Tidak Punya Judul

63 4 0
                                    

Berjanjilah untuk tumbuh dewasa dengan bahagia yang penuh dan utuh.
Sebab kamu sudah lahir ke bumi, sudah aku cintai sebegini tinggi.

-itsMe

***

Berawal dari kamu, iya kamu.
Empat huruf satu kata, manusia bumi yang masih berperan aktif di hati ini.

Waktu itu, aku melihatmu pertama kalinya setelah menghilangnya kamu
Dengan membawa rasa katanya, kamu berdiri di hadapanku.
Hingga malam yang kukira adalah ujung cerita kita, ternyata tidak!
Sang semesta rupanya belum merasa puas akan kita, membuatku semakin jatuh semakin dalam.

Seperti saat itu, Whatsapp darimu kembali muncul
Ku tolak ajakanmu yang mengajak ku untuk bertemu diluar, dan aku blokir kontakmu
Karena percuma, mau menjelaskan bagaimanapun juga sudah aku ketahui segalanya
Alasan kenapa kamu mengajakku kembali bertemu.

Entah bagaiman, kamu laki-laki yang paling aku hindari berada dalam tempat persembunyian paling aman, dan tenang.
Iya, rumahku!
Duduk bersama ayahku yang kala itu sedang menonton tv.
Ingin aku usir kamu, tapi kamu tahu aku tak mungkin bisa berkutik jika di depan ayah.
Ayah tidak tahu saja, bahwa kamu adalah laki-laki paling brengsek yang sudah buat anak gadis pertamanya terluka berulang kali.

Dan disini lah kita, tempat yang selalu kita singgahi dulu
Setelah dengan teganya ayah malah menyuruhku untuk menerima aja kan mu keluar.
Kamu juga membangun percakapan yang membuatku ingin segera pergi dari tempat yang kita duduki ;

"Aku minta maaf, aku jahat yah? "

--Jujur aku membenci pernyataan dan pertanyaan mu itu.

"Tidak, kamu manusia maha baik." ujarku

--mati-matian aku tahan segala perasaan berkecamuk, dengan sesak yang begitu mendesak keluar.

"Aku tahu--, suaramu mendadak lirih dengan helaan nafas panjang kamu kembali berkata "aku salah"

Ingin aku sanggah perkataanmu, tapi dengan tiba-tibanya kamu kembali angkat suara;

"semua yang terjadi ini, sungguh di luar dari apa yang sudah aku atur jauh-jauh hari. Aku-- aku terlalu frustasi di tinggalmu dan tanpa aku sadari sekarang aku malah memperburuk dan membuatmu hilang selamanya dariku. "

--Demi tuhan, kamu menangis?
Laki-laki seperti dirimu aku kira tak kenal air mata.

"Yasudahlah." - ujarku menenangkan mu.

--Munafik! Padahal aku juga sedang membuat segalanya agar tidak panjang, Menahan dadaku, takut segala benteng pertahanan ku roboh.

Setelah keheningan melanda beberapa saat, kamu kembali bersuara

"Untuk semuanya, aku yang bodoh. dan disini aku mau semuanya berakhir dengan baik-baik saja.
Kita menjadi teman seperti sebelumnya, teman masa kecil juga teman seangkatan sekolah. Mungkin memang itu status yang tepat untuk kita berdua.
Dan untuk memperjelas yang sudah kamu baca di grup angkatan,
Malam ini aku ngundang kamu buat hadir du pernikahanku bulan depan."

--Untuk pertama kalinya, jantungku terasa di pukul.
Nadiku terasa di robek, darahku terasa di bekukan.
Rasanya lebih, lebih-lebih mengerikan dari saat kamu memberiku kehilangan.
Dan lebih menyakitkan mendengar langsung darimu ternyata.

Belum merasa berakhir, kamu kembali angkat suara di tengah gundahnya hatiku.

"Aku tahu, undangan langsung dariku terkesan sangat cepat.
Tapi aku hanya ingin kamu meniadakan aku dari hidupmu.
Rasaku selama ini, tak pernah bohong
Semua kataku dulu, tak pernah aku lupa
Hanya saja aku yang tak pernah berani muncul kembali.
Dan sekarang aku mau belajar memantaskan diri untuk dia, dia yang tak pernah ada dalam daftar hidupku,
Tapi mungkin sekarang akan."

--Hentikan sudah, aku lebih dari paham maksudmu. pernahkah kamu berada dalam posisiku? sudah lebur harapanku!

Sepanjang penjelasanmu, aku hanya diam seribu bahasa.
Aku terus-terusan lari dari obrolan paling penting, mengakhiri segala yang kamu katakan.

Si pengecut maha takut, yang menolak bertekuk.

Berakhirlah aku disini, tempat ternyaman yang terasa seperti mencekik diriku.
Membuat sesak dadaku, dan bisu mulutku.
Dengan detik jam dinding yang terus berputar, pada malam kesekianku
Aku menyerah, aku kalah.

Aku dan kamu tidak berada dalam satu jalan yang sama,
Kita memang sempat mengukir cerita yang sama, tapi mungkin kamu hanya menjadi bumbu penyedap dalam alur ceritaku.

Dan setelah ini, peranmu aku nyatakan usai
Berakhir tanpa bekas sedikitpun.

Aku akan datang tentu saja:)

  *****

Aksara rasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang