8

2.9K 305 142
                                    

Happy reading💕

🍁🍁🍁

Seminggu berlalu, kali ini suasana kelas Syifa sangat sibuk, bukan sibuk belajar melainkan sibuk bermain game, bergosip, tidur, baca novel, bernyanyi, dan ada juga yang menggambar. Hal itu karena saat ini guru PPKN sedang tidak bisa masuk untuk menemani istri melahirkan.

"Woi lo impostor ya?!" teriak Ersa sembari menunjuk Bimo yang duduk dipojok kelas.

"Fitnah lo!" balas Bimo tak kalah kencang.

"Lo kali yang impostor Sa," ujar Dania yang masih menatap ponselnya karena dia juga ikut bermain.

"Belum aja si Dania di fitnah," teriak Leon yang merupakan ketua kelas tersebut.

"Ingat fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan," balas Ersa sok bijak.

"Mirror!" teriak semuanya membuat Ersa cekikikan.

Di sampingnya Syifa sedang bosan karena novel yang dibacanya sudah selesai. Ia menatap buku paket dan buku tulisnya. Dia berpikir untuk mengerjakan tugasnya, ia mulai menulis soal-soal tersebut dan tak mempedulikan Ersa yang terus mengumpat.

"Bimo bangke, lo bunuh gue!" teriak Ersa tak terima. Sedangkan, Bimo tertawa kemenangan.

"Berisik Ersa," kesal Syifa.

Syifa mulai serius membaca soal dengan serius.

"Sebutkan 5 contoh tugas DPR?" gumam Ersa membaca soal pertama.

Ia mulai mencari jawaban tersebut di buku paket, namun saat mendapatkan hanya ada 3.

"Ersa, jawaban nomor satu apa sih?" tanya Syifa.

"Mana gue tau, liat soalnya aja enggak," balas Ersa masih dengan nada kesal karena kalah bermain.

Syifa menghela napas, lalu berjalan ke meja Ervan yang merupakan salah satu anak pintar di kelasnya. Ia duduk di samping laki-laki berkaca mata itu, meski menggunakan kacamata ia bukan termasuk murid cupu. Ia justru salah satu jajaran murid tampan di sekolahnya.

"Erpan," panggil Syifa melihat Ervan yang masih menulis jawaban yang terakhir.

"Hm?"

"Jawaban nomor satu apa sih? Syifa dua lagi belum nih baru nemu tiga," ungkap Syifa dengan mengerjab-erjabkan matanya lucu.

"Isi aja, tugas DPR itu nyusahin rakyat sama tidur waktu rapat," balas Ervan dengan sarkas.

"Emang boleh gitu?" tanya Syifa ragu.

Tak lama Ervan menggeser bukunya ke Syifa, lalu Syifa menganggukan kepalanya kala Ervan benar-benar menulis dua jawaban aneh tersebut. Meski sebenarnya itu terlihat menyindir.

"Erpan yang baik dan ganteng, Syifa nyontek boleh ya? Boleh aja, jawab iya gitu," ujar Syifa.

Ervan memutar mata malas, "Iya. Yaudah sana."

"Ih Ervan baik banget, jadi tambah ganteng deh. Luv lah buat Ervan," balas Syifa seraya membawa buku Ervan ke mejanya.

Syifa pun duduk kembali di kursinya, ia mulai menyalin semua jawaban Ervan. Tak butuh waktu lama semua jawaban sudah ia salin.

"Selesai yey," pekik Syifa dengan senang.

Lalu, dia kembali berjalan ke meja Ervan yang kini sedang asik membaca buku Biologi.

Orang pinter mah bacanya buku pelajaran, lah gue baru buka bukunya hawanya langsung ngantuk.

"Erpan nih bukunya, makasih ya?" ucap Syifa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang