Seharusnya Kim merasa risih.
Saat tubuhnya dipeluk oleh seseorang yang belum ia kenali, seharusnya membuat ia merasa takut. Tapi, entah mengapa tubuhnya membeku. Ia tidak bisa melakukan apapun selain membiarkan tubuhnya dipeluk oleh seseorang yang bahkan tidak ia ketahui namanya.
Perasaannya kini campur aduk.
Kim tidak mengerti apa yang ia rasakan sekarang. Suara tangis yang memilukan ini membuat hatinya sakit. Tubuh yang bergetar saat memeluknya pun membawa perasaan yang tidak mampu ia deskripsikan. Bahkan, saat namanya disebut oleh sosok ini pun entah mengapa membawa perasaan hangat di hatinya.
Sebenarnya apa yang terjadi?
Mengapa ia merasakan hal aneh seperti ini?
"Kumohon..." sosok itu terus mengulang kata yang sama, "Sebentar saja, kumohon." Pelukan itu terus mengerat, seolah tidak memberikan ruang bagi Kim untuk melepaskan diri.
Setetes air mata pun jatuh tanpa Kim sadari. Kenapa ia juga menangis? Mengapa kehadiran sosok ini membuatnya merasakan hal-hal yang tidak bisa ia pahami?
Banyak sekali mengapa yang berputar dalam pikiran Kim tanpa ada yang bisa menjawabnya.
Sepasang tangan Kim kini ikut memeluk tubuh sosok yang masih tersedu, sambil sesekali memberikan elusan lembut nan menenangkan, "Tidak apa-apa, aku disini." Ucapnya tanpa bisa ia hentikan.
Bukannya mereda, isakan sosok itu justru semakin keras. Seolah ucapannya tadi telah membuka sebuah bendungan yang tertutup rapat. Pelukan pada tubuh Kim pun semakin erat.
Sakit.
Tapi anehnya Kim merasa sangat hangat.
Perlu waktu yang cukup lama bagi sosok itu untuk menenangkan diri. Keduanya masih pada posisi yang sama, dengan Kim yang kini terduduk di hadapan sosok itu. Isakannya telah mereda. Kim bisa merasakan sosok itu mulai melepaskan pelukannya perlahan. Sesegera mungkin, Kim menghapus jejak air mata di wajahnya, tidak ingin sosok ini melihatnya menangis.
"Maaf." Ujar sosok itu seraya memalingkan wajahnya, "Maaf karena tiba-tiba berbuat seperti tadi. Kau... menginginkan pada sahabatku yang sudah tiada." Suaranya masih parau akibat tangisannya tadi. Wajahnya pun masih sedikit memerah. Walaupun sudah berkata sepanjang itu, tapi ia masih belum mau menatap Kim.
Ada sebuah senyum yang saat ini terlukis di wajah Kim. Matanya berkaca-kaca saat melihat sosok di hadapannya ini. Berbagai perasaan aneh kini membuncah di dadanya.
Perasaan yang sama sekali tidak bisa ia pahami sedikitpun.
"Tidak apa-apa." Pada akhirnya, hanya kata itu yang bisa ia ucapkan dengan suara yang sedikit bergetar.
Setelah mendengar ucapannya, sosok itu kini kembali memandang wajah Kim. Sebelah tangannya ia gunakan untuk mengusap air mata yang entah sejak kapan mengalir di pipi lelaki yang lebih pendek, "Kenapa jadi menangis juga?" Tanya sosok itu kebingungan.
"Tidak tahu," jawab Kim sambil terkekeh kecil, "Terbawa suasana mungkin?"
Jawaban itu berhasil mengukir senyum kecil di wajah sosok itu. Tangan yang tadi menghapus air mata Kim, kini bergerak untuk menjabat tangannya, "Aku Way."
Way.
Sebuah nama yang entah mengapa membuat hati Kim menghangat.
"Senang berkenalan denganmu, Way."
Kedua lelaki itu masih terduduk di ujung jalan sempit, dengan tangan yang saling bertautan. Senyum di wajah keduanya telah menggantikan air mata yang tadi sempat mengalir.
KAMU SEDANG MEMBACA
True Love
Fanfiction--- An alternative ending for WayKim "Hal yang sangat mustahil pun bisa menjadi nyata bila Tuhan sudah berkehendak" Set 2 years after The Shipper Ending --- ⚠️ Tolong dibaca ya: - Cerita ini hanya fan-fiksi semata. - Akan mengandung beberapa dialog...