Pada akhirnya Jungkook kembali ke kamar untuk merawat roommate nya itu.
"Jimin" ucapnya sambil menggoyangkan badan Jimin agar bangun.
Jimin menangis, memeluk dirinya sendiri padahal matanya tertutup.
"Aku akan mengurangi demam mu."
Setelah itu, Jungkook memeras handuk kecil yang digunakan untuk mengurangi demam sang roommate, mengusapkan handuk itu mulai dari leher, tangan, hingga tangannya masuk ke dalam baju Jimin, mengusap handuk tersebut ke perutnya. Jungkook memperhatikan Jimin sangat lekat. Sungguh, Jimin sangat kesakitan.
Satu tangan Jimin mencengkram bahu sang dominan, masih dalam keadaan mata tertutup dan terus menangis.
"Ayah! Jangan pergi, Ayah!" ucapnya tiba-tiba sambil menggoyangkan badan Jungkook dan bangun untuk memeluk Jungkook erat. Mencengkram kemejanya erat, dan Jungkookpun balas memeluk juga mengusap punggung yang lebih kecil.
"Aku tidak akan pergi, aku hanya mencoba menurunkan demam mu."
"Jangan pergi."
"Aku tidak pergi kemana-kemana, aku duduk tepat di sebelahmu."
Jimin menelusupkan wajahnya di bahu yang lebih lebar, masih memeluknya erat. Jungkook menidurkan Jimin agar bisa ia kompres lagi.
🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟
Taehyung sedang berjalan menuju kamar Jimin, ia jalan bersama dengan Jongin. Semenjak kejadian Jimin ingin bertukar kamar, Taehyung jadi tahu bahwa Jongin pun satu fakultas dengannya dan menjadi lebih dekat.
"Aku bodoh sekali, tadi pagi bertemu dengan Jungkook tapi tidak meminta nomor telfonnya."
"Hey Jungkook!"
Taehyung melihat Jungkook yang sedang berjalan sendirian.
"Mau kemana? Keadaan Jimin gimana?"
Jungkook berhenti dan memasukkan handphone nya ke dalam saku.
"Masih tidur, dia tidur sejak pagi. Aku mau beli beberapa obat-obatan dan gel patch."
"Eh, tidak masalah aku sudah membelinya" ucap Taehyung sambil menunjukkan plastik yang ia bawa. "Aku mengajak Jongin untuk ikut."
"Kau harus pergi dengan teman sekamar Jimin ini. Jaga dia, oke? Aku akan pergi mencari makan. Jungkook, sampai jumpa" setelah itu, Jongin pergi.
"Bye."
"Dah, terimakasih banyak."
Setelah acara pamit Jongin, Taehyung menatap Jungkook jahil.
"Mengapa menatapku seperti itu?"
"Tidak ada, hanya saja kau mendapatkan perhatianku. Kalian bertengkar setiap hari tapi kau masih mau membantu merawatnya."
"Kami hidup di ruangan yang sama, aku tak bisa membiarkannya mati di sana" Jawab Jungkook sambil berjalan ke kamarnya, bersama Taehyung tentunya.
"Itu sebabnya aku mengatakan bahwa kau super duper bagus. Katakanlah kau yang sakit, aku yakin dia akan membiarkanmu membusuk hahaha" Jungkook hanya mendengus geli.
"Tae."
"Ya?"
"Bisa bantu aku?"
"Bantu apa?"
"Jangan bilang pada Jimin bahwa aku yang merawatnya."
"Hah? Kenapa?"
"Ayolah, tolong."
Taehyung mengangguk ragu "B-baiklah jika itu mau mu. Kalian berdua sama-sama aneh."
Lagi, Jungkook mendengus geli lalu hendak melanjutkan perjalannya ke kamar tapi ditahan oleh Taehyung.
"Sebentar, beri aku nomormu" ucapnya sambil mengeluarkan handphone dan memberinya pada Jungkook.
Jungkook menerima handphone Taehyung, lalu menatap Taehyung aneh.
