesan apa?" Jimin bertanya lagi.

"Fish and chips sama kepengen gelato." Pinta Seulgi diangguki pria itu. Sedangkan Jimin memesan carbonara dan chicken salad.

Sembari menunggu pesanan, mereka berbincang-bincang ringan.

"Jim, nanti mampir ke apartement kamu ya?" Pintanya.

"Mau ngapain?" Heran Jimin membuat Seulgi mendengus.

"Nginep boleh?" Melasnya yang mendapat gelengan Jimin.

"Gak usahlah. Lagian besok kamu ada kuliah pagi kan?" Jawab Jimin. Ia tak mau gadisnya itu telat pergi ke kampus karena jarak dari apartementnya lumayan jauh.

"Hmm. Tapi sorenya kamu jemput ya, aku mau main kesana." Mau tak mau Jimin mengiyakan saja.

"Iya sayang. Ayo itu dimakan." Perintahnya setelah pesanan mereka datang.

.

Seokjin sedang bermalas-malasan sambil menonton televisi. Di rumah hanya ada dia karena semua orang sedang pergi. Ia juga tak menemani calon istrinya fitting baju untuk pernikahannya nanti karena sudah ada temannya Irene.

Ia menghela nafas kasar. Perutnya keroncongan minta diisi. Dengan langkah gontainya Seokjin menuju dapur dan merebus mie instant karena tak ada makanan di meja.

Ia bersenandung pelan sambil menunggu mie-nya matang.

"Seharusnya tadi aku ikut Seulgi saja. Siapa tahu di traktir." Monolognya seraya terkekeh pelan. Ia terbayang jika dirinya ikut pasti Seulgi akan terus mengomel karena mengganggu moment berdua mereka.











Hallo!
janlup vomment nya. Itu mempengaruhi mood buat aku nulis kk.

WEAKNESS |ON HOLD|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang