Elf : Sebelas

19 13 1
                                    

Suara burung berkicau membuat Hera menggeliat di tempat tidurnya, cahaya matahari menembus tirai jendela. Badannya terasa ringan, dia memilih posisi terduduk lalu merenggangkan tangannya. Memindai kamarnya, hanya dia sendirian.

"Engg ... Zeus mana? "tanyanya pada diri sendiri. Hera melangkahkan kakinya mengambil pakaian lalu handuk untuk memulai ritual mandinya dia masuk ke dalam kamar mandi.

"AAAAAAAAAAA!" teriak gadis itu berusaha menutup matanya dengan handuk, terlihat seseorang sedang berendam di dalam bath up. Zeus dengan wajah tidak berdosanya berdiri dan berjalan ke arah gadis yang masih menutup mata, Hera sedang menormalkan degup jantungnya yang ingin meledak. Laki-laki itu menarik handuk yang di pegang Hera, membuat gadis itu tersentak dan mundur ke belakang.

"Kamu!!!! Yaampun mata aku gak suci lagi. "

Zeus terkekeh sambil melingkarkan handuk itu pada pinggangnya.
"Sana mandi, kau belum mandi 'kan  kemarin. " Dia melangkahkan kakinya ke luar, Hera dengan cepat menutup pintu kamar mandi itu dan mengipasi wajahnya sendiri yang sudah memerah.

"Gak liat apa-apa, gak liat apa-apa. " Itu yang terus gadis itu gumamkan selama proses membersihkan diri.

***

"Sudah selesai? " tanya Zeus saat gadis itu sudah rapi dengan pakaiannya.

"Menurut lo? " Hera memutar kedua bola matanya, ini hanyalah cara untuk melupakan kejadian memalukan tadi.

"Kamu, jangan 'lo'," ucap Zeus matanya mengikuti setiap pergerakan Hera.

"Hm. "

"Kau akan berangkat ke kampus? "

"Ya. "

"Aku membuatkanmu teh. " Pergerakan Hera yang sedang menyisir rambutnya pun terhenti. Zeus menyodorkan cangkir dengan asap yang mengepul. Hera memandang cangkir dan wajahnya bergantian.

"Kamu bisa membuat teh? Kirain hanya ngintilin aja kerjaannya. "

"Kau terlalu meremehkanku."

"Aku pergi!! " ucap gadis itu dan langsung berbalik. Sebenarnya gadis itu terlalu malu untuk sekedar bicara dan tak nyaman jika berlama-lama terkurung oleh tatapan laki-laki itu.

Ia masih penuh dengan misteri, namun jika orang lain melihatnya ia akan sama seperti manusia pada umumnya. Dan kenyataannya adalah ia bisa melakukan hal-hal tidak normal, seperti terbang.

Dan dia adalah Dewa Zeus?

Coba Hera ingat-ingat apa kelebihan Zeus dalam mitologi yunani yang pernah di bacanya. Ah, petir!!

Sampai kapan dia berada di sini? Hera menatap malas kepada laki-laki yang sudah duduk di sofa ruang tamu dengan sorot bangga dia seolah-olah terlihat seperti tuan rumahnya, dan Hera hanya--. Ah sudahlah, untung saja adik dan mamanya sedang tidak berada di rumah.

"Aku ingin menantangmu," ucap Hera melipatkan kedua tangannya di dada, Zeus hanya menaikkan sebelah alisnya dan menyilangkan kaki.

"Coba keluarkan jurus petir! " perintah Hera, Zeus menahan tawa membuat Hera mengerutkan dahinya. " Katanya Salah satu Dewa di mitologi yunani, tapi ngeluarin petir aja gak bisa. "

"Jurus? Kau kira ini film boboboy. "

Hera tambah bingung, apa hubungannya dengan film kartun itu.

"Kemarin aku nonton film itu," jawab Zeus seakan-akan paham apa yang Hera pikirkan.

"Oh, cepetan pokoknya keluarin petir. "

Zeus mengangguk, tak lama langit tampak mendung. Matahari yang indah tertutupi oleh awan hitam. Hera segera lari keluar rumah dan melihatnya tak percaya.

"Mana petirnya! " desak Hera tak sabaran, Zeus menarik tangan gadis itu lembut beriringan dengan suara petir yang membuat Hera berjengkit kaget.

"Wahhh hebat. " Mata Hera berbinar-binar, langit pun sudah seperti semula. Zeus kembali duduk di sofa.

"Ayo tunjukkan lagi, " pinta Hera masih di depan pintu tak percaya menatap langit.

"Baiklah. " Ujung bibir laki-laki itu berkedut, Hera berbalik menatapnya. Ia mengangkat sebelah tangannya. Mengarahkan ke gadis itu dengan telapak tangannya menghadap ke atas. Seperti dia sedang menunggu gadis itu untuk menyambut tangannya.

Kening Hera berkerut, menebak-nebak apa yang akan terjadi. Hampir saja Hera meneriakinya karena terlalu lama, namun telapak kakinya terasa seperti dirayapi sesuatu yang dingin, seolah-olah sedang berada di atas batu es. Tapi saat melihat ke kakinya, hanya terdapat lantai yang Hera pijaki.

Ini dingin, sangat dingin hingga hampir membuatnya mati rasa. Dia semakin menjalar perlahan ke atas kaki, lalu ke lutut gadis itu yang tampak bergetar. Pergerakannya terus berlanjut hingga memenuhi seluruh tubuhnya.

Ada apa ini?

Hera kedinginan, tapi hal itu tidak menyakitinya. Bukan dingin seperti pendingin ruangan tetapi seperti dingin yang menyapu seluruh tubuh hingga menjadi kaku. Hera menatap laki-laki itu horor, Zeus sedang tersenyum lalu dia menggerakan tangannya seolah menyuruhnya mendekat. Tubuh Hera melayang, membuat gadis itu menutup matanya erat-erat.

Apa Zeus akan menyakitinya? Hera takut ketika ia membuka mata yang ada hanyalah kesakitan dirinya terlempar ke dinding atau ke lantai. Namun tubuh padat seseoranglah yang melingkupinya, bersamaan dengan tangan kokoh yang melilit di balik punggung. Mata gadis itu terbuka, dan semakin lebar ketika yang di dapatinya sepasang mata biru yang menatapnya balik. Darahnya berdesir hebat dan juga detak jantung yang tak bisa gadis itu kontrol. Hera mencoba bergerak, tapi tidak ada satu pun bagian tubuhnya yang mengikuti perintah otak.

"Aku tidak akan menyakitimu Hera. " Tangannya melingkar begitu erat, gadis itu sekarang sedang berada di pangkuan Zeus. Zeus tersenyum, lalu menundukkan kepalanya. Mendaratkan bibir di lekukan leher gadis itu, menekannya di sana dengan tekanan lembut. Nafas panas terasa menembus pori-pori leher Hera.

"Silahkan berbicara nona manis. "

Hera mendapatkan kembali suaranya, namun tidak dengan tubuhnya yang sama sekali tak bergerak.

"Apa yang kamu lakukan! Lepasin aku Zeus. " Tidak ada tanggapan dari orang yang diajaknya berbicara. "Lepaskan, aku ingin ke kampus! " lanjut Hera.

"Hmm. " laki-laki itu masih menggerakan bibirnya di sekitar leher Hera, membuat gadis itu hampir berada di ambang batas kewarasan.

"Baumu enak," ujarnya di sela kecupan yang sudah naik ke daun telinga.

"Lepas Zeus, atau kamu gak boleh di rumahku lagi!!!" ancam Hera.

"Siapa tadi yang menyuruhku menunjukkan sesuatu? "

"Y-ya tapi bukan yang ini, engg ..." keluh gadis itu saat Zeus menggigit daun telinga Hera pelan, lalu menjauh bersandar pada sofa. Dia tertawa! terlihat dari tubuhnya yang bergetar. Matanya bersinar karena tawa yang muncul dari bibirnya. Lagi-lagi Hera terpesona.

Sial!

"Kau menikmatinya. " Laki-laki itu masih tertawa, membuat Hera segera menundukkan wajahnya.

"Aku mau ke kampus," cicit Hera pelan, membuat tawa cowok itu terhenti.

"Aku masih ingin kau di sini. " Matanya menunjuk ke bawah, mengindikasikan kedekatan yang terhubung diantara mereka.

"Aku janji akan melakukan apa aja, tapi aku harus kuliah!"
Serius Hera benar-benar ingin melarikan diri sekarang juga.

"Baiklah. " Seketika hawa dingin yang melingkupi gadis itu hilang, Tergantikan oleh hangat yang menguar diantara mereka. Secepat kilat, Hera mendorong tubuh Zeus dan berlari keluar rumah. Dengan tangan yang gemetar dia memesan grab online seperti biasa.

***

Meet With TouchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang