#24 Twenty-Four

44.7K 3.7K 1.3K
                                    


...

Sudah tiga hari sudah berlalu sepeninggalnya Bokuto dan tentunya cukup baginya, sesuatu yang disebut dengan tidur itu tidak datang ke Akaashi semudah dulu.

Dalam rentang waktu tiga hari itu, dia hanya tidur sedikitnya lebih dari empat jam. Pada malam pertama dari ketiga hari itu, Akaashi menolak untuk beristirahat karena takut menderita teror di malam hari lagi. Tetapi selama dua malam lainnya, dia benar-benar berusaha untuk mencobanya dan menidurkan dirinya sendiri, tetapi setiap kali dia melakukannya, dia mendapati dirinya terbangun dari mimpi yang aneh atau terbaring dan terjaga di tengah malam, setengah berharapkan bahwa ia akan menerima pesan dari Bokuto.

Kadang-kadang, Akaashi akan melihat-lihat isi dari percakapannya dengannya. Dia akan scroll ke atas, atas, atas hingga teks yang paling pertama, lalu akan men-scroll ke bawah lagi, menunggu sebuah notif bubble chat yang seharusnya muncul di sisi kiri bawah layar. Tapi selalu saja, dia tidak menerima apa-apa.

Malam itu tidak ada bedanya dengan malam sebelumnya karena Akaashi hanya mengulangi tindakan ini untuk kedua puluh kalinya hari itu, ibu jarinya men-scroll ke atas dan ke bawah selama beberapa menit sampai akhirnya dia berhenti. Namun, ketika dia telah, alih-alih mematikan ponselnya dan mencoba memaksa dirinya untuk tertidur selama beberapa jam, Akaashi malah menatap layar ponsel dengan penuh harap dan membaca pesan terakhir yang dikirim di antara mereka.

Bokuto (Dikirim pada 02.15, 20 Desember):

[Hei! Akaashiiiii. Apakah kau masih terjaga?]

Akaashi:

[Ya, masih. Ada apa?]

Bokuto:

[Aku senang kau akan datang besok!]

Akaashi:

[Tapi kan aku mengunjungimu setiap hari.]

Bokuto:

[Aku tahu! Kau tidak pernah melewatkan satu hari pun... Apakah orang tuamu tidak pernah bertanya kenapa kau sering datang ke sini?]

Akaashi:

[Mereka mengira aku sedang magang. Jadi mereka tidak keberatan.]

Bokuto:

[Oh! Kau melakukannya untukku ya. ٩ ('ω') و]

Akaashi:

[Aku juga berharap begitu. Ini juga berhasil untuk diriku sendiri juga. Aku pasti akan membawa laptopku saat berkunjung nanti. Kita bisa menonton Cloud Atlas lagi.]

Bokuto:

[IYA! TOLONG YA! Terima kasih, Akaashi!]

20 Desember pukul 3:45 pagi

[Kau mungkin sedang tidur. Maaf karena selalu mengirimimu pesan selarut ini. Tidur yang nyenyak, Akaashi! Sampai ketemu lagi.]

Akaashi mengerutkan kening dan merasakan sakit yang familiar menusuk dadanya. Dia membaca ulang 'Tidur yang nyenyak, Akaashi!' dan dia menghirup udara dengan ringkih.

"Aku sedang mencobanya..."

Dia tidak bisa lagi memaksa dirinya untuk membaca empat kata terakhir dari teks itu sekali lagi dan akhirnya mematikan ponselnya. Dia meletakkannya di meja dekat sisi tempat tidurnya dan membenamkan dirinya ke dalam selimut yang pernah dia bagi dengan Bokuto itu. Akaashi menarik napas dalam-dalam dan memejamkan mata, alisnya bertaut saat alisnya berkerut. Aromanya masih seperti dia.

Akaashi merilekskan dirinya di atas kasur miliknya itu kemudian memejamkan mata, dia menguap tanpa daya. Kepalanya merosot ke bantalnya dan yang mengejutkan, dalam hitungan menit, dia bisa merasakan dirinya tergelincir. Rasanya aneh, tidak tertidur di dekat tubuh Bokuto, tapi Akaashi tahu bahwa dia harus terbiasa dengan tidur dalam kesepian ini sekali lagi. Dia hanya berharap malam itu tidak akan mendapati mimpi buruk. Yang dia inginkan hanyalah melihat Bokuto sekali lagi, meski hanya sesaat. Nafas lelah meninggalkannya, dan Akaashi akhirnya tertidur.

Malam itu, dia memimpikan malam dimana untuk pertama kalinya Bokuto datang ke rumahnya. Dia memimpikan bagaimana Bokuto membenamkan dirinya ke dalam selimut biru tua untuk menonton film yang diputar di layar laptop dan bagaimana dia memeluk Bokuto malam itu dan membantunya agar berusaha untuk tidur.

Dia masih bisa mengingat detail-detail kecil, seperti bagaimana kemeja Bokuto yang berbintang akan sering lepas dari bahunya ketika dia bergerak di tempat tidur, dan bagaimana rasa beratnya Bokuto didadanya akan membuatnya terengah-engah. Akaashi masih bisa merasakan sensasi rambut putih dan hitam liar yang menyapu pipinya setiap kali dia bergerak, dan kehangatan yang datang darinya saat dia memeluknya erat.

Semuanya masih ada di sana, tapi ada sesuatu yang berbeda dari semuanya yang membuat Akaashi bingung.

Pada satu titik dalam mimpinya, Akaashi melihat ke luar jendela. Langit malam tiba-tiba menjadi biru pucat, dan cahaya oranye hangat matahari perlahan menyebar ke cakrawala. Dia menoleh perlahan untuk melihat Bokuto, dan mengawasinya saat dia berbaring di pelukannya. Akaashi memanggil namanya dan karena itu Bokuto terbangun. Dia menoleh dan tatapannya bertemu dengan tatapan Akaashi dengan mata lelah dan cukup istirahat. Dia meregangkan dan menahan diri untuk tidak menguap, mendorong tangannya ke rambutnya yang berantakan, dan menyandarkan kepalanya ke bahu Akaashi.

Sinar matahari masuk ke dalam ruangan, mengalir di sepanjang dinding dan lantai, dan membuat bayangan di sekelilingnya. Cahaya itu menyinari wajah Bokuto ke atas sehingga Akaashi bisa melihat fitur-fitur sehat yang menatapnya kembali. Dia merasakan detak jantungnya bertambah cepat dan tenggorokannya menegang saat penglihatannya kabur. Bokuto berseri-seri padanya dengan senyuman yang mengucapkan ribuan kata, dan tangannya terulur untuk menyentuh pipi Akaashi. Akaashi merasakan telapak tangannya- hangat, penuh, membelai di sekeliling wajahnya. Dia bersandar pada sentuhannya dan penglihatannya mulai memudar, matanya berkaca-kaca.

Bokuto menyandarkan dan menyentuhkan dahinya ke dahi Akaashi. Dia terlihat agak kabur sekarang, tapi Akaashi tahu dia masih disana. Bokuto berbicara, suaranya damai. Sehat. Seluruhnya.

"I found you."

Tawa yang gemetar dan lembut terlontar dari Akaashi. Dia tersenyum.

"You found me."

😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭Yatuhan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭
Yatuhan. 😭😭😭😭😭😭

Thanks untuk kalian yang sudah baca fanfiction translatean saya ini, makasih untuk semuanya dah. Apakabar hatinya? Hehe.

Jujur saya baca cerita ini di versi English nya udah lama tapi tetap belum bisa move on. Tiap liat fanart atau apapun itu tentang ship BokuAka saya selalu keinget ini fanfic ujung ujungnya sedih lagi kan kurang ajar.

Fyi, saya sehabis baca fanfic ini nangisnya 3 hari 3 malem, mau tidur keinget nangis, bangun tidur keinget nangis lagi sampe bengkak macam babi ini mata hahahaha kalau kalian gimana?

Ah ya satu lagi, saya ada niatan untuk bikin fanfiction BokuAka tentang mereka dikehidupan selanjutnya. Setuju ga? Kalau iya saya usahakan cari ide ide referensinya. (Ya pastinya referensinya banyak diambil dari cerita In Another Life ini sih)

Nah, gimana? Setuju? Atau ga setuju? terserah readers aja dah.

In Another Life [BokuAka] #INDONESIAtranslate (Re-edited)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang