Ulang

186 33 1
                                    

Olivia Hye's POV:

Menurutku, mencintai seseorang yang dicintai orang lain itu sangat menyakitkan. Apalagi dengan keadaan kami yang memang tidak bisa bebas menunjukkan semua hal kepada yang lain.

Kenapa aku harus mendengarnya langsung? Rasa sakit ku berkali-kali lipat rasanya. Ya aku tahu sejak lama, dia mencintai kekasihku, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk menghalanginya.

"Jangan melamun.." katanya setengah berbisik.

Nafasnya ditelinga kanan membuatku mendesah pelan. Bukan apa-apa. Aku memang gelian orangnya. Kulepaskan dua tangan yang melingkar dipinggangku tapi malah semakin erat aku dipeluknya.

"Lepaskan.."

Aku terpaksa menghentikan kegiatan cuci piringku yang belum selesai ini.

"Tidak mau."

"Ini dapur. Nanti yang lain melihat." Kataku berusaha berbalik tapi tetap saja percuma.

"Biar saja.."

.  . . . .

"Aku minta maaf ya." Lanjutnya lagi.

"Uh?"

"Maaf sudah menyakitimu."

"Lepaskan aku dulu."

"Tidak mau. Biarkan saja yang lain tahu. Aku sudah tidak bisa menutup-nutupi ini."

"Kita bicarakan. Duduklah." Kataku.

"Kau mau kopi? Biar ku buatkan." Lanjutku.

Melihatnya tersenyum lebar dan mengangguk dengan semangat sudah cukup membuatku senang.

"Kau tahu aku suka kopi darimana?" Tanyanya penasaran.

"Tentu saja aku tahu semua tentangmu."

"Semua??" Matanya terbelalak lebar tidak mempercayai ku.

"Kau suka malatang, teokbokki, kau suka kopi, apalagi pas kau masih SMA, kau suka berpura-pura tidak bisa mengerjakan banyak hal, kau tidak bisa bangun pagi, kau tidur dengan mulut terbuka dan...."

"Shhhhh! Stop!"

"Aku bahkan belum selesai menyebutkannya."

"Sudah. Cukup fitnah ini." Katanya menunduk.

"Fitnah?? Yaaaa,, kau ini sadar tidak dengan ucapanmu?" Kataku meledeknya.

Yang ku ledek hanya cemberut tanpa berkata-kata. Kiyowo.

"Minumlah.." kataku menyuguhkan kopi yang ku buat yang langsung diseruputnya.

"Awww!!" katanya sambil mengipasi lidahnya.

"Pelan-pelan. Baru mau kubilang tiup dulu. Dasar bodoh."

"Kau tahu cara meredam panasnya tidak?" Tanyanya.

"Nanti juga reda sendiri."

"Aku maunya cepat."

"Bagaimana?"

"Dengan ciuman."

"Gila kau ya. Mesum."

"Lho?? Aku kan menjawab pertanyaanmu. Ah sudahlah lupakan saja."

Cup.

Kukecup sekilas bibirnya.

"Sudah reda?" Tanyaku.

"Yaaaa. Harusnya kau bilang dulu biar aku bersiap-siap."

"Ck.."

"Ulang lagi?" Pintanya.

"Pejamkan matamu." Kataku.

"Baiklah."

Aku berlalu pergi tanpa mengecupnya. Biar saja. Kebiasaan dia ini... Manja..

"Yaaaak! Hey, Oliviaaaaaa!" Panggilnya dari kejauhan.

Aku berlari menghindarinya.

"Kita belum selesai..!"

Begitulah kami. Hidup di antara duri. Tapi sudah ku maafkan. Ku maklumi. Cinta ini tidak mudah baginya pun bagiku.

Love AbstractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang