Tali Pengait Helm dan Yogurt Strawberry

56 7 2
                                    

"Jadi pembagian tugasnya udah fix, ya?" Aku menegapkan punggungku dan menatap anggota kelompokku satu per satu. Mengecek reaksi mereka kalau-kalau mereka keberatan mengenai pembagian tugas kelompok yang baru saja aku bagikan. Mereka semua tampak setuju dan mengangguk-angguk, membuatku menghela napas selanjutnya.

Kelas terakhir sudah selesai sejak 30 menit yang lalu. Dosen mata kuliah memberikan tugas kelompok presentasi seperti biasa. Kali ini aku sekelompok dengan Andi; mahasiswa ternecis di kelas kami, Wanda; si mata belo cantik yang banyak di taksir kakak tingkat, dan Manda; si kekar berwajah polos, kombinasi aneh yang sayangnya justru terlihat pas padanya. Aku tidak terlalu dekat dengan mereka. Yah, tidak mengejutkan. Hubungan kami hanya saling menyapa dan sopan santun sebagai teman sekelas.

Aku menghidupkan ponselku untuk mengecek jam. Disana tertulis jam 17:52. Sebentar lagi maghrib. Aku mendongak untuk menatap cakrawala yang menggantung di atas sana. Langit masih biru cerah, namun beberapa semburat jingga yang mengular horizontal membuatku yakin kalau sekarang sudah amat sore. Pun pelataran FMIPA yang disulap menjadi tempat nongkrong keren dan asik untuk mengerjakan tugas yang biasanya tak pernah sepi ini, kini hanya dihuni beberapa orang.

"Oke. Kalau gitu aku tunggu materinya paling lambat besok malam, ya. Dan jangan lupa jangan cuma copas di internet aja." Tuturku, yang hanya dibalas cengiran oleh mereka.

"Sip. Kalau gitu diskusinya selesai. Udah sore ini. Silahkan pulang dan hati-hati di jalan."

Selanjutnya tangan kami sibuk memasukkan buku dan laptop kami ke dalam tas. Aku pamit terlebih dahulu, menyusuri lapangan parkir sambil memesan ojek online. Tepat sebelum aku memencet tombol order, suara yang ku kenal terlebih dahulu menginterupsi.

Tata disana, bersandar di motor gedenya, menghadap kearahku. Senyumnya tersungging sedang tangannya melambai-lambai. Melihatnya, senyumku ikut tersungging sebelum berjalan cepat menghampiri.

"Udah lama?" tanyaku saat sudah tepat berada di depannya.

Hari ini Tata tampan seperti biasa. Walau hanya kaus oblong abu-abu yang di depannya bertuliskan sebbene si un uomo, anche il mio cuore e fragile. Aku tebak, itu Bahasa Italia, namun tentu saja aku tak tahu apa artinya.

"Belum lama kok." Sambil berkata begitu, ia mengangsurkan sebuah helm. "Udah makan?"

"Hmm? Makan siang udah. Makan malam belum." Jawabku sambil sibuk mengaitkan tali pengikat helm yang tidak juga berhasil setelah beberapa kali percobaan. Aku berdecak kesal karenanya.

"Mau makan sekarang?" tanpa banyak kata Tata menunduk untuk membantuku mengaitkan tali pengikat. Hanya beberapa detik, ia sudah menegapkan tubuh lagi dan menatapku sambil tertawa renyah. "Masalahmu sama tali pengikat helm dari dulu gak selesai-selesai?"

Aku memberengut dan memukul lengannya, yang hanya dibalas dengan mengeraskan tawa.

"Jadi mau makan, gak?" tuntutnya lagi. "Atau udah masak tadi?"

"Gak sempet tadi. Bangun kesiangan. Aku pengen mie ayam. Laper."

Mendengar jawabanku, Tata mengangguk-angguk dan segera menaiki motornya. Aku mengikuti, melingkarkan tanganku di pinggangnya dan menempelkan kepalaku di punggungnya. Aku sedikit mengantuk. Tadi malam aku lembur mengerjakan laporan dan resume mata kuliah umum. Jadwal kamis juga tidak membantu, aku punya empat mata kuliah hari ini, membuatku tidak punya waktu barang sejenak hanya untuk memejamkan mata. Jadi, kalau aku bisa tidur sebentar di atas motor ini, aku akan sangat mensyukurinya. Mengingat nanti malam aku harus mulai menyicil mengerjakan tugas kelompok kami tadi.

SEBELUM DESEMBERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang