Bimbang

363 42 6
                                    

Malam itu aku mengajaknya makan malam. Berawal dari basa-basi ku yang tanpa di duga diterima olehnya.

" Sudah siap? " tanyaku saat menjemputnya.
" Ha-i "

Setibanya di restoran. Kami memesan makanan. Diawali obrolan santay sambil menunggu makanan tiba.

"Permisi.. pesanan anda "

Pelayan datang membawa pesanan kami.

Satu jam kemudian, saat dirasa sudah cukup kamipun bersiap pulang.

Kami berjalan santay menuju rumah karna memang letak restorannya tidak terlalu jauh juga.

" Sasuke-san kau kan ahli memasak "
" Tidak semahir yang kau pikir "
" Tapi jelas lebih baik dariku "
" Hn "
" Kalau kau senggang.. maksudku kalau kau sangat-sangat senggang.. dan tidak ada kegiatan "

Dia diam sesaat.

" Ma-maukah kau.. me.. "
" Me? "
" Me..mengajariku memasak " lirihnya.
" Ah "

Pikiran ku hampir belok!

" Lusa "
" He? "
" Lusa aku off, aku bisa mengajari mu "
" Hontou? "
" Hn "
" Arigatou Sasuke-san "

Saat sudah sampai di depan rumahnya.

" Sampai jumpa lusa "
" Hn "
" Ka-kau tidak perlu membawa apapun "
" Hm? "
" Biar aku yang siapkan semua "
" Semua? "
" Ma-maksudku kebutuhan memasak "
" Hoo "

Pikiranku hampir belok lagi dan aku benci mengakuinya. Sebenarnya apa yang ku harapkan.

Tiga hari kemudian, jam 10 pagi.

" Kau mau kemana Sasuke "
" Samping "
" Samping? Rumah nenek itu? "
" Sampingnya "
" Ah toko roti, tunggu.. kau mau beli roti meski kau tidak suka makanan manis "
" Aku ada urusan "
" Urusan apa? "
" Cukup Naruto kau cerewet sekali "
" Datte.. "
" Ini kan hari liburku.. biarkan aku menikmatinya "

Aku keluar restoran dan perlahan menuju rumahnya.

" Ojamashimashu "
" Ha-i "

Cklek

" Dozo "
" Toko tutup? "
" Iya, aku tidak mungkin bisa belajar kalau membuka toko juga "
" Ah.. aku jadi tidak enak "
" Jangan dipikirkan, aku yang mau "
" Baiklah "
" Kita ke atas ya "
" Tsunade-san wa? "
" Sedang perjalanan dinas lusa baru kembali "
" Oh "

Bukankah itu artinya kita hanya berdua saja disini!

" Bagaimana kalau kita mulai saja " ucapnya.
" Cobalah memasak, aku akan mengamatimu dulu "
" Wakatta "

Dia mulai memotong sayuran dan lainnya.

Tok..tok..tok..

Suara pisau dan papan kayu itu terdengar senada. Sebenarnya dia cukup terampil menggunakan pisau.

" Baiklah sekarang masuk kaldu, garam, gula, lada, gula, um.. lalu ini.. lalu gula lagi.. " gumamnya.
" Matte..matte..matte... "
" He? "
" Bukankah kau terlalu banyak memakai gula "
" Benarkah? "
" Sekarang cicipi masakanmu "

Dia mengambil piring kecil dan perlahan mencoba masakannya sendiri.

" Manis "
" Hah.. kau kan mau memasak bukan membuat roti, kenapa banyak sekali gulanya "
" Habisnya aku terbiasa "
" Iya tapi ini untuk dimakan bersama nasi "
" Tapi.. "
" Hah.. " desahku.

Aku lantas mengambil alih dan menyuruhnya tuk melihat.

" Lihat aku baik-baik "
" Oke "

Karna semua bahan sudah siap, aku hanya butuh waktu 20 menit tuk menyelesaikannya.

" Cobalah "
" Huumm.. enak.. "
" Sekarang kau lagi "

Kami bertukar lagi, aku melihatnya memasak lagi.

" Gula..lalu gula.. dan.. gu- "
" Matte.. lagi-lagi kau memasukkan gula berlebihan "
" Heee "
" Untuk saat ini singkirkan gula itu dari dapur juga pikiranmu "
" Eh "
" Kau harus melupakan gula, harus "
" Tapi aku.. "
" Atau kau tidak akan berkembang "

Dia diam sesaat.

" Hum "

Lalu mengangguk sambil menatapku. Ku minta dia membuat masakan lainnya.

" Baiklah sekarang gu- maksudku garam "

Dia sudah mencoba menahan diri. Dan setelah melewati trial & eror berkali-kali. Akhirnya dia selesai dengan masakannya.

" Bagaimana? "
" Lebih baik " ucapku.
" Yatta "

Hari demi hari tanpa kusadari kami semakin dekat. Meski belum ada kejelasan atas hubungan ini.  Kami saling membutuhkan. Dia butuh pertolonganku dan aku butuh kehadirannya.

Kehadirannya yang perlahan memberi ketenangan bagiku, kepuasan tersendiri, dan kebahagiaan yang tak terganti.

Apakah aku jatuh cinta padanya?

~Skip~

MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang