Promise

308 38 2
                                    

Sejak itu hubungan yang ku kira berjalan lancar kembali canggung. Tembok besar yang berhasil ku hancurkan seolah kembali berdiri kokoh. Ya, dia menghindariku.

" Dari nol lagi " gumamku.

Ku mulai dari awal lagi, mengamatinya dari balkon kamarku. Kembali teringat semua ekspresi yang dia berikan padaku.

" Ah sial.. aku ingin memeluknya sekarang " gumamku.

Tanganku sesekali mengepal mencoba mengingat sensasi saat menggenggam jemarinya yang mungil.

" Baka Uchiha " kesalku.

Ku coba meredakan perasaan berkecamuk di dada dengan aktifitas di dapur. Mencoba menyibukkan diri agar bisa melupakan yang terjadi.

Sudah hampir 3 hari aku tidak bertemu dengannya, aku mulai bosan hanya melihat dari jauh. Setiap kali ingin ku sapa dia slalu menghindari kontak mata denganku.

Ah sempurna.. dia membenciku sekarang.

Tanpa ku sadari sudah satu minggu berlalu. Perang dingin ini membuatku muak. Aku ingin menemuinya tidak peduli apapun yang terjadi. Bahkan jika setelah itu dia tidak ingin melihatku lagi. Aku sangat ingin mengatakan bahwa perasaanku padanya ini benar.

Saat itu aku off kerja, bersiap pergi menuju toko roti itu.

Kring

Suara bell saat pintu terbuka.

Dia sedang bicara dengan seorang pelanggan laki-laki. Keduanya lantas melihatku.

" Lanjutkan, aku mau lihat-lihat dulu " ucapku.

Aku berjalan melihat-lihat roti sambil sesekali melirik mereka.

" Ku mohon Toneri-san "
" Hinata kau tau aku tidak bisa menunggu lagi "
" Tapi aku tidak bisa "
" Kenapa? Bukankah kita pernah berjanji akan slalu bersama "
" A-aku tidak bisa memenuhi janji itu lagi "
" Kenapa? "
" Ka-karna.. "
" Kenapa Hinata? "
" Ah.. "

Ku lihat tangannya mencengkram lengan Hinata.

Plak

" Kurasa itu bukan sikap yang baik dari seorang pelanggan " selaku.
" Aku bukan pelanggan "
" Kalau begitu semua jelas "
" Apa maksudmu? "
" Karna kau bukan pelanggan disini jadi aku bisa menghajarmu tanpa rasa bersalah "
" Jangan ikut campur urusan orang "
" Aku tidak akan membiarkan orang lain menyakitinya "
" Siapa kau? "

Aku terdiam sesaat.

" Teman? Pacar? "

Aku masih bungkam. Sebenarnya apa hubunganku dengannya. Teman? Tapi kurasa lebih. Pacar? Dia bahkan belum menjawab pernyataan cintaku.

" Lihat kau bahkan bukan siapa-siapa "
" Apa itu penting "

Buk

" Kau berani memukulku? Akan ku laporkan kau atas dasar penganiayaan "
" Aku tidak pernah takut pada pecundang sepertimu "

Dan diapun pergi tunggang langgang.

" Maaf mengacau di toko mu "
" U'um "
" Lengamu? "
" Ti-tidak apa-apa "

Lengannya tampak sedikit memerah.

" Apa perlu ku telpon Tsunade-san? "
" Tidak.. aku baik-baik saja "
" Kau yakin? "
" Um "

Kami duduk bersebelahan tapi tak ada pembicaraan. Suasana semakin terasa canggung. Aku harus mengatakan sesuatu. Tapi apa??

" Dia Toneri " ucapnya tepat saat aku ingin bicara.
" Hm "
" Teman ku di kampung halaman "
" Hm "
" Awalnya kami tidak terlalu dekat, tapi sejak orang tua ku meninggal dia mulai sering datang dan mengajakku bermain. Suatu hari aku sangat merindukan ayah dan ibu hingga menangis begitu keras. Lalu Toneri-san datang mencoba menenangkanku "

MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang