#3 Three

38.3K 4.6K 264
                                    

Langit membakar cahaya oranye yang kuat saat nampak matahari terbenam dari kejauhan. Akaashi duduk di tempat tidurnya dengan laptop di pangkuannya, saat jari-jarinya menggulir dan mengetik dengan penuh kekalutan.

FFI.

Halaman dimuat. Akaashi langsung membacanya.

(FFI) adalah penyakit prion bawaan autosom dominan yang sangat langka di dalam otak...Mata Akaashi mengamati layar. FFI tidak memiliki obat yang diketahui dan dapat membuat insomnia yang semakin memburuk, yang menyebabkan halusinasi, delirium, dan keadaan bingung seperti demensia...

Bibir tipisnya menekan menjadi garis yang lebih tipis. Jari-jarinya tetap kaku untuk beberapa waktu saat matanya membaca paragraf pengantar tersebut berulang kali.

"Belum ada obatnya, huh...?" Akaashi terus membaca. "Semua orang yang terjangkit penyakit ini akhirnya meninggal dalam waktu satu tahun atau kurang..." Bagian ini dia bacakan dengan lantang.

Dia mengusap wajahnya pelan. "Tentu saja akan seperti itu." Akaashi menyandarkan kepalanya di tangannya, dagu bertumpu pada telapak tangannya.

"Aku ingin tahu apakah Bokuto tahu tentang semua ini." Dia pasti pernah mencarinya, bukan? Itu adalah satu-satunya hal yang normal untuk dilakukan, mengingat bahwa dialah yang menderita penyakit tersebut.

"Insomnia." Dia teringat kembali pada kantung di sekitar mata Bokuto.

'Yang bisa kuberitahu padamu hanyalah bahwa tidur tidak datang padaku semudah dulu.'

Akaashi menghembuskan napas dengan cepat melalui hidungnya, membuat suara yang hampir seperti tawa. Dia membaca tentang gejala dan mengedipkan mata dengan lembut, dengan tangan yang menutupi bibirnya. Setelah beberapa menit, Akaashi menutup laptopnya dan berbaring di tempat tidurnya. Dia menatap langit-langit kamarnya.

"Seorang teman baru."

Tidak banyak yang bisa dikatakan.

....

^ ^ ~ bersambung!

In Another Life [BokuAka] #INDONESIAtranslate (Re-edited)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang