06; Kampus

14 3 2
                                    

─── ∙ ~εïз~ ∙ ───

Hidup reina itu tak seindah cerita di wattpad, novel ataupun tak seindah iklan sprite. Ia adalah gadis sederhana, ia tipikal gadis yang pintar dalam kesenian, photography, parasnya cantik dan manis dalam waktu yang sama. Tetapi, ia tak pandai untuk beberapa urusan, tak pandai bergaul, dan tak mengerti tentang percintaan.

Padahal chan selalu menyinggung mbaknya itu untuk berpacaran, bahkan setiap hari ia selalu ditanyakan "mbak, kapan toh punya pacar?" padahal ia masih ingin membahagiakan dirinya sendiri.

"Rei, kok lo diem aja sih" itu eisa, atau minghao salah seorang sahabat karibnya dari masa SMA itu.

"Ca, lo pernah pacaran atau suka sama seseorang ga sih?" Tanya reina.

Tentang nama eisa itu berasal, itu karena minghao selalu menyanyikan let it go selepas menonton FROZEN itu. Jadi nama itu muncul dalam pikiran reina.

"Pacaran belom kali rei, lo kan tau sendiri. Kalo suka sukaan itu pernah" jelas minghao.

"Chan itu rese banget. Dia masa selalu nyuruh gue buat cari pacar. Emangnya sepenting apasih" sungut reina.

Sepenting rasa cinta gue ke lo rei, batin minghao

"Ah baru inget, gue kemaren ketemu sama cowo. Kayaknya dia sama kayak lo, sama sama dari china. Tapi gue lupa siapa namanya" jelas reina.

Gimana ya rei kalo gue nyatain ini sama lo, batin minghao.

"Kok lo diem aja sih! Lo dengerin gue ga?!" Ucap reina sebal, tolonglah hao, reina sedang butuh tempat curhat.

"Iya gue denger. Gue kan belom pernah pacaran. Ya gue bingung mau jawab apa" jawab hao.

"REINA ECA!" Oh suara itu, seungkwan namanya. Teman dekat reina juga.

"Kenapa sih lo teriak teriak! Kan bisa langsung kesini!" Marah reina, ayolah iya bahkan sedikit kesal dengan jawaban minghao tadi.

Seungkwan yang dimarahi pun hanya tersenyum cengegesan, mengatur napasnya sebentar lalu berbicara.

"Lo rei, lo dipilih untuk lomba seni. Dan lo hao, lo dipilih untuk pertunjukan fashion di taman ibu kota" ucap seungkwan.

"SERIUS KWAN!? LO GA BOHONGIN GUE KAN?!" tanya reina sungguh sungguh

"Iya bener rei, gue ga bohong, lo bisa liat sendiri" jawab seungkwan

"Ah tapi masa diantara semua peserta malah gue yang lolos kwan?" Itu kata hao, iya tidak percaya bahwa ia yang terpilih.

"Hari keberuntungan lo kali" sahut reina.

"Udah ah, gue mau ke markas bem ntar, mau ketemu ayang dulu, dadah" pamit seungkwan, ya memang diantara mereka hanya seungkwan yang memiliki kekasih.

Reina dan minghao sama sama terdiam, seakan akan tak percaya bahwa mereka akan menampilkan karya mereka.

─── ∙ ~εïз~ ∙ ───


Mingyu, wonwoo, dan jun sedang berada di kantin. Ini adalah jam istirahat buat mereka, hanya duduk, berbincang, dan makan tentunya.

Dari kejauhan mata mingyu mendelesik, ia sepertinya kenal dengan sosok perempuan itu.

"Eh jun, itu bukannya pelayan yang kemaren ya?" Tanya mingyu

Jun dan wonwoo menoleh, tepat itu pelayan cafe itu. Dan jun perempuan itu berjalan dengan siapa.

"Iya gyu, namanya reina" jawab jun

Wonwoo yang mengetahui jun mengenal adiknya itu terdiam. Faktanya, wonwoo tak pernah mengenali adik perempuannya itu kepada temannya, kecuali chan si bungsu.

"Dia sama minghao anak seni ga si? Apa jangan jangan dia anak seni juga?" Ucap mingyu

Jelas mereka setongkrongan tahu bahwa jun dan minghao adalah saudara angkat, tetapi keduanya tak memiliki hubungan yang baik.

"Mungkin" jawab jun seadanya

"Apa lo ga pernah tanya ke minghao gitu?" Ucap wonwoo, ayolah wonwoo jangan pura pura tak tau.

"Nah mending lo tanya ke minghao deh tentang si rain itu" sahut mingyu

"Reina namanya gyu, rain itu hujan" jun mengingatkan mingyu

"Iya iya" balas mingyu seadanya.

Wonwoo jadi ingat mengapa adiknya diberi nama reina. Mungkin nanti ia akan bertemu dengan joshua dulu.

"Kamu seneng banget kayaknya kalo hujan, anteng banget ga pernah nendang ambu" ucap grie, sembari mengelus perutnya yang sudah membesar.

Mengingat usia kandungannya sudah 8 bulan, ia sangat frustasi karena belum mendapatkan hidayah untuk nama anak keduanya ini.

"Ambu?" Panggil wonwoo, si anak sulung.

"Eh mas wonu? Ada apa?" Grie membalikkan tubuhnya hanya untuk menangkup pipi gembil anak sulungnya itu.

"Ambu ngapain disini? Ambu harusnya kan istirahat" ucap wonwoo sambil mengelus perut ibunya itu.

"Adekmu mas, suka tenang banget kalo ada hujan. Gasuka nendang perut ambu. Jadi, ya ambu berdiri disini deh" jawab grie.

Wonwoo sebenernya tak paham dengan ucapan ibundanya itu, jadi ia hanya mengangguk, lalu mengelus perut grie yang sudah besar.

"Gimana kalo namanya reina mbu?" Ucap wonwoo tiba tiba

"Mengapa reina?" Tanya grie, ia sangat senang dengan pemikiran si anak sulungnya yang sudah mengerti harus apa diusianya.

"Kata Ambu, dedek suka hujan, hujan bahasa inggrisnya kan rain, nah Ambu pengen punya anak perempuan, jadilah reina" tepat sesuai dugaan grie, anak sulungnya begitu pintar.

"Terimakasih mas wonu, berkat wonu, Ambu ga perlu pusing pusing memikirkan nama adik mas" jawab Grie dengan bangga.

Hujan memang belum berhenti saat itu, jadi wonwoo memeluk ibundanya dengan suka cita.

"Kok lo diem aja nu? Denger kita ga?" Tanya jun.

Yang ditanya menoleh, sadar dengan lamunannya.

"Ngga, maaf ya" sesal wonwoo

"Gapapa nu, lo kenapa emangnya? Ga biasanya?" Kali ini mingyu yang bertanya

Wonwoo hanya menghela napas, lalu menggelengkan kepalanya.

"Gatau juga, lagi banyak pikiran kali ya?" Wonwoo malah balik bertanya.

"Lo nanya ke kita?" Ucap jun

Wonwoo mengendikan bahu.

"Tuh liat, cewe lo udah mau pergi. Yuk la cabut" ajak mingyu setelah menunjuk reina yang tengah berjalan keluar area kantin dengan minghao.

─── ∙ ~εïз~ ∙ ───

Jun! Jangan tsundere napa si! Nanti reina direbut sama minghao baru tau.

-vaiyaapyu

Fabulae Exitum [Junhui]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang