Harusnya kamu lebih sabar, jika bertahan menderita sedikit lebih lama, tahun-tahun berikutnya hidupmu akan sangat baik.
****Refiel berencana ingin membuka surat-surat yang baru saja ia keluarkan dari dalam tasnya. Surat itu ada yang diterimanya sejak beberapa tahun lalu, ada juga yang beberapa bulan lalu datang. Namun ia tak berniat membukanya. Alasannya klise, ingin melupakan dan berhenti memikirkan hal yang tidak mungkin lagi terjadi. Itu menurutnya. Namun kadang beberapa hal mesti harus dihadapi walau seburuk apapun peristiwanya.
Amplop berwarna kekuningan itu bukan warna aslinya, tapi karna lamanya waktu yang membuatnya menua. Selama ini, Refiel hanya menyimpan surat-surat itu di loker tempat kerjanya, ada juga yang di loker kampus. Tak ada rasa ingin tahu, atau kepo yang menggeluti pikirannya sampai-sampai ia lupa tak pernah membuka surat itu semenjak kali pertama dia dikirimi benda berperangko itu. Sekitar dua tahun yang lalu, pantas saja bercak air yang sudah mengering membuat surat itu kusut apalagi di sekitaran benang pengikatnya.
Tangannya bergerak memutar benang hingga surat pertama itu terbuka sempurna. Refiel tersenyum samar, entah karna kekuatan apa dia tiba-tiba ingin mengetahui seberapa bawelnya sang pengirim surat hingga bertumpuk seperti ini.
__________________
__________________20 agustus, 2018
Untuk Refiel, malaikatku
Hei, sedang apa?
Sudah mulai kuliah? Bagaimana kampusnya? Baru tiga hari aku disini, masa ya udah kangen banget sama kamu.Aku nulis surat ini, pas banget lagi liat-liat album foto kamu. Tambah kangen. Jangan lupa ibadah, makan dan istirahat tepat waktu.
Aku sayang kamu.
Love♡
El
__________________
__________________Refiel merasa ada yang menggenang di matanya. Ya, dia merindukan orang itu juga. Tapi setiap kali dia mencoba merindu, perih di hatinya langsung memancar seakan ia tidak boleh memikirkannya. Dia menghela nafas sejenak, lalu kembali membuka surat berikutnya.
Kali ini, amplopnya agak remuk karna mungkin sudah terobrak-abrik dan jadilah seperti sekarang.
__________________
__________________15 September, 2019
Untuk Refiel, bidadari terindah Tuhan♡
Hai Fiel. Kamu sedang apa? Aku perkirakan di sana sedang siang. Sudah makan? Tadi aku kuliah mata pelajaran ekonomi makro, nggak fokus tau. Ngerti sih, tapi nggak ngerti. Eh gimana sih ini?
Tuh kan bidadari aku jadi bingung bacainnya. Tangan nih, yang salah.
Mungkin kamu lagi sibuk banget ya? Sampai nggak bisa bales surat aku? Eh tapi kan sekarang ada handphone, tapi aku nggak punya nomor kamu. Kamu nge-blok aku ya? Untung aku masih kontekan sama si Jaenab, kalau nggak, kan nggak bakalan tau dimana kamu kerja.
Refiel, raga aku disini. Tapi hati aku nggak bisa fokus. Aku ingin cepat pulang.
Jaga kesehatan.
El♡
__________________
__________________Air mata itu luluh berjatuhan, Refiel mengusap pipinya yang basah. Kenapa dia bisa cengeng seperti ini? Ya, dia mengerti. Kegelisahan yang dia rasa selama ini karena kata rindu itu. Entahlah, ia tak sanggup. Dia tak sanggup lagi melanjutkan semua ucapan rindu lelaki itu. Semuanya terasa seperti belati yang terus melecut di hatinya.
Refiel munafik, sangat. Dia bahkan tidak bisa mengucapkan balasan dari rindu itu.
Semuanya bagai tersimpan rapat di hatinya. Ia tak bisa membuka atau mengopeknya sedikitpun. Tapi sekarang, pertahanan itu runtuh. Dia kalah. Dia mengaku kalah, karna dia begitu ingin berjumpa dengan lelaki itu.
Gadis bersurai hitam legam itu melirik surat yang terlihat masih rapi dan bagus yang di bungkus dengan amplop motif binatang kesayangan Refiel, yaitu capung. Sepertinya datang baru beberapa bulan atau mungkin beberapa hari yang lalu. Dia segera membuka dan membacanya. Dan ya, benar saja surat itu datang ketika melihat tanggal pengirim.
__________________
__________________10 Oktober 2020
Untuk Refiel, malaikatku
Hai, apa kabar?
Aku tau, kamu baik-baik aja kan tanpa aku?
Sudah makan? Jangan belajar terlalu keras ya, aku dengar kamu jadi wakil presma? Oh ya, aku disini baik-baik aja, jangan khawatir yaa..
Disini musim dingin, tapi kemungkinan kamu akan membukanya ketika sudah musim semi. Sekarang aku kedinginan tau, hehe sampai-sampai gemeteran nih.
Fiel, boleh aku bilang kalau aku kangen kamu?
Kangen pelukan bunda perinya aku.
Jaga diri baik-baik ya. Sebentar lagi kita ketemu.
Love♡
El
__________________
__________________Refiel menutup kembali suratnya, lalu berbaring di kasurnya. Hari ini dia, lelaki itu akan kembali. Rasanya tak sabar, namun juga takut. Tak sabar ingin melepas rindu, takut untuk terulangnya kisah kelam dan penuh kecaman yang pernah terjadi dulu.
Matanya terpicing lalu perlahan guratan di keningnya menghilang. Mungkin dia benar, bahwa ini saatnya ia bangkit. Seharusnya ia melawan masa lalu, dan tetap menjalani hidupnya. Bukan lari dari kenyataan.
Penyesalan selalu datang di akhir. Bukan begitu?
Kini, Refiel sadar, menjadi orang yang paling penting dalam hidup seseorang membuat kita terlalu percaya diri bahwa kita takkan ditinggalkan. Karna pada nyatanya, perasaan seseorang akan selalu mengalami perubahan. Tidak peduli dengan janji yang pernah terucap, jika perasaan tak lagi sama, pergi dan meninggalkan adalah jawabannya.
****
Annyeong!!!
Gimana nih prolognya?
Udah ada yang coba tebak apa yang akan terjadi?
Siapakah si 'El' itu??
Mari temukan di next part ya!!
Staytune terus!!
Eh, kasih semangat dong ke author amatir ini^^
Okey udah a babay to chapter 1
Kiss online, muach💋

KAMU SEDANG MEMBACA
S E L A K S A
Teen FictionStart : 15 Oktober 2020 Finish : - [Jangan lupa vote and coment setelah selesai baca] [S1]