"Aku ingin bertanya tentang kabar Jimin, dan kalau ada apa-apa kan jadi mudah."
Jungkook mengangguk, mengetik nomor telfonnya dan memberi handphone tersebut pada pemiliknya.
"Oke, ayo pergi."
🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟
Jimin bangun pada waktu matahari mulai tenggelam, melihat ke samping dan di atas nakas ada bubur, obat dan juga air mineral.
"Kenapa kamu bersikap baik padaku? Apa mau mu sebenarnya?" katanya menatap kasur sang roommate.
Taehyung masuk kamar Jimin dengan wajah tersenyum, ia baru membeli makan omong-omong.
"Aromanya enak, apakah dosa mengambil makanan untuk orang sakit?"
"Hey, kau sudah bangun? Apa kabar? Sudah merasa lebih baik sekarang?" tanyanya pada Jimin sambil mendekati Jimin dan duduk di pinggir kasurnya.
"Biar aku periksa" Taehyung menempelkan punggung tangannya pada kening sang sahabat. Jimin hanya menatapnya bingung.
"Aku melewatkan latihan dance hanya demi merawat mu, tahu?"
"Apakah ini bubur?" tanya Jimin tidak menghiraukan penjelasan Taehyung dan menanyakan makanan yang ada di atas nakas.
"Iya. Aku membelinya pagi tadi, tapi kamu tidur jadi tidak dibangunkan. Aku sudah memanaskannya, jika kau tidak mau aku akan memakannya" ucapnya dengan cengiran kotak khas.
"Jadi itu kau."
"Aku apa?"
"Tidak ada."
"Terserahlah, sekarang bangun dan makan agar bisa meminum obat-obatannya."
"Aku tidak lapar" jawab Jimin sambil kembali tiduran dan menyelimuti dirinya sendiri.
"Jangan seperti ini, kamu harus makan. Obatnya akan menyakiti dirimu jika kau belum makan. Ayo bangun, setidaknya beberapa suap" Taehyung tetap memaksa Jimin untuk makan, iya menggoyang-goyangkan badan sahabatnya itu agar duduk kembali.
Akhirnya Jimin duduk karena Taehyung menariknya.
"Hft."
"Kau begitu keras kepala" Taehyung mengambil bubur yang ada di atas nakas untuk menyuapi Jimin.
Seetelah Jimin selesai makan, handphone milik Taehyung berbunyi tanda ada yang memanggil.
"Panggilan dari siapa?" Tanya Jimin.
"GAWAT! SEORANG SENIOR MEMANGGILKU"
"Angkatlah."
"Kacau, aku akan mengangkatnya di luar" Taehyung pun mengangkat panggilan itu di luar kamar Jimin.
Jimin memejamkan matanya sebentar, saat membuka mata ia melihat roommatenya duduk di kasur sedang melamun.
"Siapa yang merawatku?"
Jungkook menengok ke arah lawan bicara, menatap mata sang lawan bicara.
"Kau tidak ingin hal itu terjadi kan?" Tanya Jungkook.
Jimin membuang wajahnya, enggan menatap Jungkook. Tetapi setelah itu ia menatap sang roommate kembali, "Ya, betul sekali."
"Hm, maka kamu beruntung. Aku terlalu sibuk untuk merawat bayi besar sepertimu."
"Jadi itu Taehyung?"
"Iya, dia yang merawatmu."
HAAIIII AKU KEMBALIII HEHE KANGEN GA? AKU BINGUNG BANGET UP HARUS KAPAN AJA, ADA YANG MAU KASIH SARAN? BERAPA KALI AKU HARUS UP DALAM SEMINGGU? COMMENT YAA JANGAN LUPA VOTE.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tharn Type [ KOOKMIN VERSION ]
Fanfiction"Jimin! roommate mu gay!" "apa kata mu?!" Jimin, yang tidak menyukai pria gay harus sekamar dengan Jungkook yang gay. 🔞 [ on going ]