Chapter 5

206 27 0
                                        

Kang Seulgi sedang menyimak pembicaraan orang tua nya yang memberikan wejangan kepada Seokjin. Pasalnya lusa adalah hari pernikahannya. Pria itu sesekali mengangguk mendengar wejangan dari paman dan bibinya itu.

"Nanti kalian tinggal disini kan?" Tanya ayah Seulgi.

"Aku belum tahu. Nanti aku bicarakan dulu dengan Irene." Jawab Seokjin yang memang belum menentukan akan tinggal dimana. Sebenarnya ia ingin mengajak Irene untuk tinggal di apartement-nya yang baru di beli enam bulan lalu. Ia ingin lebih mandiri apalagi nanti ia sudah menikah. Ia tak ingin merepotkan lagi paman dan bibinya itu.

Tuan Kang hanya mengangguk. Ia berharap mereka tinggal disini agar keadaan rumah ramai. Tapi ia akan menunggu keputusan Seokjin.

"Emm aku besok tidak bisa mengantar kalian ke toko perhiasan. Tidak apa kan?" Cetus Seulgi yang dari tadi hanya diam.

"Beneran? Kamu juga bisa pilih-pilih." Tanya Ibunya yang di angguki Seulgi.

"Iya. Besok mau ikut ke kantor Jimin." Jawabnya yang mendapat sentilan di dahinya oleh Seokjin.

"Mau ngapain kesana? Nanti malah ganggu Jimin lagi." Ujar Tuan Kang yang disetujui Seokjin.

"Ikut ajalah ke toko. Disana juga Jimin kerja bukan cari perempuan lain." sindir Seokjin yang mendapat delikan tajam Seulgi.

"Orang dia yang ajak." ketus Seulgi.

"Emang besok kamu gak kuliah?" tanya Seokjin mendapat gelengan dari Seulgi.

.
.

"Mampir beli buah dulu ya?" Ujar Jimin yang di angguki Seulgi.

"Buat siapa?"

"Kepengen. Dari kemarin pengen makan buah-buahan yang segar." Jawab Jimin yang membuat Seulgi mengerutkan dahinya.

"Kamu lagi ngidam?! Siapa yang kamu hamilin?!" Teriak Seulgi membuat Jimin kaget setengah mati.

"Seul!" Tekan Jimin membuat Seulgi tersadar sudah berteriak di depan Jimin.

"Maaf, kamu gak main cewek kan?" tanya Seulgi hati-hati. Jimin menghembuskan nafas sembari melirik sebentar karena sedang menyetir.

"Enggaklah. Tiap hari di kantor, ketemu kamu aja susah kalau gak bisa atur waktu." jelas Jimin yang membuat Seulgi terdiam.

"Nah ayo turun." imbuh Jimin setelah sudah sampai di tempat yang menjajakan berbagai macam buah.

Mereka memilih beberapa buah yang ingin di makan nanti. Seulgi bahkan sudah mendapatkan banyak buah.

"Udah?" Seulgi mengacungkan jempolnya tanda ia sudah mendapatkan buah yang di inginkan.

.

Park Jimin menggandeng tangan kekasihnya itu memasuki kantornya. Ia sangat bersemangat hari ini karena akan di temani Seulgi sampai pekerjaannya selesai sekaligus nanti malam ia akan mengantar kekasihnya itu ke bazar.

"Kamu beneran gak mau ikut ke ruang meeting?" Tanya Jimin sekali lagi.

"Enggaklah. Ngapain juga disana? Gak ngerti juga." balas Seulgi jutek. Pasalnya Jimin akan langsung meeting padahal mereka baru sampai.

"Ya udah. Kamu tunggu disini, inget jangan keluar-keluar Seul." Peringat Jimin. Ia tak mau jika Seulgi nanti jadi bahan godaan para pria di kantornya.

Seulgi hanya bergumam dan memainkan ponselnya. Park Jimin mendekat dan mengecup pipi Seulgi dengan kilat.

Setelah Jimin pergi, ia hanya duduk seraya memainkan ponselnya sesekali mulutnya mengunyah buah beserta beberapa snack yang sudah di siapkan Jimin. Pria itu sangat tahu bahwa kekasihnya sangat suka makan.

"Lah kapan?" Monolog Seulgi ketika melihat di meja kerja Jimin terdapat beberapa foto dirinya yang baru. Padahal ia belum mengirim gambar-gambar itu ke social media apalagi dikirim ke Jimin.

.

.

Kim Seokjin dan calon istrinya sedang makan siang di apartement pria itu. Ia baru saja mengajak untuk melihat-lihat isi apartementnya kepada Irene.

"Jadi kamu maunya gimana?" Tanya Seokjin.

"Terserah sih. Aku ikut kamu aja." Balas Irene membuat Seokjin mengangguk-anggukan kepala.

"Aku kepengen disini dulu untuk sementara sambil nunggu rumah beres." ucap Seokjin. Karena memang ia sedang membangun rumah untuk tempat tinggalnya.

"Biar lebih mandiri juga. Jadi nanti pas rumah beres kita juga udah biasa berdua." imbuhnya.

Irene mengangguk membenarkan. Ia pun menyetujui saran calon suaminya itu. Bukan apa-apa, meskipun keluarga Kang sangat ramah dan menerima baik Irene disana tapi tetap saja nanti Ia akan merasa canggung apalagi keduanya sudah menikah. Pasti lebih enak mandiri.

"Aku juga berpikiran kek gitu sih. Tapi nanti aku juga mau bicara sama Seulgi." setuju Irene.

"Kenapa?"

"Dia pengen kita tinggal disana. Katanya biar ada temen juga." ungkap Irene.

"Urusan adikku biar nanti aku urus. Kamu fokus ke pernikahan kita aja." jelasnya.




























Hallo!
Happy New Year Everyone!
Ngucapin duluan hehe.

janlup vote dan komennya ya.

WEAKNESS |ON HOLD|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang