[ 1 ] The Indomitable Master of Elixirs

C 82: Lu Huo Kecil (1)

Zuo Nuo memegang gambar itu, merasa bingung, dan pergi ke ruang penyimpanan untuk mengambil bijih.

Beberapa hari berikutnya, Yang Jian membawa Xiao Tianquan menambang bijih setiap hari seperti biasa, dan kembali hanya pada malam hari untuk membawanya ke Ji Fengyan. Di sisi lain, Zuo Nuo menghabiskan sepanjang hari mencari tahu bagaimana membuat pedang tiga runcing, bermata dua, dan tampaknya telah membuat beberapa kemajuan karena dia sudah mulai membuat.

Awalnya, para penjaga di kediaman semuanya dipenuhi rasa ingin tahu tentang penampilan Yang Jian, tetapi mereka tidak berani menunjukkannya di depan Ji Fengyan. Karena itu, mereka hanya bisa diam-diam menyelinap ke kamar Yang Jian dan mengintipnya setiap malam.

Meskipun ruangan itu ditentukan oleh Ji Fengyan, Yang Jian tidak perlu tidur, dia juga tidak harus makan. Setiap hari setelah dia kembali, dia hanya duduk tegak di kamarnya, dan matanya bahkan tidak berkedip — bahkan Xiao Tianquan yang terbaring di tanah lebih bersemangat darinya.

Setelah sekitar lima hari, Zuo Nuo menyerahkan pedang tiga runcing bermata dua yang dia buat ke Ji Fengyan. Pria yang awalnya sudah kurus ini menjadi semakin lesu setelah beberapa hari bekerja keras. Ketika penjaga lain menatapnya dengan tatapan penasaran, Zuo Nuo hanya menjawab dengan wajah yang mengatakan 'tidak ada pilihan' dan melambaikan udaranya di udara.

Dia hanya seorang pandai besi amatir, namun Nona-nya menugaskannya dengan tugas yang begitu rumit sejak awal, dia… benar-benar merasa pahit!

Berbeda dengan perasaan tertekan Zuo Nuo, Ji Fengyan sangat puas dengan pedang tiga runcing dan bermata dua. Dia secara khusus mengeluarkan esensi emas dari giok jiwa ruang dan menggunakan kuas untuk menggambar beberapa simbol pada pegangan pedang bermata dua runcing.

Setelah menggambar simbol, pedang tiga runcing bermata dua yang awalnya terlihat biasa dan sedikit eksentrik tampak seperti diselimuti oleh lapisan cahaya perak. Ji Fengyan dengan senang hati membawa pedang tiga runcing dan bermata dua untuk mencari Yang Jian dan tidak memperhatikan ekspresi kaget Zuo Nuo.

'Little Nuo Nuo, keterampilan penempaan besimu tampaknya telah meningkat. Benda itu terlihat sangat keren, ”para penjaga menggoda.

Tapi Zuo Nuo memberikan pandangan yang sama sekali tidak bersalah. Dia bisa menjamin bahwa ketika dia menyerahkan pedang tiga runcing dan bermata dua kepada Ji Fengyan, itu pasti tidak terlihat sekeren sekarang!

Hanya Tuhan yang tahu metode aneh apa yang Nona gunakan untuk mengubah penampilan benda itu.

Jika Zuo Nuo tahu bahwa ada sesuatu yang disebut berkah ringan, dia tidak akan begitu tidak mengerti.

Ji Fengyan membawa pedang tiga runcing bermata dua melewati halaman, saat Bai Ze mengikuti dengan gemerincing kuku di sampingnya. Kemudian, sesosok muncul di garis pandang Ji Fengyan.

Di bawah pohon tua di halaman, tidak pasti kapan dia tertidur, tapi Liu Huo sedang duduk di tanah. Dia mengenakan pakaian abu-abu sederhana yang ditutupi dengan kotoran. Dengan mata tertutup, bayangan bulu matanya yang panjang terpantul di bawah matanya. Sinar matahari merembes melalui celah antara daun dan dahan. Ketika mereka mendarat di wajah halusnya, tampak seolah-olah ada lapisan cahaya dari bintang-bintang.

"Bocah ini," Ji Fengyan tersenyum tak terkendali saat dia melihat Liu Huo yang tertidur lelap. Setelah berpose di Bai Ze untuk mengisyaratkan agar tetap diam, dia diam-diam bergerak dan membungkuk. Ketika dia melihat Liu Huo, senyum di matanya menunjukkan kelicikannya.

Ji Fengyan mengambil daun yang jatuh di samping dan dengan lembut menyapukannya ke depan hidung Liu Huo.

Liu Huo yang tertidur nyenyak mengerutkan kening dan hidungnya bergerak sedikit, tetapi dia tidak bangun.

Ji Fengyan berpikir itu menyenangkan dan terus bermain dengannya.

Tiba-tiba, sepasang mata yang tertutup rapat itu tiba-tiba terbuka dan mata merah Liu Huo, yang memiliki aura kematian yang kuat, melakukan kontak mata dengan mata berwarna kuning dari Ji Fengyan.

Ji Fengyan sedikit terkejut.

Liu Huo menyadari bahwa yang ada di depannya adalah Ji Fengyan. Dia merasa gugup dan secara naluriah mengangkat tangannya untuk menutupi matanya.