Happy reading!
.
.
.
.
.Pricilla menuntaskan tugas sekolahnya secepat mungkin. Ini sudah lewat jam sepuluh malam, tetapi gadis itu belum juga melaksanakan kewajibannya sebagai muslim untuk sholat isya'. Itu karena saking asyiknya ia mencari informasi tentang toko-toko ataupun cafe yang membuka lowongan pekerjaan. Mungkin saja dia bisa melamar pekerjaan disana. Sampai sekarang pun masih belum ada panggilan dari tempat yang kemarin sudah ia coba datangi. Memang belum rezeki mungkin, begitu pikirnya.
Setelah tugasnya selesai, Pricilla lantas keluar kamar menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu. Namun, baru tiga langkah keluar kamar Pricilla dikejutkan dengan suara sang adik dari balik pintu.
"Kamu kenapa sih? Ngagetin aja." Pricilla menatap Jihan tajam yang dibalas kekehan kecil sang empunya.
"Hehe, bantuin muraja'ah sih Kak, aku lupaan mulu," ujar Jihan.
"Bentar dulu, Kakak baru mau isya'," balas Pricilla, melanjutkan langkahnya ke kamar mandi.
"DIH, JAM SEGINI BARU MAU ISYA'?! NGAPAIN AJA KAKAK DARI TADI HAH?! PASTI NYEMILIN PENSIL 'KAN IYA 'KAN? MAKANYA NGGAK HABIS-HABIS TERUS LUPA SHOLAT IYA 'KAN? NGAKU?!"
Teriakan itu menggema di penjuru ruangan, mungkin bisa terdengar sampai rumah tetangga. Pricilla lupa bahwa adiknya ini sangat berlebihan tentang apapun bahkan hal sepele sekalipun di besar-besarkan olehnya.
Mengabaikan teriakan Sang adik, Pricilla langsung memasuki kamarnya dan melaksanakan ibadah. Percuma saja jika di tanggapi tak akan selesai sampai esok hari, mungkin.
Setelah selesai sholat, Pricilla langsung muraja'ah bersama sang adik. Mengingat hafalan Qur'an nya yang belum sempat ia tambah.
"Surah An-Nisa', ayat 55, tentang balasan Allah terhadap orang-orang yang dengki. Yaitu, Allah berfirman; 'Dan cukuplah (bagi mereka) jahannam yang menyala-nyala apinya'. Bener 'kan, Kak?" tanya Jihan.
Namun, Pricilla hanya diam memperhatikan sapu tangan bergaris hitam yang jatuh dari dalam tasnya. Saat hendak mengambil mushaf Al-Qur'an kecil yang ada di dalam tas sekolah, tiba-tiba sapu tangan itu jatuh dari bagian kecil depan tasnya. Dari mana dia mendapat sapu tangan itu? Siapa yang menaruhnya di dalam tas dia? Ah, dia ingat sekarang. Ini dari si lelaki yang tak sengaja membasahi wajahnya dengan air kotor tadi. Siapa namanya pun dia tak tahu. Lalu bagaimana cara dia mengembalikannya? Biarlah dia simpan sampai bertemu orang itu lagi.
Entah kapan.
"Kak, Kakak!"
"Eh, kamu kok ngagetin sih," gerutu Pricilla kesal.
"Siapa yang ngagetin sih, orang dari tadi dipanggil nggak nyaut-nyaut, ngelamun mulu si!" Jihan mengerucutkan bibirnya.
"Siapa yang ngelamun coba? Udah katanya mau muraja'ah, cepet Kakak ngantuk ni."
"Udah deh lanjut besok aja, aku juga ngantuk. Aku tidur di kamar Ibu ya, Kak."
"Yaudah sana, jangan lupa baca doa dulu!" ujar Pricilla seraya melepas mukenah nya.
"Siap!" Jihan melenggang pergi keluar kamar Pricilla--lebih tepatnya kamar mereka berdua. Karena rumah ini hanya ada dua kamar, jadi mereka tidur berdua dan kamar satu lagi untuk Sang Ibu.
Pricilla memejamkan matanya, perlahan ia mulai terlelap memasuki alam bawah sadarnya.
•••
Seorang gadis tengah berjalan di lorong sekolah dengan tumpukan buku yang hampir menutupi seluruh wajahnya. Sesampainya tadi di sekolah, Pricilla langsung disuruh Bu Fani--petugas perpustakaan--membawakan beberapa buku paket yang akan ditata di rak perpustakaan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pricilla
Fiction générale[FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Satu mimpi yang berhasil dia gapai, juga mampu mewujudkan sejuta mimpi lainnya. Pricilla Keyna Abdillah. Gadis sulung dari keluarga sederhana. Memiliki sejuta mimpi untuk menggapai satu tujuan, yaitu membahagiakan keluarg...