Esoknya, Ayah Miyaki membawa Miyaki ke rumah pak RT, yang anaknya, Andika, yang (katanya) mempunyai indra keenam.
"Ada apa dengan anak saya? Tadi malam, dia tiba-tiba ingin melompat dari balkon, dan artinya itu... yah... kamu tahu, kan?" tanya Ayah Miyaki.
"Uhmm... apakah nomor kamar di apartemen bapak adalah 666?" tanya Andika yang sekarang sudah kuliah.
"Tidak. Saya sangat beruntung tidak mendapat nomor setan itu, ruangan 666 adalah tetangga saya di apartemen," jawab Ayah Miyaki.
"Lalu... apakah nomor 665?" tanya Andika sekali lagi.
"Ya, benar..." jawab Ayah Miyaki. Andika kaget dan wajahnya pucat.
"Ah! Bolehkah aku mengobrol dengan Miyaki berdua saja?" tanya Andika. Ayah Miyaki mengangguk lalu pergi menemui pak RT.
"Miyaki... apakah kamu sudah membaca diary You Are the Only One?" tanya Andika.
"Sudah," jawab Miyaki singkat.
"Kamu tahu? Nomor kamar apartemenmu adalah nomor apartemen Miya! Dan apakah kau tahu? Miya dan Mina (adiknya) sangat dekat. Bahkan, Miya rela mengorbankan nyawanya demi adiknya," jelas Andika.
"Iya, aku tahu. Tapi, kenapa aku jadi korban juga?" tanya Miyaki.
"Aku akan menjelaskannya nanti. Kamu harus tahu ini! Malam sebelum pemakaman adiknya, Miya menemuiku. Aku tidak sadar kalau itu adalah pertemuan terakhirku dengan Miya. Ia (Miya) menceritakan kejadian-kejadian aneh di apartemennya. Ia juga dihantui oleh seorang anak kecil yang diduga adalah Mina," jelas Andika panjang lebar. Namun, Miyaki belum menemukan kesimpulan 'mengapa Miyaki juga dihantui?'
"Kak, kenapa aku dihantui juga? Memangnya aku salah apa?" tanya Miyaki.
"Tunggu. Semalam, kamu dengar Miya menangis? Dan Mina tertawa? Ah! Mungkin Miya menyesal telah melakukan 'itu'. Harusnya Miya mengikhlaskan Mina dan menjalani kehidupan normal seperti anak yang lainnya," komentar pak Mazoya.
"Tapi pak, jika pasti Miya akan terus dihantui oleh Mina sepanjang hidupnya 'kan?" tanya Andika.
"Entahlah. Oh, iya, tadi kamu tanya apa?" ujar pak Mazoya.
"Ya ampun! Aku 'kan hanya bertanya, kenapa aku juga dihantui? Apa salah dan dosaku Miya? (Malah nyanyi:v)" tanya Miyaki dengan agak kesal.
"Mungkin, Miya ingin menumpahkan kekesalannnya padamu," jawab Andika.
"Lah botaq, salahku apa?!" tanya Miyaki belum puas.
"Karena kamu adalah penghuni apartemen yang dulu Miya tempati. Kamu juga membaca diary Miya sembarangan 'kan?" ujar Andika.
"Oh, gitu ya. Terus aku harus ngapain?" tanya Miyaki sekali lagi.
"Plis, deh. Jangan tanya aku terus. Aku ini bukan ahli hal ghaib!" ketus Andika.
"Ya maap... tapi bukannya kakak itu indigo?" tanya Miyaki lagi.
"Indigo? Indihome kali! Pokoknya aku bukan ahli hal begitu!" tegas Andika. Setelah itu, wajah Andika memucat. Entah kenapa tiba-tiba keringatnya bercucuran di dalam ruangan yang dipenuhi lima AC (sultan mah bebas:v).
Miyaki kaget. "Lho, kak? Kenapa? Kok keringetan? Di ruangan ini ada lima AC (Air Conditioner), lho!"
"M-miya... K-kamu..." Andika terbata-bata.
"He? Miya? Namaku Miyaki!" seru Miyaki sambil menengok kebelakang.
"T-tunggu... M-miya?!"
~~~
*Esok siangnya...*
"Ah! Miyaki-chan! Disini kamu rupanya!" seru Nozomi.
"Ada apa? Tumben nyariin aku. Kangen, ya?" canda Miyaki.
"Idih! Jijay! Oh, iya, mau nginep di rumahku nggak?" tawar Nozomi.
"Hanya berdua?" tanya Miyaki.
"Enggak. Bareng Eman dan Yamato," jawab Nozomi.
"Oh, oke. Nggak ngerepotin 'kan?" tanya Miyaki lagi.
Nozomi menggeleng. "Ya enggak, lah! Kamu 'kan sahabatku. Aku juga sudah izin ke orang tuaku, kok! Kebetulan mereka lagi lembur, pulangnya pagi," jawab Nozomi.
"Jadi, kamu ngajak aku nginep biar kamu enggak sendirian di rumah?" tebak Miyaki.
"Hahaha! Kok tau, sih? Nanti ke rumahku saat menjelang maghrib, ya!" ujar Nozomi.
"Jangan pas maghrib. Takut aku. Jam 4 aja, ya?" tanya Miyaki.
Nozomi mengangguk.
*Sorenya...*
Miyaki datang membawa tasnya yang berisi baju, sejumlah snack dan... diary? Padahal Miyaki sangat ingat, terakhir kali ia menaruh diary itu di gudang, dan tidak menaruhnya di tas.
"Diary siapa yang kau bawa? You Are the Only One? Kok judul di sampulnya cerita kayak bucin, ya:v" tanya Nozomi.
"Ini punya Miya. Aku juga tidak tahu kenapa ada di tasku," jawab Miyaki.
Eman menggeleng-gelengkan kepalanya dan mengangkat jari telunjuknya. "Kata pak ustadz, buka diary orang sembarangan itu enggak baek!" tiba-tiba ustadz dadakan lewat.
"Iya pak ustadz..." sahut Yamato. Namun, rasa penasaran mereka terus mendorongnya untuk membuka dan membaca halaman perhalaman dari diary itu.
Hingga pada sebuah halaman...
Sekarang tanggal 6 November 2019. Lalu kemarin... 5 November? S-siapa yang menulis diary itu kemarin? Bukankah terakhir kali Miyaki menaruh diary itu di gudang?
Semua yang membacanya merinding. Mungkin benar apa yang dikatakan Eman, membaca diary orang sembarangan itu enggak sopan dan enggak baik...
"S-sepertinya aku merasa ada yang terus memperhatikan kita di jendela," bisik Yamato pada Nozomi dan Eman.
"Hei! Apa yang kalian bicarakan? Kalian lagi ghibahin (ngomongin kejelekan orang/gossip) aku, ya?!" seru Miyaki kesal. Lalu ia tidak sengaja melihat sebuah dua sinar merah yang terpapar di jendela rumah Nozomi.
"Noz... boleh nggak tutup jendela dan gorden-nya?" izin Miyaki dengan takut. Nozomi yang takut buru-buru mengizinkan Miyaki.
"B-baiklah... eh! Ada yang temenin aku nutup gorden, dong! Aku takut nih," pinta Miyaki. Namun, dari ketiga temannya, tidak ada yang mau menemani Miyaki dan langsung menggeleng dengan cepat.
"Ugh! Kalian menyebalkan sekali!" ketus Miyaki. Saat ia ingin menutup gorden, sinar merah itu semakin jelas dan terlihat sosok perempuan tua yang sedang tersenyum sinis...
"AHHHH!!! APA ITU?!" teriak Miyaki dan langsung buru-buru menutup gorden.
Tiba-tiba, Miyaki memegangi kepalanya. Entah dia pusing atau ada hal lain seperti... makhluk ghaib merasukinya?
KAMU SEDANG MEMBACA
You are the Only One
HororBerawal dari sebuah suara pada pukul tiga pagi, keempat sahabat itu pun terlibat dalam misteri sebuah diary milik seseorang. Acara menginap di rumah Nozomi seketika menjadi mencekam dan menyeramkan. Apa misteri di balik semua itu? "Jangan sembaranga...