Unnie!

259 45 5
                                    

Semburat sinar jingga yang hampir tenggelam menambah keindahan kota Seoul sore ini. Aku biasa menghabiskan senja di sini. Rooftop, kopi dan sendiri. Bermain gitar, menyanyikan lagu yang ku sukai, sudah sangat bisa mengobati ketidakberanianku atas apa yang kurasakan selama hampir dua tahun belakangan.

Tapi kupikir aku pencemburu berat. Melihatnya tertawa, memeluk, bercanda dan bahagia dengan orang lain, cukup membuat hatiku sesak.
Sedangkan aku? Aku hanya bisa diam dan pura-pura terima. Aku bukan tidak mau mencoba dan bukan tidak mau mendekati. Hanya saja, menurutku akan lebih baik begini, sampai entah kapan nanti.

"Heeeeemmmmmh.." ku lepaskan nafas panjang sambil terus memandangi matahari.

"Apa yang kau pikirkan, unnie?" Tegur seseorang mendekatiku.

"Eh,, Hye. Sejak kapan kau di sini?" Tanyaku sedikit kaget.

"Aku bertanya duluan." Jawabnya kaku.

Dia memang begitu. Dan hanya denganku. Aku sendiri bingung dengan sikapnya. Kadang lucu, kadang menyebalkan. Kadang cuek, kadang perhatian. Seperti sekarang.

"Kenapa kau malah memandangiku?"

"Oh, eh?? Aku aku.. Apa pertanyaan mu tadi?" Tanyaku gugup.

"Tsk.. Lupakan. Lagipula kau tidak mungkin menjawabnya."

"Kau ada masalah?"

Dia menggeleng.

"Lalu kenapa kau di sini? Tumben sekali."

"Apakah aku tidak boleh di sini? Kenapa?"

"Bukan begitu. Kau kan jarang ke sini. Hidupmu hanya game, latihan dan tidur. Ulangi."

Tidak ada kata-kata lagi. Kami hanya saling diam dan memandang jauh ke seberang.

"Heejin unnie..." Panggilnya tiba-tiba.

"Oh? Wae?"

"Apa itu cinta?" Tanyanya lirih. Hampir tidak terdengar.

"Cinta? Apa kau sedang jatuh cinta?" Kataku berbisik sembari mendekatkan diri padanya.

"Entahlah.. Mungkin..."

"Apa maksudmu?"

"Mungkin, iya."

"Oh... Siapa orang itu?"

"Apa itu cinta?" Tanyanya sekali lagi tanpa menghiraukan pertanyaanku.

"Cinta itu..."

"Sudahlah jangan dijawab."

--------------

"Heejin~~~ Yuhuu~~~"
Katanya dari balik pintu kamarku.

"Hi, unnie. Masuk saja." Kataku mempersilahkannya masuk.

"Ada apa unnie?" Tanyaku.

"Kau baik-baik saja? Atau kau sakit? Demam?" Tanyanya sambil memegangi dahi dan mengecek keadaanku.

"Chuu unnie!" Kataku sedikit keras.

"Ohh?? Wae?? Aku mengkhawatirkanmu, Heejin. Kau tidak keluar seharian. Apa kau sudah makan? Sudah minum?"

"Aku sedang tidak nafsu makan."

"Fix. Berarti kau sakit. Ayo kita kedokter. Atau mau ku panggilkan manager-nim untuk membawakanmu obat?"

"Aku tidak sakit, unnie."

"Lalu kenapa? Kenapa kau---"

"Unnie, aku hanya tidak ingin keluar." Kataku memotong pertanyaannya.

"Kau ada masalah?"

"Tidak unnie, hanya..."

"Ceritalah, Heejin. Siapa tau aku bisa membantumu."

"Emmh.. Aku bingung."

"Tentang?"

"Ketakutanku."

"Hantu??"

"Bukan."

"Yves unnie??

"Bukan."

"Haseul unnie??"

"No."

"Kim Lip???"

Ya maklum saja. Mereka bertiga memang menyeramkan. Apalagi kalau sedang marah. Tidak ada yang berani berbicara atau menyanggahnya. Tapi jangan salah, mereka juga sangat menyayangi kami, adik-adiknya.

"Heejin? Hello?" Katanya sambil menjentik-jentikan jari di depan wajahku.

"Bukan mereka."

"Lalu??"

"Perasaanku."

"Ahhhhh...."

Chuu unnie mengangguk-angguk.

Aku tau, meskipun sikap Chuu unnie kekanak-kanakan, tapi dia dewasa dan bisa dipercaya. Aku tidak bilang unnie-unnie yang lain tidak bisa dipercaya, tapi aku hanya ingin menceritakannya kepada Chuu unnie untuk saat ini.

"Heejin.." katanya menyadarkanku dari lamunan.

"Aku menunggumu bercerita.." katanya lagi.

"Aahmm.. Unnie.."

"Oh..?"

"Aku mencintai seseorang.." kataku.

"WHAT?? JINJJA??" Teriaknya kaget.

"Unnie jangan keras-keras."

"what? jinjja?" Katanya lagi setengah berbisik.

"Iya.." anggukku pelan.

"Siapa pria yang beruntung itu??"

"Dia... "

" Siapa dia?? Siapa?? Katakan padaku."

"Dia perempuan."

"Aaaahh.. Mianhae Heejin-ah. Biar ku tebak. Ryujin temanmu itu?"

"Bukan."

"Hyunjin?"

"Unnie apa-apaan sih."

"Lalu?"

"Olivia." Jawabku..

"YES!!" Katanya sambil berputar-putar di depanku.
"Aku sudah tahu sebenarnya. XOXOXO"

"Tau??"

"Kau menggendongnya ke tempat tidur kan kemarin. Awwww~~~ So sweet."

"Unnie, itu kan karena dia tertidur di kursi."

"Kau mencium keningnya, apa itu biasa juga?" Tambahnya lagi.

"Unnie, hentikan. Aku hanya..."

"Sudahlah Heejin. Aku tau dari awal. Semua yang kau lakukan, cara mu bersikap kepadanya selama ini, tidak biasa."

"Unnie, benarkah?? Apa aku terlalu mencurigakan??"

"Untukku, iya. Tidak tahu yang lain bagaimana menilaimu."

"Ck....."

"Eeyyy,,,, Adikku Heejin jatuh cinta syallalalalala~~~~~"

Sambil berlari ke luar kamar dia masih saja menggumamkan itu. Chuu unnie bisa dipercaya?? Ku tarik lagi kata-kataku!

"Unnie!!! Tunggu aku! Unnie tunggu!"

"HEEJIN JATUH CINTA~~~"

"Unnie!! Tutup mulutmu!"

"Unnie!"

Love AbstractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang