Noland baru pulang pukul 8 malam, ingin ke kamarnya Noland berhenti saat melihat pintu kamar saudara nya terbuka sedikit.
"Pasti mama. " Noland menarik napas, rasa bersalah menghinggapi dadanya yang terasa terhimpit. Masuk perlahan.
"Ma?" panggil Noland, terlihat wanita paruh baya dengan tubuh yang mulai mengurus itu mengusap air matanya pelan.
"Sayang?"
Noland tersenyum, lalu memeluk wanita yang dipanggilnya mama.
"Mama kangen dia?"
Mama mengangguk.
"Jangan nangis ma, masih ada Noland disini. Biarin dia tenang dialam sana" ucap Noland mengecup kening mama nya lama."Yaudah mama ke kamar dulu ya, " ucap mama nya berdiri.
"Biar Noland anterin. " Membiarkan mama nya berjalan lebih dulu. Noland mengedarkan pandangan ke seisi kamar. Tidak ada yang berubah, lalu matanya beralih ke dua boneka berwarna kuning dengan ukuran yang berbeda.
"Gue ngehancurin kehidupan lo ya? Maaf. Gue bahkan pengen ngelakuin banyak hal sama lo sebagai saudara tapi sayangnya..." Noland mengusap kasar setetes air mata yang tanpa permisi keluar. Matanya kini beralih ke foto-foto sebagian ditempel di dinding, ada yang di album, dan di meja sebagai pajangan.
Disana terlihat sepasang cewek dan cowok berangkulan sambil tersenyum lebar, dan masih banyak pose lainnya.
Noland langsung keluar lalu menutup pintunya. Selesai membiarkan mamanya tidur dan memastikan bahwa mama sudah makan. Noland kembali ke kamarnya..
Tersenyum miris ketika tangannya mengambil bingkai dengan foto dirinya dan satu laki-laki lain.
~~••~~
"Tolong aku. "
Ketika merasakan jilatan di leher nya, Hera langsung melepaskan diri dan berlari sekuat-kuatnya dari tempat itu. Tak perduli bahkan ponsel nya sudah ntah kemana.
Ditengah gelap nya malam yang hanya disinari cahaya bulan, Hera melihat ke belakang sesekali. Berteriak kesakitan ketika dengan sadisnya dia terjungkal, kembali bangkit tak perduli tubuhnya sudah lecet-lecet terkena ilalang liar, ditambah lagi kuman dan kawan-kawannya yang sudah pasti hadir.
Tak memerhatikan sopan santun lagi, Hera langsung mengetuk warung kecil yang di pinggir jalan itu meminta pertolongan.
"Aduh dek berisik, kenapa dek kayak kesetanan gitu. " Bapak yang tadi lah yang muncul.
Hera menunjuk kearah pohon itu.
"It-tu an-nu.... "
"Tarik nafas dulu terus buang," kata bapak-bapak itu dan Hera mempraktekannya.
"Di-disana ada setan, " seru Hera. Bapak itu pun tertawa.
"Mangkanya dibilangin, jam segini jangan keluyuran dek masih aja. "
"Pak boleh minjam hp gak? Mau nelpon temen minta jemput, ponsel aku hilang." Hera memasang wajah memelas.
Bapak itu menyuruhnya duduk dan meminjamkan handphone nya begitu saja kepada cewek itu.
Hera langsung mengetikkan nomor yang sudah dia hapal diluar kepalanya.
"Noland!! Jemput gue ditempat daun clover itu ya, ponsel gue hilang!"
"Kok bisa hilang? Tunggu disana jangan kemana-mana!"
"Gue di warung kecil," ucap Hera lalu mematikan hp jadul itu. Terbelalak kaget, Hera langsung meletakkan hp itu di atas meja. Menepuk-nepuk tangannya dia lalu mencari sesuatu.
"Ahh, antibakteri gue hilang juga! " Katanya lalu matanya kembali melihat ke arah pohon besar itu.
"Suaranya rada berat terus serak. " Hera mengusap lehernya mengingat hal tadi.
"Ni dek diminum, kalo ada apa-apa panggil aja bapak di dalem. "
"Terimakasih pak. " Hera tersenyum tak enak hati.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet With Touch
FantasySetelah Zeus menyegel Cronus, ayahnya. Dia malah terseret ke dunia manusia. Cronus adalah Titan penguasa Olympus yang paling kejam. Hera, mahasiswi akhir yang akan melakukan penelitian terhadap daun yang baru-baru ini menjadi perbincangan. Daun clo...