A Little Star

841 157 29
                                    

Apa yang akan kau inginkan jika Tuhan bisa mengabulkan satu permintaanmu?

Menjadi orang sukses?

Hidup penuh kekayaan?

Atau justru berharap untuk menemukan cinta sejatimu?

Jika pertanyaan itu diberikan kepada Way, jawabannya hanya akan ada satu. Ia akan meminta Tuhan untuk mengembalikan Kim ke dalam hidupnya.

Orang lain mungkin menganggap permintaannya ini tidak masuk akal. Siapa pula yang bisa menghidupkan kembali orang yang sudah tiada.

Tapi, itulah yang benar-benar Way inginkan.

Bagi Way, kebahagiaan sesungguhnya adalah saat ia bersama dengan Kim. Selama dua tahun hidup tanpa pemuda itu, Way tidak pernah merasakan benar-benar bahagia. Di dalam hatinya, selalu ada sebuah lubang besar yang tidak bisa diisi oleh siapapun.

Way masih bisa mengingat hari dimana tubuh orang terkasihnya itu dimakamkan. Hari dimana sebagian dari hatinya pun turut terkubur bersama dengan sang terkasih. Semenjak hari itu, setengah mati ia berusaha untuk tetap menjalani kehidupannya. Mati-matian ia berusaha untuk menggapai mimpinya demi sang terkasih. Sehingga ketika mereka bertemu suatu hari nanti, Way bisa bertemu Kim dengan penuh kebanggaan, dengan memberikan sebuah bukti cintanya kepada pemuda itu.

Kejadian hari ini mungkin adalah puncak kerinduan Way pada Kim. Setelah rentetan mimpi yang ia anggap sangat aneh, kini ia berhalusinasi kalau pemuda itu masih ada. Jika dirinya tidak mengingat Pan yang saat itu tidak sadarkan diri, mungkin Way akan berlari keluar kedai dan mencari sosok Kim seperti orang gila. Satu sisi dalam dirinya sadar bahwa yang dilihatnya itu hanya sebuah ilusi semata, tetapi sisi lainnya bersikeras bahwa yang ia lihat saat itu benar-benar pemuda yang dikasihinya.

Entahlah.

Way sudah terlalu lelah untuk berpikir. Keinginannya saat ini hanya pulang dan tidur. Ia sungguh ingin bertemu dengan Kim. Tak apa walaupun hanya bertemu dalam mimpinya saja. Asalkan Way bisa melihat sosok yang ia cintai.

Tapi...

Way melirik kepada seorang pemuda yang kini duduk disampingnya. Kedua tangannya menggenggam erat dan bibirnya tidak berhenti merapalkan doa. Sudah setengah jam mereka berdua duduk di depan ruang IGD, tetapi belum ada satu dokter pun yang keluar untuk memberikan kabar tentang keadaan Pan.

Kejadian hari ini juga mungkin menjadi hal yang menakutkan bagi Khett. Melihat Pan tidak sadarkan diri seperti tadi bisa jadi menginginkan pemuda itu pada kejadian yang hampir saja merenggut nyawa Pan dua tahun yang lalu.

Perlahan, Way membawa tangannya untuk mengelus punggung Khett dan mencoba menenangkan lelaki yang lebih muda. "Semua akan baik-baik saja, Khett." Ujarnya yang kini mengusak rambut Khett perlahan, "Kau tidak perlu khawatir."

"Aku hanya takut, P." Suara Khett terdengar sangat lirih dan pelan, pemuda itu mungkin mati-matian menekan rasa khawatirnya, "Cukup aku kehilangan P'Kim, aku tidak ingin Pan juga ikut pergi."

Ada senyum lirih yang terpampang di wajah Way saat ini. Kehilangan sosok Kim juga memberikan pengaruh yang sangat besar untuk pemuda di sampingnya ini. Banyak cerita yang ia dapat tentang perubahan sikap Khett. Pemuda itu sekarang lebih tekun belajar dan tidak pernah membolos sekolah. Ia kini mau membagi waktunya antara sekolah dan mengejar mimpinya untuk menjadi hair stylist.

Pernah sekali Way bertanya tentang perubahan sikap Khett ini, dan jawaban yang ia terima sungguh membuat dirinya sangat terharu. Jawaban itu juga yang membuatnya yakin bahwa adik yang selama ini Kim sayangi dalam diam pun ternyata sungguh-sungguh menyayangi Kim.

"Sudah cukup aku bersikap egois selama ini, P. Aku... aku ingin P'Kim bangga melihatku yang bisa berhasil di sekolah dan tetap bisa menggapai mimpiku."

True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang