Bab 7 - Mabuk Kepayang

3.8K 314 91
                                    


Happy Reading Folks 😊


Pagi - pagi sekali Gracia sudah datang ke Cafe Aksara bersama Shani. Sekitar pukul 07.00, sedangkan Cafe baru buka seperti biasa pukul 10.00. Ada dua cangkir latte dengan latte art buatan Gre yang bergambar mobil Mercy yang baru saja diinjek Gozilla. Sempurna.

Tangan kiri Shani dan tangan kanan Gracia saling berpegangan. Sesekali mereka saling mencium punggung tangan. Mereka tidak berbicara, saling melihat kesempurnaan masing - masing. Sesekali diselingi tawa tersipu malu.

"Kita kayak apaan aja, Gre diem - dieman?" ujar Shani.

"Abis mau muji Shani nanti dibales, kamu juga, kamu juga. Mending diem," balas Gre.

"Bener juga sih. Soalnya kita sama - sama sem-pur-na."

"Maaf, saya ngga ngerokok."

"Sem-pur-na, Gre. Bukan merk itu," Shani menoyor kepala Gre dengan telunjuk.

"Ooh, maklum. Isi otak aku isinya kamu semua," jawab Gracia.

"Apalagi hati aku. Ada dua," sahut Shani.

"Karena kamu pencuri hatiku. Kamu ambil juga separuh jiwaku."

"Gre, lama - lama aku ngga bisa bedain kamu lebay atau gila lho!!" Shani tertawa.

"Aku sekarang juga ngga bisa bedain batas cantik dan sempurna dari diri kamu."

"Lebay, ih. Lebay." Shani mencubit gemas pipi Gre.

"Biarin yang penting aku seneng."

"Gre, aku mau minta maaf. Maaf banget sebelumnya."

"Maaf untuk hal apa, Shan? Jangan bikin aku takut."

"Aku...aku...minta maaf karena terus berlari dalam pikiran kamu."

Wajah Gre berubah kesal seperti anak kecil ngambek, bibirnya memble. "Aku mau cubit pipi kamu ngga bisa - bisa. Kesel."

"Kenapa?"

"Muka kamu glowing banget, jariku kepleset terus. Hehehehe..." Gre terkekeh.

"Ahahaha..." Shani menutup mulutnya dengan telapak tangan.

"Gre, nanti mau aku jemput?"

"Aku sore jam limaan pulang. Kamu kan ada acara makan siang? Kelamaan nunggunya."

"Abis maksi, aku ke kostan lagi. Baru sorenya jemput kamu. Boleh?"

"Boleh banged pake 'd'."

Shani tersenyum, mengusap sisa foam latte di bibir Gre.

"Kamu maksi sama siapa?"

"Hah?" Shani buru - buru menyesap lattenya. Berpikir cepat. "Biasalah, temen. Kangen - kangenan," jawab Shani sedikit gugup.

Gracia merapikan rambut kesayangannya, menyelipkan rambut ke belakang telinga Shani.

"Apa hal yang paling kamu tidak suka, Shan?"

"Kemunafikan. Kalau kamu, Gre?"

"Kebohongan."

"I love you, Gre. Love you so much," ujar Shani.

"I love you, Shan. Love you more," balas Gracia.

Gre berpindah tempat duduk di sebelah Shani. Kepala keduanya lalu mendekat, bibir mereka perlahan menyatu dan saling bertaut. Mereka saling membiarkan lidah mereka menari - nari di dalam rongga mulut mereka. Tangan mereka memeluk dan merangkul bahu dan punggung. Suara kecupan dan desahan menyertai kemesraan mereka.

Why Should We Met? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang