Bab 16 - Revival

3K 289 95
                                    


Happy Reading Folks 😊

Gre menangis tanpa henti sejak mendatangi ruang ICU di rumah sakit. Beberapa kali sempat pingsan dan mendapat pertolongan asupan oksigen dari perawat. Matanya sudah sembab dan bengkak karena terus menerus menangis. Gre masih tak menyangka Shani senekat itu. Gio mendampingi Gre yang terus terisak di atas tempat tidur di sebuah kamar rawat, di pergelangan tangannya tertancap jarum infus. Karena kondisi tubuhnya drop sejak mengetahui Shani masuk ICU lagi.

"Aku harus gimana, Gio? Aku harus gimana?" Gre tak bisa tenang dengan situasi dirinya. Ia terus saja meracau. Air matanya terus mengiringi perkataan - perkataan yang penuh nada penyesalan.

"Kamu harus tenang, sabar, Gre..." Gio mencoba menenangkan, mengelus lembut kening Gracia berulang kali.

"Shani, aku sayang sama kamuuu. Aku sayang, Shan...." gumam Gracia. Gio membiarkan tangannya digenggam keras Gre.

"Ssst....kamu harus istirahat, Gre..." Gio merasa terjepit di antara masalah Gre dan Shani, dimana dia sendiri belum mendapatkan kejelasan bagaiamana mereka bertemu dan berpisah hingga segala sesuatunya terjadi sekarang ini.

"Aku minta maaf sama kamu, Gi. Aku belum bisa cerita," bisik Gre.

Gio memberikan senyum terbaiknya, "Tidak apa - apa. Yang terpenting kesehatan kamu. Jangan bebani pikiran, tenangkan diri kamu. Ya, Gre?"

"Aku sayang banget sama Shani, Gi. Tapi aku menyia - nyiakannya. Aku merasa mengenal dia sepenuhnya, ternyata aku salah."

"Udah, Gre. Udah. Tenangin diri kamu!" Gio menciumi jemari Gracia.

"Dont leave me okay?"

"Tidak akan. Aku janji."

Sementara Shani kondisinya memprihatinkan, wajahnya pucat karena sempat kehilangan banyak darah, bibirnya memutih, di pergelangan tangan kirinya dibalut perban. Om Wisnu tidak menyadari Shani akan berbuat seperti itu, padahal ia tinggal sesaat ke hendak kamar mandi. Begitu kembali Shani bersimbah darah dengan ujung jarum infus sudah tercabut dan digenggam di tangan kanannya. Diduga Shani menggunakannya untuk menggores urat nadi pergelangan tangan kirinya.

Kedua orang tua Shani sudah datang menjenguk keadaan Shani. Mereka tentu saja tersentak ketika sampai, keadaan Shani bertolak belakang saat mereka sedang dalam perjalanan.

"Kenapa anak saya jadi begini?" Pak Natio, Papanya Shani dilanda kegamangan. Anak perempuan kesayangannya keadaannya memburuk.

"Saya mohon maaf, tidak bisa menjaga anak Bapak. Saya lalai. Saya sudah berusaha semampu saya untuk memberikan yang terbaik. Tapi saya..." Om Wisnu menjatuhkan tubuhnya di kursi.

"Bagaimana ini semua bisa terjadi, Om Wisnu?"

"Dokter mengatakan Shani mengalami depresi ringan, dan memerlukan penanganan segera. Ketika Shani sakit, posisi saya masih di luar kota. Ada beberapa teman Shani yang menolongnya di kost dan membawanya ke rumah sakit."

"Apa yang menyebabkan anak saya sampai bisa menjadi depresi?" tanya Pak Natio. Wajahnya penuh kekhawatiran.

"Terlalu naif jika mengatakan karena Shani putus cinta. Tapi itu kenyataannya."

"Ya Tuhan. Shani...." Ibu Natio menitikkan air mata, memeluk lengan suaminya. Tidak menyangka karena masalah cinta Shani kondisi Shani seperti sekarang ini.

"Anak saya sering bercerita tentang seseorang, Gracia. Apakah Gracia pacar Shani?"

Om Wisnu mengangguk, "Dan dia juga sedang dirawat di sini. Pak Natio mau bicara dengan Gre?"

Why Should We Met? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang