Chapter 1

3.1K 282 942
                                    

🎶 Chen - Shal We? 🎶

Pernah menjadi satu tanpa jeda apa-apa. Seolah kau adalah jelmaan raja yang memerintah segala semesta yang ada.

Adalah binarmu yang mengacaukan sistematika orbit jagat raya.
Adalah cintamu yang mematikan logika hingga kepalaku kehilangan fungsi kerja untuk memetakan kata-kata.

Segalanya terasa menakjubkan. Laksana galaksi yang menggantungi tata surya dalam buaian bima sakti yang berjumlah milyaran.

Hingga keyakinanmu tumbang menjadi padanan takdir yang bernama dusta. Mengubah mimpiku menjadi jagat yang celaka. Mengundang selisih bertajuk peperangan antara hati dan logika.

Kenaifan yang mengubah kita menjadi nebula, membawa pulang serpihan nova tak berharga sebagai cinderamata.

Apakah kita hanya contoh permainan semesta?
Apakah ternyata kita galaksi berbeda yang terpaut seribu tahun lamanya?
Berikan jawaban sederhana, agar tekukan lutut beserta iringan air matamu tidak berakhir sia-sia.

Sejumput pengetahuan dari filosofi perjalan matahari dan bulan yang kerap digugu, bahwa sebuah titik temu adalah perkara waktu.
Katamu, dengan nalar di persimpangan antara lugu dan dungu.

Kita adalah induk dari dua cahaya yang bertugas untuk menyeimbangkan kehidupan di planet terkecil ke-empat dalam tatanan tata surya.
Lantas mengapa kau tidak belajar tentang kebijaksanaan dua cahaya yang bekerjasama untuk memetakan rotasi dalam porsi yang setara?

Jangan membuang waktu terlalu lama.
Jika tidak ingin berakhir musnah seperti nebula yang kehilangan sinarnya.

_________________________

Netra rusanya memejam saat gerakan suaminya mengejar penuntasan terakhir di babak jatah pagi hari. Mengeratkan rengkuhan pada bahu kokoh yang terlihat begitu jantan saat mengejang menyemburkan pelepasan.

Luhan menatap langit-langit kamar setelah suaminya melepaskan tautan tubuh. Membersit hidung guna mengusir aroma seks yang menguar kuat di antara partiker-partikel udara dalam kamar.

“Sayang, satu kali lagi, ya..? Aku janji akan mandi setelah penuntasan ini..”. Merengek agar sang isteri mengerti kebutuhan biologisnya yang membuat bagian bawahnya mengeras kembali.

“Itu janji yang selalu kau ingkari. Mandilah..! Aku harus mengurus tuan puteri kita. Dia akan menangis jika tidak menemukanku ketika membuka mata..”. Memasang jubahnya lalu mencepol tinggi rambut panjangnya. Tidak berniat meladeni birahi sang suami yang kerap menggarap lebih dari jatah yang telah dibatasi.

“Satu kali saja, hm..? Lagipula sepertinya Selena masih terlelap. Buktinya belum terdengar rengekan manja pagi ini..”. Mendekati sang isteri yang tengah memperbaiki penampilan di depan cermin, menggesekkan bagian bawahnya dari belakang berniat memberi rangsangan.

“Kau menunggu puterimu meneteskan air mata baru bisa berhenti..? Keterlaluan..”. Kemarahan manis yang rutin Sehun dapatkan setiap pagi.

“Sebantar saja..! 5 menit, tidak lebih. Okay..?”. Masih menawar kebaikan hati isterinya untuk menuntaskan sesuatu yang telah mendesak di ujung batang kejantanannya.

“Aku sedang tidak berbaik hati untuk mengabulkan permintaan. Jadi, cepatlah bersihkan diri lalu turun untuk sarapan agar kau memiliki cukup tenaga dalam mencari nafkah..”. Menepuk keras punggung suaminya, mengurai langkah untuk mengurusi puteri kecilnya yang mungkin masih terlelap dalam mimpi.

Soleluna-PDF (HunHan GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang