𝑯𝒆'𝒔 𝒍𝒚𝒊𝒏𝒈, 𝒕𝒉𝒂𝒕 𝒉𝒆'𝒔 𝒏𝒐𝒕 𝒂𝒇𝒓𝒂𝒊𝒅
Yedam jadi teringat bagaiman obsesinya itu mempertemukannya dengan Kim Doyoung. Saat itu mereka sama-sama melakukan tes bahasa inggris untuk mendapatkan sertifikasi. Yedam berulang kali dipanggil oleh sang penguji karena dia memeriksa kertas jawabannya terlalu lama ketika waktu sudah habis. Doyoung ada disitu dan menyaksikan.
Bunga-bunga bermekaran menjadi ajang bagi Yedam untuk memanjakan penyiksaan obsesinya. Sepanjang jalan setelah lepas dari tempat tes, ia tak henti-hentinya menghitung kelopak bunga. Ketika ia menemukan kelopak yang cacat—dalam artian tidak sempurna—ia akan meremasnya sampai hancur karena ia stress.
"Bunga itu tak bersalah," ujar Doyoung yang sejak tadi berada di belakangnya. Sengaja memendekkan langkah agar ia bisa leluasa memperhatikan Yedam.
Yedam menilik telapak tangannya yang berisi kelopak bunga yang sudah remuk. "Benar. Yang salah adalah aku."
Doyoung tersenyum dan kemudian mendekat. "Kau juga tak salah. Sama seperti bunga itu—kau juga tidak sempurna."
Frasa itu menghantarkan aroma musim semi paling hangat yang pernah Yedam rasakan sepanjang ia hidup. Kim Doyoung dan dirinya berakhir dengan duduk di depan minimarket. Membeli beberapa snack ringan sambil mengumbar betapa menyedihkannya hidup Yedam sejak ia kecil.
Yedam memiliki obsesi yang berlebihan bukan tanpa sebab. Sejak kecil, ia selalu dibanding-bandingkan dengan kakaknya yang jenius bukan main. Yedam jadi terbiasa untuk menuntut kesempurnaan dii balik mentalnya yang rapuh. Ia akan benar-benar stress ketika melihat sesuatu yang kacau. Melakukan sesuatu secara berulang kali sampai kepalanya serasa ingin meledak.
"Apa kau senang dengan obsesimu itu?" Tanya Doyoung usai mendengar kisah Yedam dengan sabar.
Yedam tersenyum tipis. Pertanyaan yang amat mudah untuk dijawab. "Aku bahkan sudah tak mencoba untuk bahagia. Aku hanya sedang berusaha bertahan hidup. Mungkin aku akan bahagia nanti—ntah kapan."
Seorang pemuda dengan gaya urak-urakan berjalan melintasi mereka berdua. Aroma alcohol tercium dari jarak yang lumayan jauh. Mata pemuda itu terlihat kosong dan tak bergairah. Seakan-akan ia hanyalah robot yang sudah setengah hancur dan menunggu waktu untuk menjemput. Yedam dan Doyoung merasa prihatin.
KAMU SEDANG MEMBACA
everyone has lies ✓
Fanfiction[Telah Dibukukan] *Sebagian part dihapus, untuk kepentingan penerbitan. ❝𝐊𝐢𝐦 𝐃𝐨𝐲𝐨𝐮𝐧𝐠 𝐬𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐦𝐚𝐭𝐢. 𝐃𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐞𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐩𝐞𝐦𝐛𝐮𝐧𝐮𝐡𝐧𝐲𝐚.❞ 𝐄𝐯𝐞𝐫𝐲𝐨𝐧𝐞 𝐡𝐚𝐬 𝐥𝐢𝐞𝐬, 𝐞𝐯𝐞𝐫�...