prolog

38 11 6
                                    

Happy reading!

.
.
.
.
.

"Tolong ... tolong ...!" teriaknya dengan suara bergetar karena takut. Namun, mau dia teriak kencang sampai pita suaranya putus pun tak ada yang dapat menolong nya. Mengingat betapa sepinya lorong gang yang ia lewati ini.

Kakinya terus melangkah menyusuri bangunan tua yang sudah tak terawat di sepenghujung lorong gang ini. Tak ada satupun warga yang bisa dimintai pertolongan. Ia tak apa jika memang harus mati terbunuh disini. Namun, tak ada yang dapat menyangka hal apa yang mungkin terjadi nanti. Bisa saja preman-preman itu lebih dulu menjamah lekuk tubuhnya yang dilindungi hijab.

Ia lebih baik mati dibunuh daripada harus memperlihatkan auratnya kepada lelaki yang bukan mahramnya.

"Berhenti disana, manis!"

Deg!

Itu suara si preman dengan nada yang ... ah menjijikkan sekali jika harus mendeskripsikannya. Intinya kata-kata itu mampu membuat bulu kuduknya meremang seketika.

Dia ada tepat di depan si gadis yang akan menjadi korban!

"M-mau ap-apa, Pak?"

Mendekat. Lelaki itu berjalan semakin mendekat kearah si gadis. Mau tak mau si gadis pun mundur hingga punggungnya terbentur menghantam tembok. Dia memejamkan matanya erat, enggan menatap lelaki bejat di hadapannya itu.

"Buka mata indahmu, sayang!" Cih! menjijikan sekali.

Perlahan ia membuka matanya. Dilihatnya lelaki tadi tengah menatapnya sambil menyeringai lebar. Sesekali memainkan ujung pisau yang ia pegang.

"Bunuh! Bunuh aku sekarang, asal jangan kalian sentuh auratku yang nggak seharusnya kalian sentuh," ujar si gadis. Namun sayang hanya di dalam hati. Ia tak seberani itu mengucapkan sepatah katapun. Lidahnya terasa kelu. Tenggorokannya kering akibat lelah berteriak meminta tolong.

Satu langkah.

Dua langkah.

Tiga langkah.

Lelaki itu mengikis jarak diantara dia dengan si gadis. Wajah mereka hanya terpaut beberapa centi, sehingga jika dia bergerak sedikit saja maka terpaut lah bibir keduanya.

Gadis itu memejamkan matanya erat, lelaki tadi melayangkan tangan hendak menyentuh ujung dagunya. Namun sebelum itu terjadi, sudah ada sebuah tangan lain yang menarik gadis malang tersebut bersembunyi di balik punggungnya.

Bugh!

Bugh!

Srett!

•••

To be continued...

Maaf jika mengecewakan. Saya pemula, masih amatir. Ingatkan jika ada salah.
Voment nya ya jgn lupa, mwehehe.

See you next chapter:*

PricillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang