Jimin buru-buru kembali menuju asrama. Saat sudah sampai pintu kamarnya dan Jungkook, ia tiba-tiba bimbang. Haruskah dia masuk? Ia bahkan sudah menggenggam gagang pintu tersebut, menggelengkan kepala lalu melepaskan genggamannya.
Jongin yang baru saja selesai mandi kebetulan melewati Jimin dan melihat kawannya itu sedang berdiri di depan pintu kamar.
"Jimin? Lagi ngapain? Kenapa ngga masuk?"
Jimin melihat ke sumber suara, lalu mendekati Jongin.
"Apa yang salah? Bertengkar sama teman sekamar mu lagi?"
"Siapa yang memberitahu mu?"
"Taehyung. Ada apa lagi? Apa dia mematikan karena ketampanannya?"
"Tidak. Dia terlalu baik, terlalu bagus sampai aku merasa bersalah untuk membencinya."
"Dan kenapa kamu membencinya jika dia orang baik? Aku masih bingung kenapa kamu mau tukar kamar sama aku."
Jimin tak menghiraukan Jongin, ia kembali ke depan pintu kamarnya untuk masuk.
"Apa yang salah sama dia?" Jongin bertanya pada diri sendiri.
Dengan keberaniannya, Jimin membuka pintu tersebut. Tak disangka, yang baru saja diomongi sudah menunggunya. Berdiri tidak jauh dari pintu, masih menggunakan kemeja dengan lengan digulung dan tangan yang bersilang dada. Mata mereka bertemu, Jungkook mengulas senyumnya sedangkan Jimin bingung harus berbuat apa.
"Kamu" adalah kata pertama yang keluar dari bibir Jimin.
"Ada apa?" masih dengan senyumnya juga gigi kelinci yang sedikit terlihat.
"Ngga ada apa-apa" jawabnya sambil memberikan sekantung plastik di dada yang lebih lebar.
"Aku ngobrol sama Taehyung tadi." sambungnya.
Jungkook menghela nafas, sudah tahu apa yang terjadi. Tidak lupa menerima bingkisan dari sang roommate.
"Oke... Maafin aku, aku terlalu brengsek."
"Apa kamu salah bicara? Kamu harusnya ngejek aku, sama seperti aku ngejek kamu selama ini" jawab si kecil dengan alis menukik.
Si bongsor tersenyum, "Terus aku dapat apa kalau ngelakuin semua itu? Aku ngga akan biarin kamu membusuk. Ngga peduli seberapa banyak kita saling benci, aku ngga bisa diem duduk aja tanpa ngelakuin apa-apa."
"Kamu bikin aku benar-benar merasa seperti orang yang sangat brengsek."
Jungkook tertawa, Jimin ini lucu. Merasa galak, merasa wajahnya ditakuti tapi nyatanya kaya anak ayam.
"Emang kamu seperti itu."
"Bangsat, kamu ngejek aku?"
"Dilihat dari reaksimu, sepertinya kamu udah sembuh total ya?"
Jimin tersindir, menghela nafas. Dia tahu kalau Jungkook akan minta bayaran.
"Berapa banyak?" Tanya nya.
Yang ditanya langsung memasang ekspresi bingung.
"Huh?"
"Biaya obatnya, berapa banyak? Aku ngga mau ngutang sama kamu."
"Kamu udah bayar."
"Aku ngga bisa bayar pake tidur. Bilang aja berapa banyak?"
Jungkook mengangkat plastik yang ada di genggamannya.
"Ini. Kamu bayar aku pake ini."
"Mencuri makanan ringanmu-
Tidak. Jimin keceplosan. Menutup bibir rapat-rapat, mendelik pada mata Bambi tersebut.
Jungkook tersenyum lebar, berkacak pinggang memperhatikan Jimin dan menghela nafas.
"Bilang aja.. Lain kali.. Jangan nyebarin remah-remah di tempat tidur lagi, ya?"
Jimin mematung, mata yang dilahirkan sipit namun sekarang membesar.
"A-aku tidak melakukannya."
"Jangan khawatir, aku gabakal lawan kamu. Aku cuma akan pura-pura seperti anjing lapar yang memakan mereka" diakhiri kekehan ringan dan meninggalkan Jimin untuk menaruh bingkisan tersebut.
"Ngga peduli ya seberapa baiknya kamu ke aku, aku masih benci kamu. Jangan longgarin pengawasan kamu, anjing gila ini bakal gigit kalo ada kesempatan."
Jungkook hanya tersenyum dan mengangkat kedua bahunya, lalu meninggalkan sang roommate.
HAIIII APA KABAR? HEHE MAAF BANGET AKU SIBUK, SEKARANG AKU KELAS 12 HUHU SEMANGAT YA KALIAN. OHIYA SEMOGA SUKA CERITANYA, ENJOY! <33
KAMU SEDANG MEMBACA
Tharn Type [ KOOKMIN VERSION ]
Fanfiction"Jimin! roommate mu gay!" "apa kata mu?!" Jimin, yang tidak menyukai pria gay harus sekamar dengan Jungkook yang gay. 🔞 [ on going ]