School

31 5 0
                                    

Kemarin malam, aku dan Bunda pergi ke toko peralatan sekolah, kami membeli banyak barang dan semua sesuai kemauanku. Bunda yang menyuruhku memilih apa yang aku suka, aku selalu melihat harga sebelum memilih, aku tidak ingin Bunda mengeluarkan banyak sekali uang.

Hari ini hari pertamaku sekolah, Bunda membangunkanku pagi-pagi sekali. Dia menyuruhku mandi dan dia menyiapkan semua keperluanku. Bunda terlihat sangat bersemangat, sementara aku terlihat lesu karena masih mengantuk. Tentu saja, ini masih pukul 05.45! TK mana yang buka sepagi ini?!

"Jisung itu dimakan dong, entar laper loh di sekolah."

"Huaaahhhh! Jisung nggak napsu Bun, dikasih ke tempat makan aja, entar Jisung makan."

"Enggak boleh, bekal kan ada sendiri nanti. Harus sarapan dong, nggak boleh nggak sarapan. Jisung harus kuat kalo sekolah, kalo lemes dimarahin bu guru loh."

"Tapi Bun—"

"Nggak ada tapi-tapian, sini Bunda suapin."

Aku pasrah, Bunda menyuapkan makanan padaku, aku hanya menerimanya dan mengunyahnya tanpa minat. Bunda berniat mengantarkanku sekolah karena ini pertama kalinya, kak Jaemin sebenarnya ingin berangkat bersamaku.

Sekolah kami dekat, tapi kak Jeno sedang sakit, lambungnya mengalami peradangan, jadi kak Jaemin harus menungguinya di rumah sakit.

Selesai makan, Bunda langsung membereskan semuanya, kemudian mengambil tasnya dan tasku. Bunda menggandeng tanganku dan kami keluar dari rumah, keadaan masih sepi, kami berangkat terlalu pagi.

Jarak TK dan rumah juga tidak terlalu jauh, tidak perlu naik bus. Kami sampai di sekolahan, ada pak satpam disana, Bunda dan aku masuk, Bunda meminta tolong pada satpam untuk mengantar kami ke kelasku.

"Ini bu kelasnya."

"Oh, iya pak makasih."

"Saya permisi."

Satpam itu pergi, meninggalkan aku dan Bunda yang berada di ambang pintu kelas. Kelasnya masih sangat sepi, bahkan sedikit gelap.

Bunda berjongkok untuk mensejajarkan tubuhnya dengan tubuhku, memegang kedua bahuku lembut.

"Jisung, nanti bekalnya jangan lupa dimakan ya? Kalo ada apa-apa langsung lapor guru aja. Jangan bandel ya? Ini uang jajan buat Jisung."

Bunda mengambil telapak tangan kananku dan menaruh uangnya disana, aku menggeleng.

"Nggak usah Bun, Jisung nggak jajan kok."

"Udah bawa aja, buat jaga-jaga, ya?"

Aku tersenyum dan mengangguk.

"Makasih Bun."

"Sama-sama sayang, kalo gitu Bunda berangkat kerja dulu ya? Nanti Jisung pulangnya Bunda jemput oke?"

"Oke Bun!"

Bunda mengacak rambutku dan tertawa pelan, dia berdiri kemudian melambaikan tangannya padaku dan menjauh. Saat Bunda sudah menghilang, aku menghela napas, menatap kelas yang sedikit menyeramkan itu.

Tapi hey! Sudah ada cahaya matahari masuk, aku jadi sedikit tidak takut, kulangkahkan kakiku masuk ke dalam, aku bingung harus duduk dibangku mana, pasti semua memiliki pemilik.

Puk!

Aku terlonjak saat seseorang menepuk bahuku, aku berbalik, dia tersenyum padaku.

"Halo, kamu murid baru ya?"

"K-kok tau?"

"Oh, kemaren bu guru bilang bakal ada murid baru masuk."

Aku hanya tersenyum dan mengangguk kikuk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Scramble || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang