Aku kaget setengah mati. "HAH?! Gimana cara ngambilnya?! Aku nggak mau ketemu wanita itu lagi!"
"Karena itu! Aku nggak tau cara ngambilnya gimana!"
(Miyaki's Side)
Apakah itu adalah sang malaikat pencabut nyawa? Ia langsung menarik lenganku dan membawaku keluar dari cermin, menembusnya seperti tadi.
"T-tunggu. Kamu bukan malaikat pencabut nyawa?" tanyaku kebingungan.
Aku tidak melihat wajahnya. Karena tidak ada pencahayaan sama sekali, aku hanya melihat bayangan hitam. Kira-kira makhluk itu seumuran denganku. Tunggu! Jika dia bisa menembus cermin itu, apakah berarti ia adalah arwah gentayangan?
"Jangan pergi dulu! Sebenarnya kamu itu siapa?"
Hening, tidak ada jawaban dari makhluk itu. Bahkan, ia tidak menengok kepadaku sama sekali.
"Walaupun aku tidak tahu namamu, terima kasih, ya," ucapku pelan.
Makhluk itu langsung berlari entah ke mana. Sepertinya ia mencoba menghindar dariku. Tetapi, melihat rambutnya yang panjang, aku teringat sesuatu. Bukankah ia adalah... Miya?
"M-miya!" teriakku yang ingin menghentikan makhluk itu. "Oh, iya! Aku harus menemukan Eman dan Nozomi!"
(Eman's Side)
"Gimana, dong? Gimana cara ngambil diary itu?" tanyaku kepada Nozomi yang sedang berpikir keras.
"Bisa diem, nggak, sih? Aku lagi mikir, nih! Kamu ikutan mikir juga, dong!" bentak Nozomi.
"Noz, mendingan kita balik ke kamarmu dulu, deh! Kasih tau ke Miyaki sama Yamato. Siapa tau mereka punya ide," saranku.
"Bener juga! Tumben pinter!" puji Nozomi.
"Iya, dong! Kamu gak tau, ya, aku keturunan siapa?" ujarku bangga.
"Emangnya keturunan siapa? Albert Einstein?" Tanya Nozomi penasaran.
"Ya keturunan kakeknya babehku lah! Gimana, sih?"
"Haa? Monmaap tapi jokes kamu nggak lucu." Nozomi tidak mempedulikannya dan lanjut berjalan ke kamarnya. Aku juga tidak mempedulikan ucapan Nozomi dan mengikuti berjalan di belakangnya.
"Lho, Yamato dan Miyaki mana?!" seru Nozomi kaget setelah sampai di kamarnya. Tidak ada Yamato yang tadi sedang tidur. Begitupun dengan Miyaki, padahal Eman sudah memerintahkannya tetap di kamar menjaga Yamato.
"Idih! Si Miyaki tuh nggak bisa dipercaya banget, ya! Padahal udah aku suruh dia di kamar aja, malah keluyuran nggak tau ke mana!" gerutuku sebal.
Nozomi berpikir sejenak. "Gini aja! Kita berpencar, kamu nyari di lantai bawah, aku nyari di lantai atas. Gimana?"
Aku mengangguk setuju. Nozomi langsung berlari ke tangga untuk menuju lantai atas. Sedangkan aku berjalan perlahan melewati dapur, ruang tamu, dan ruang tengah rumah Nozomi.
(Yamato's Side = 30 minutes ago)
"Hah? Kok aku ada di kamar Nozomi? Bukannya tadi aku lagi ngobrol bareng Eman, Nozomi, dan Miyaki, ya? Aneh." Aku yang baru bangun tidur langsung turun dari kasur Nozomi dan keluar kamar. Di mana mereka semua? Jahat banget ninggalin aku sendirian di kamar!
"SRAAAKKHAKAHAHAH!!"
Dari lantai atas, terdengar suara aneh dan seram. Entah ada apa di sana. Terdengar pula teriakan dua orang, sepertinya suara Eman dan Nozomi. Tanpa berpikir panjang, aku yang baru bangun tidur ini langsung mencari sumber suara itu.
*BRAK!!*
Terdengar lagi suara dobrakan pintu dari lantai atas. Ada siapa, sih, di atas? Tengah malam gini malah ngerusuh!
Aku mulai melangkah ke tangga rumah Nozomi yang ada di sebelah dapur. Sebelum melangkah ke anak tangga yang pertama, entah kenapa bulu kudukku berdiri. Aku merasa ada bayangan makhluk yang berlari ke sana ke mari di sekitar dapur. Ditambah lagi, ada sebuah cermin tua yang membuat keringatku tidak berhenti mengalir di dahi.
*Tap... tap... tap...*
Saat aku melangkahkan kakiku ke anak tangga yang pertama, terdengar suara langkahan kaki dari tangga yang ada di dekat ruang tengah rumah Nozomi yang mengarah ke gudang. Setahuku, rumah Nozomi mempunyai dua tangga. Yang pertama adalah tangga ke gudang, dan yang satu lagi tangga ke lantai atas. Suara langkahan kaki itu sangat jelas terdengar.
"Aelah, paling Cuma suara benda jatuh dari gudang. Santuy ae!" bisikku pada diriku sendiri. Berusaha untuk berpikir positif.
*Tap... tap... tap...*
*Krieeet...*
Belum sampai anak tangga terakhir, kejadian aneh muncul lagi. Kali ini, suara langkah kaki itu terdengar dekat dari kamar Nozomi. Terdengar pula suara pintu yang di buka. Pikiran positif yang tadi aku bisikkan mulai tidak masuk akal. Mana mungkin benda yang jatuh bisa membuka pintu kamar?
Aku langsung berjalan menuju lantai atas sebelum kejadian aneh terjadi lagi. Setelah sampai di lantai atas, mataku tertuju pada perpustakaan di lantai atas. Perlahan, aku membuka perpustakaan itu. Siapa tahu, suara aneh dan teriakan itu berasal dari perpustakaan. Tetapi, ternyata tidak ada apa-apa di perpustakaan. Aku hanya bisa melihat rak buku dan buku-buku yang judulnya tidak bisa kubaca karena ruangannya benar-benar gelap. Aku juga tidak menemukan sakelar di perpustakaan itu.
*DUGH! DUGH! DUGH!*
Dari rak buku yang paling ujung, salah satu buku terlihat aneh. Buku itu mengeluarkan suara dan bergerak ke kanan dan ke kiri kayak cacing kepanasan, hingga rak buku itu ikut bergoyang hampir jatuh. Aneh. Karena tidak tahan, aku langsung mengambil buku itu.
"SRAAAKKHAKAHAHAH!!"
Ketika aku mengambil buku itu, terbentuklah celah dari rak buku. Dari celah itu, aku melihat sesosok wanita dengan wajah babak belur. Darah ada di seluruh sekujur tubuhnya. Rambutnya yang panjang dan berantakan hampir menutupi seluruh wajahnya. Ia juga mengeluarkan suara yang tadi aku dengar saat baru bangun tidur...
"Diary itu... ada di lemari..."
Wanita itu membelakkan matanya dan mulai keluar darah dari matanya. Senyuman sinisnya disertai dengan mulutnya yang penuh darah membuatku shock, tidak bisa berkata apapun. Sekarang pikiranku benar-benar kosong. Aku terjatuh ke belakang dan tertimpa beberapa buku dari rak buku yang ada di belakang. Setelah itu, aku tidak ingat apa-apa lagi...
KAMU SEDANG MEMBACA
You are the Only One
TerrorBerawal dari sebuah suara pada pukul tiga pagi, keempat sahabat itu pun terlibat dalam misteri sebuah diary milik seseorang. Acara menginap di rumah Nozomi seketika menjadi mencekam dan menyeramkan. Apa misteri di balik semua itu? "Jangan sembaranga...