Prolog

52 8 4
                                    

Membesarkan seorang anak memang tidak mudah, jangan pernah mencoba menghidari tanggung jawab yang begitu besar. Peran orang tua sangat penting bagi anaknya, mereka yang mendidik, mereka yang memberi makanan, mereka yang mengajarkan kita untuk berjalan, mereka yang mengajarkan kita untuk bicara.

Pohon memiliki cabang dan batang yang terlihat kokoh, tapi itu tidak menjamin pohon dapat tumbuh dengan baik tanpa ada seseorang yang merawatnya.

Aku berusaha terlihat kuat, aku tumbuh di lingkungan yang tidak aku inginkan, semuanya terjadi hanya karena satu orang yang kehadirannya tidak pernah aku inginkan.

Apa daya seorang Park Jisung ini saat orang tuaku sendiri menolak kehadiranku, mereka membuangku, saat usiaku lima tahun.

Semua itu kutulis dalam buku memo ukuran sedang dan sampul berwarna coklat, aku mulai menulis, saat semua kesedihan itu datang padaku, ku goreskan pena hingga merangkai sebuah kata yang menjadikannya sebagai cerita.

Dimana Tuhan memperlakukanku dengan sangat tidak adilnya, akan kuceritakan kisahku pada kalian, membuka setiap lembaran dengan perlahan.

©Henexo15

Present

Scramble

🐣🐣🐣

"Lepasin!"

"Bunda jangan tinggalin Jisung Bunda...."

Ku tarik tangan Bunda yang hendak masuk ke dalam mobil, merengek agar aku bisa ikut masuk.

Tapi nyatanya dia mendorong tubuhku hingga terjatuh ke belakang, celanaku kotor terkena kubangan air hujan. Aku berdiri, menahan pintu mobil yang akan di tutup oleh Bunda, aku takut, aku tidak tahu dunia luar, aku butuh Bunda.

"Bunda biarin Jisung ikut Bun...."

"Minggir!"

Lagi, Bunda mendorongku dan menutup pintu secepat mungkin. Aku segera berdiri, menggedor kaca mobilnya yang tertutup rapat.

"Bunda! Bunda buka pintunya bun!"

Aku berteriak, saat mobil itu mulai melaju perlahan, aku berusaha mengejarnya, mobil yang Bunda naiki itu berjalan dengan sangat cepat, meninggalkanku sendirian di trotoar jalanan Korea Selatan yang begitu besar.

Sendirian di tengah derasnya hujan membuat air mataku tidak terlihat, tapi tangisku begitu pilu.

Aku dibuang oleh Bundaku karena Ayah tiriku yang meminta, aku tidak menyangka Bunda akan benar-benar membuangku demi suami barunya. Tak bisa kutahan sesak di dadaku, aku memukulnya berkali-kali, berharap rasa sakit yang menghimpit dadaku ini hilang.

Tentu aku merasa sakit hati, usiaku baru lima tahun, aku tidak bisa melakukan apapun tanpa orang tua. Aku terduduk.

"Bunda....Jisung takut...."

Hanya itu yang mampu ku ucapkan. Perlahan semuanya terasa berputar, kepalaku pusing, mataku terasa sangat berat. Aku pingsan di tengah trotoar dengan hujan yang terus membasahi tubuhku.

"Pak tolong pak! Anak saya pingsan!"

Itu adalah kata yang terakhir kali kudengar sebelum benar-benar pingsan.

~o0o~

Oh annyeong! Balik lagi dengan fanficnya Icung!

Tolong jangan hubungkan dengan kehidupan nyata:)

Cerita ini hanya fikti belaka guys!

Jangan lupa berikan dukungan dengan Vote, karena Vote itu gratis.

Jangan lupa komen, karena aku juga butuh saran kalian, thanks:)

TBC

Scramble || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang