Part 9

998 118 17
                                    

Sejak tahu bahwa kerugian Victor tempo hari atas perbuatannya ternyata cukup lumayan, Joohyun menjadi gelisah. Dulu, dua juta tidak berarti apa apa baginya. Joohyun sering membeli baju, tas, atau sepatu dengan harga jutaan.

Namun kini dua juta lebih dari setengah gajinya. Joohyun heran mengapa Victor sama sekali tidak minta ganti rugi atau setidaknya menyinggung nyinggung soal ini sebelumnya. Dan mungkin jika mereka tidak membicarakan Seulgi hari ini, Joohyun tidak akan pernah tahu akibat dari perbuatannya dahulu.

" Victor... " Joohyun mendesiskan nama itu dengan lelah. Entah pria itu terlalu baik sehingga tidak menuntut ganti rugi ataukah jumlah itu tidak berarti banyak bagi seniman sukses sekaligus dosen seperti dirinya.

Sepanjang perjalanan pulang kerumah, Joohyun sibuk memikirkan bagaimana cara memperoleh uang. Gajinya bulan ini sudah habis untuk berbagai keperluan. Jika mengandalkan gaji bulan depan, sama tidak mungkinnya.

Sudah ada sederet rencana yang harus dilakukan dengan mengandalkan gaji bulan depan. Minta kepada ibunya? Itu lebih tidak mungkin. Joohyum enggan menambah beban ibunya. Lagi pula ibunya sedang butuh modal untuk membuka bisnis kateringnya.

Sebuah ide muncul ketika telepon genggamnya berbunyi. Panggilan dari Seulgi.

" Ya Seul ?"

" Besok lo ke Jogja, ngeliput Sekatenan. "



















Victor menatap gadis di hadapannya tanpa ekspresi. Joohyun masih mengulurkan tangannya, menyerahkan dua puluh lembar uang berwarna merah dengan wajah puas. 

Hari ini, setelah nyaris tiga minggu menghilang, hanya beberapa kali menjawab teleponnya, Joohyun muncul di studionya langsung ke lantai tiga dan tanpa basa basi mengulurkan uang itu kepada Victor yang sedang menulis di meja kerjanya.

" Dengan ini gue resmi minta maaf ya ?" kata Joohyun tertawa lebar, meletakkan uang itu di atas meja karena Victor tidak segera menyambut. " Kesalahan gue lunaasssss! " tambahnya dengan nada riang.

" Lo kemana aja? " tanya Victor, meraih lembaran lembaran uang itu dan pura pura menghitungnya.

Joohyun tidak menjawab, malah melempar dirinya ke sofa di depan ruang tivi. Tubuhnya terasa remuk redam. Tiga minggu ini dia bekerja lembur pada Seulgi.

Joohyun menghela napas. Sepertinya lemburnya belum selesai. Masih ada skripsi yang harus dilemburnya karena sudah mendekati deadline.

Dari balik meja kerjanya,  Victor mengamati Joohyun yang sedang menonton televisi. Ada lingkaran hitam dimatanya. Kulitnya juga jauh lebih kusam daripada saat mereka terakhir kali bertemu. Ditatapnya uang dua juta rupiah yang ada diatas meja. Tanpa berpikir lama, Victor sudah bisa membaca. Joohyun pasti bekerja keras untuk mendapatkan uang itu.

Victor sendiri bahkan sudah melupakan soal uang itu. Dirinya tidak pernah berpikir perempuan muda yang sering kekanak kanakan itu akan menepati janji yang dia buat sendiri. Lagi pula, sejak awal Victor memang tidak berniat minta ganti rugi. Namun ternyata perempuan itu melakukan lebih daripada yang dia pikir.

" Uang nggak bisa menghapus kesalahan, Kinara" kata Victor.

" Hah? " Joohyun menoleh, memandang dengan alis berkerut.

" Lo tetep bersalah soal kemarin. "

" Apa lo nggak denger gue minta maaf ?" tanya Joohyun.

Victor menggeleng. " Yang gue denger lo memaafkan diri lo sendiri. " jawabnya dengan senyum geli. Gadis itu memang tidak pernah minta maaf. Dia hanya mengganti kerugiannya, dan mengucapkan sendiri bahwa dengan itu kesahalannya terhapus. " Duit gue memang balik. Tapi gimana dengan rasa malu gue pad harus menjelaskan apa yang terjadi sama orang toko kemarin? "

BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang