Happy Reading💕
🍁🍁🍁
Setelah melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang menguras waktu, tenaga, dan pikiran. Kini seluruh murid SMA Rajawali mulai memenuhi kantin untuk mengisi perut mereka yang berdemo untuk segera diisi. Sama halnya dengan dua gadis yang saat ini sedang menikmati siomaynya, siapa lagi kalau bukan Syifa dan Ersa.
"Berarti kemarin lo gak langsung pulang gitu? Lo ke cafe dulu sama Om Tristan?" tanya Ersa sambil memasukan siomaynya ke mulut.
Syifa menganggukan kepalanya, "Iya, kalau pulang ke rumah pasti Ibu khawatir banget."
"Gue penasaran deh, lo ada hubungan apa sih sama Om Tristan? Kayaknya tuh cowok peduli banget sama lo," ujar Ersa penasaran.
"Hubungan? Ya, hubungan paman sama keponakan lah," jawab Syifa polos.
"Ck, bukan itu bego. Maksud gue hubungan spesial, gue tuh ngerasa aneh sama setiap perhatian Om Tristan sama lo. Secara lo kan gak ada hubungan darah sama dia, terus dia perhatian banget sama lo kayak sama pacar gitu. Kemarin aja dia sampai rela gak ngajar demi nyusul lo ke sini," jelas Ersa yang terlihat semakin antusias.
Syifa yang tak paham pun hanya mengangkat bahu, membuat Ersa kesal.
"Ok gue tanya lagi, lo ada perasaan lebih gak sama Om Tristan? Secara kan dia perhatian sama lo, lo gak baper gitu?" tanya Ersa dengan menaikan sebelah alisnya.
Syifa diam, jujur saja ia juga bingung dengan pertanyaan Ersa karena menurutnya sikap Tristan biasa saja. Namun, entah kenapa orang lain menatapnya berbeda, mereka menganggap Tristan itu memberikan Syifa perhatian yang berlebih.
"Gue biasa aja kok," jawab Syifa sembari memalingkan wajahnya.
"Masa? Kalau gitu, Om Tristan kali yang ada rasa lebih sama lo. Pas kemarin dia liat lo sama si Burik-"
"Erik, jangan suka ganti nama orang!" omel Syifa memotong ucapan Ersa.
"Iya Erik Burik kemarin berduaan sama lo, dia keliatan banget kayak cemburu gitu," ucap Ersa membuat Syifa jengah karena masih menambahkata 'burik' pada Erik.
"Gak cuma Om Tristan kok yang kayak gitu, Ayah gue juga gak suka kalau gue deket cowok asing yang mereka gak kenal," ungkap Syifa dengan tenang.
Ersa memutar matanya, sangat sebal melihat wajah polos dan tak peka milik sahabatnya. Sebenarnya Ersa tau kalau Tristan pernah memiliki rasa lebih pada Syifa, itu karena ia pernah tidak sengaja mendengar atau lebih tepatnya menguping pembicaraan Tristan dan Rey ayahnya Syifa saat ia menginap di rumah Syifa.
"Lagian ya Sa, Om Tristan itu udah punya istri dan mereka udah nikah lama. Kalau masalah baper, cewek mana yang gak baper kalau ada cowok yang perhatian banget sama dia. Tapi gue selalu menepis itu, gue berpikir gak mungkin banget. Apalagi Ayah gak suka kalau Om Tristan deket sama gue, terus umur Om Tristan sama gue aja jauh banget bedanya sekitar tujuh belas atau delapan belas tahunan," jelas Syifa sembari menatap lurus.
Ersa menengok dan tersenyum miring, "Masalah umur itu gak penting Syif, kalau namanya cinta bisa apa. Banyak kok orang di luar sana yang nikah umurnya beda dua puluh atau bahkan sampai lebih, dan mereka bahagia-bahagia aja."
"Om Tristan udah nikah," balas Syifa.
"Kalau Om Tristan jadi duda lo mau gak sama dia?" Syifa menatap tidak percaya ucapan Ersa yang saat ini menampilkan gigi seraya menaik turunkan alisnya.
"Temen gila!" cibir Syifa seraya menggeleng.
Mereka berdua pun diam setelah pembicaraan random mereka, keduanya sama-sama menikmati makanan mereka yang belum habis. Saat makanan di piring Ersa habis, gadis itu menengok lagi pada sahabatnya yang saat ini sedang minum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise
Romance"Om cinta itu kayak gimana sih?" tanya Syifa dengan polosnya sembari memakan es krimnya. Tristan menatap Syifa dengan bingung, "Kok kamu nanya kayak gitu?" "Gak papa penasaran aja," balas Syifa. Tristan tersenyum seraya menatap Syifa. "Yang pasti c...